Senin, 15 Desember 2025
Selular.ID -

Realme Prediksi Lonjakan Harga Smartphone Ekstrem pada 2026, Desember 2025 Jadi Waktu Ideal Beli

BACA JUGA

Selular.id – Petinggi Realme, Francis Wong, memprediksi industri smartphone global akan menghadapi lonjakan harga ekstrem pada 2026.

Direktur Marketing Global Realme itu menegaskan, Desember 2025 menjadi waktu terakhir yang ideal bagi konsumen untuk membeli ponsel impian mereka sebelum harga melambung tinggi.

Peringatan ini disampaikan Francis melalui akun X miliknya pada 5 Desember 2025.

“Percayalah padaku. Ponsel apa pun yang kamu pilih, terlepas dari mereknya, belilah sekarang juga. Setelah berkecimpung di industri smartphone selama satu dekade, aku belum pernah melihat kenaikan harga seperti ini,” tulis Francis.

Ia menambahkan bahwa fenomena kenaikan harga ini akan menyasar semua segmen, mulai dari ponsel entry-level, menengah, hingga flagship.

Tidak hanya itu, beberapa merek kecil bahkan diperkirakan akan kehabisan stok ponsel untuk dijual dalam waktu dekat.

Dalam unggahan lanjutannya, Francis Wong menekankan universalitas dampak yang akan terjadi.

“Harga setiap smartphone dari setiap merek akan naik. Beberapa merek kecil pun mungkin tidak punya ponsel untuk dijual,” lanjutnya.

Pernyataan ini mengindikasikan tekanan yang akan dialami seluruh rantai pasokan, dari vendor besar hingga pemain niche di pasar.

Lonjakan harga smartphone yang diprediksi terjadi pada 2026 bukan tanpa alasan.

Setidaknya ada tiga faktor utama yang mendorong kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen.

Faktor pertama adalah material dan perangkat keras yang semakin canggih.

Inovasi di bidang prosesor, memori, dan layar menuntut komponen dengan kinerja lebih tinggi, yang secara alami berharga lebih mahal.

Perangkat keras baru ini dirancang untuk memfasilitasi komputasi yang lebih cepat, kapasitas penyimpanan data yang lebih besar, dan efisiensi proses yang meningkat.

Faktor kedua, dan yang tengah menjadi sorotan, adalah melonjaknya permintaan chip untuk kecerdasan artifisial (AI) generatif.

Teknologi AI kini menjadi arena persaingan baru bagi produsen ponsel pintar.

Fitur-fitur berbasis AI, mulai dari pengolahan foto, asisten virtual, hingga komputasi on-device, memerlukan chipset khusus yang powerful.

Permintaan global yang tinggi terhadap komponen semikonduktor canggih ini menciptakan tekanan pada pasokan dan mendorong biaya komponen inti smartphone semakin tinggi.

Tren pengembangan ponsel AI generasi kedua oleh berbagai vendor, seperti kolaborasi ByteDance dan ZTE, menjadi bukti betapa sentralnya peran AI dalam roadmap produk ke depan.

Faktor ketiga adalah biaya inovasi dan talenta yang tiada henti.

Perusahaan-perusahaan teknologi terus berinvestasi besar-besaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) serta merekrut insinyur-insinyur terbaik.

Sebagai contoh, Apple dikabarkan mempekerjakan sekitar 12.000 insinyur di Amerika Serikat dengan kisaran gaji antara $71.000 hingga $164.000.

Dengan mengambil patokan gaji rata-rata $117.500, Apple bisa menghabiskan hampir $1,5 miliar hanya untuk biaya talenta di bidang pengembangan dan teknik saja.

Biaya R&D dan sumber daya manusia yang masif ini turut berkontribusi pada struktur harga produk akhir yang lebih tinggi dari tahun ke tahun.

Prediksi Francis Wong ini muncul di tengah dinamika pasar smartphone yang masih menunjukkan ketahanan permintaan untuk model-model tertentu, seperti yang terjadi pada iPhone 16 dan Galaxy A16 5G yang menjadi raja penjualan kuartal ketiga 2025.

Namun, tekanan pada sisi pasokan dan biaya diprediksi akan mengubah lanskap tersebut.

Kenaikan harga diperkirakan akan bersifat menyeluruh, mempengaruhi bahkan ponsel dengan spesifikasi memori tinggi seperti RAM 16GB yang diprediksi bisa punah karena tekanan harga.

Bagi konsumen, peringatan dari eksekutif Realme ini bisa menjadi pertimbangan penting.

Jika rencana pembelian smartphone sudah ada di pikiran, periode akhir tahun 2025 mungkin menjadi momen yang strategis.

Harga beberapa model lama, seperti seri iPhone 13 dan 14, masih dilaporkan stabil di kisaran tertentu, menawarkan nilai yang baik sebelum gelombang kenaikan tiba.

Di sisi lain, persaingan di segmen premium juga tetap panas dengan kehadiran penantang baru seperti Motorola X70 Air yang mencoba menantang dominasi iPhone Air.

Implikasi dari prediksi ini bagi industri sangat luas. Merek-merek kecil dengan modal terbatas dan akses pasokan yang kurang kuat akan menghadapi tantangan eksistensial.

Kemungkinan kehabisan stok atau bahkan kesulitan memproduksi ponsel baru menjadi risiko nyata.

Hal ini berpotensi semakin memusatkan pasar pada segelintir vendor besar yang memiliki ketahanan finansial dan jaringan pasokan yang lebih matang.

Bagi vendor besar sekalipun, tantangannya adalah bagaimana mengelola kenaikan biaya ini tanpa sepenuhnya mengalihkannya ke konsumen dan meredam permintaan, atau bagaimana berinovasi menciptakan nilai tambah yang dapat membenarkan harga yang lebih tinggi.

Perkembangan menuju 2026 akan menjadi penentu bagi masa depan harga smartphone.

Apakah prediksi lonjakan harga ekstrem ini akan terbukti, ataukah dinamika pasar dan inovasi efisiensi baru akan menemukan jalan tengah, masih perlu ditunggu.

Yang pasti, peringatan dari dalam industri ini menyiratkan bahwa era kenaikan harga moderat untuk teknologi yang semakin canggih mungkin akan segera berganti.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU