Selular.id – Industri penerbangan global memasuki babak baru dengan diluncurkannya maskapai pertama di dunia yang sepenuhnya dirancang berbasis kecerdasan buatan (AI native).
Kolaborasi strategis antara Riyadh Air dan IBM ini bertujuan menciptakan operasional yang lebih cerdas, cepat, dan efisien sejak hari pertama beroperasi, menjawab tantangan kompleksitas sistem lama yang masih dihadapi banyak maskapai.
Visi besar ini diwujudkan dengan memanfaatkan keahlian industri dan teknis dari IBM Consulting, ekosistem mitra, serta platform watsonx Orchestrate.
Berbeda dengan transformasi digital bertahap yang umum dilakukan, Riyadh Air dibangun dari nol tanpa ketergantungan pada sistem warisan (legacy system) yang kerap menghambat integrasi data dan inovasi.
Pendekatan ini menempatkan AI sebagai fondasi inti untuk mengkoordinasikan 59 alur kerja dan melibatkan lebih dari 60 mitra teknologi, termasuk nama-nama besar seperti Adobe, Apple, FLYR, dan Microsoft.
“Dengan membangun sistem operasional tanpa ketergantungan pada sistem lama, Riyadh Air telah menanamkan AI ke dalam fondasi operasionalnya untuk mendukung kelincahan, kemampuan beradaptasi, dan pertumbuhan jangka panjang,” demikian terang dalam pernyataan resmi mengenai kolaborasi ini.
Langkah ini dipandang sebagai terobosan yang dapat menetapkan tolok ukur baru bagi inovasi di sektor penerbangan.
Mengubah Pengalaman Karyawan dan Tamu
Salah satu pilar transformasi adalah penciptaan tempat kerja digital yang dipersonalisasi bagi karyawan.
Riyadh Air akan menghadirkan satu titik masuk berbasis percakapan ke layanan Human Resource (HR) yang didukung oleh agen AI.
Sistem ini dirancang untuk menyederhanakan alur kerja administratif dan mempercepat layanan mandiri, sebuah langkah krusial mengingat maskapai berencana menggandakan jumlah tenaga kerjanya di masa depan.
Di sisi lain, pengalaman penumpang juga menjadi fokus utama. Aplikasi seluler berbasis AI akan berperan sebagai concierge digital, menciptakan perjalanan yang terhubung dan terintegrasi.
Agen AI yang bersifat agentik (dapat mengambil tindakan) akan merekomendasikan langkah terbaik berikutnya bagi karyawan dalam berinteraksi dengan tamu.
Misalnya, sistem dapat mendorong kru darat untuk secara proaktif menawarkan layanan jalur cepat kepada penumpang yang teridentifikasi akan terlambat, sebuah bentuk layanan personal yang sebelumnya sulit diotomatisasi.
Dukungan pelanggan juga ditingkatkan melalui bot suara dan fitur pendukung berbasis AI.
Teknologi ini memungkinkan petugas layanan pelanggan memberikan respons yang lebih personal dan kontekstual dengan memanfaatkan data perjalanan untuk mengantisipasi kebutuhan penumpang.
Pendekatan digital yang tetap berpusat pada pengalaman manusia ini menjadi kunci diferensiasi.
Baca Juga:
Dasar Operasional yang Lebih Tangkas dan Berbasis Data
Di balik layar, AI menggerakkan rangkaian sistem manajemen kinerja perusahaan yang terintegrasi.
Sistem ini menggabungkan data keuangan, operasional, dan komersial ke dalam satu platform terpadu.
Proses perencanaan, penganggaran, perkiraan, dan analisis yang sebelumnya memakan waktu lama kini dapat diotomatisasi, menyediakan insight real-time bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan berbasis data.
Kemampuan ini sangat vital untuk mengoptimalkan profitabilitas rute dan menciptakan peluang pendapatan baru dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Dengan mulai dari landasan digital yang bersih, Riyadh Air berpotensi menghindari kendala integrasi yang sering dialami maskapai mapan, di mana fragmentasi sistem dan software dapat menyebabkan gangguan operasional skala besar.
Model operasional AI-native dari Riyadh Air ini muncul di saat industri penerbangan tidak hanya berfokus pada efisiensi, tetapi juga keberlanjutan.
AI diharapkan dapat berkontribusi pada pengoptimalan konsumsi bahan bakar, perencanaan rute, dan manajemen armada yang lebih ramah lingkungan.
Inisiatif ini juga sejalan dengan tren di industri teknologi dimana perusahaan besar semakin ketat dalam mengatur penggunaan AI, sebagaimana terlihat dalam kebijakan Meta yang melarang ChatGPT di WhatsApp mulai 2026, yang menekankan pentingnya kontrol dan integrasi teknologi yang terukur.
Keberhasilan Riyadh Air sebagai maskapai AI-native pertama akan menjadi studi kasus penting bagi industri.
Jika berhasil, pendekatan “greenfield” atau membangun dari nol ini dapat menjadi model rujukan bagi maskapai lain yang ingin melampaui transformasi bertahap dan merancang ulang operasional mereka secara fundamental untuk era AI.
Namun, tantangan seperti skalabilitas, keamanan siber, dan ketergantungan pada ekosistem mitra teknologi yang luas tetap perlu diperhatikan.
Langkah Riyadh Air dan IBM ini menunjukkan bahwa masa depan penerbangan tidak hanya tentang pesawat yang lebih canggih, tetapi juga tentang infrastruktur digital yang mendasari setiap aspek layanan.
Inovasi semacam ini menjadi penanda bahwa revolusi digital di sektor transportasi udara sedang bergerak dari tahap perbaikan incremental menuju transformasi paradigma.
Perkembangan ini patut diikuti, mengingat dampaknya yang potensial terhadap pengalaman traveling global, sekaligus menjadi pembelajaran bagi sektor-sektor lain yang juga bergulat dengan warisan sistem lama.




