Jumat, 12 Desember 2025
Selular.ID -

Pemulihan BTS di Sumut dan Sumbar Capai 96-99%, Aceh Masih Terkendala Listrik

BACA JUGA

Selular.id – Pemulihan layanan telekomunikasi pasca banjir di tiga provinsi Sumatra menunjukkan kemajuan signifikan, meski dengan kecepatan yang berbeda.

Hingga Rabu (10/12/2025), sebanyak 96,67% BTS di Sumatra Utara dan 99,20% di Sumatra Barat telah kembali beroperasi normal.

Namun, pemulihan di Aceh masih terhambat oleh padamnya pasokan listrik di sejumlah lokasi, dengan hanya 33,01% BTS yang aktif.

Data terbaru dari Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menunjukkan tren positif.

Jumlah menara BTS yang terdampak banjir telah menurun menjadi 2.637 unit dari puncaknya 3.380 unit pada 2 Desember.

Artinya, dalam kurun waktu sekitar seminggu, sebanyak 743 BTS telah berhasil dipulihkan.

Pemulihan ini memungkinkan warga di banyak titik untuk kembali terhubung dengan keluarga dan mengakses informasi darurat dengan lebih mudah.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Meutya Hafid, menegaskan bahwa pemulihan jaringan komunikasi menjadi prioritas utama pemerintah.

“Kami berupaya maksimal agar masyarakat kembali terhubung. Akses komunikasi mempengaruhi proses penyelamatan dan penyaluran bantuan. Setiap BTS yang pulih berarti lebih banyak warga bisa memberi kabar dan menerima informasi yang mereka perlukan,” ujar Meutya di Kantor Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2025).

Perbedaan Kecepatan Pemulihan di Tiga Provinsi

Pemulihan infrastruktur telekomunikasi ternyata berjalan dengan dinamika yang berbeda di setiap wilayah.

Di Sumatra Utara, dari total 9.612 BTS, sebanyak 9.292 unit atau 96,67% telah beroperasi normal.

Angka yang hampir sempurna juga dicapai oleh Sumatra Barat, di mana 3.709 dari 3.739 BTS telah aktif kembali, mencapai tingkat pemulihan 99,20%.

Situasi yang kontras justru terjadi di Provinsi Aceh. Dari 3.414 BTS yang terdampak, baru 1.127 unit atau 33,01% yang beroperasi normal.

Sebanyak 2.287 BTS lainnya masih belum dapat dihidupkan karena listrik di sejumlah lokasi masih padam.

Kondisi ini mempertegas bahwa pasokan listrik jadi kunci pemulihan jaringan internet di Aceh.

Meutya Hafid mengakui kendala ini dan menyatakan bahwa perbaikan infrastruktur menara BTS di Aceh terus dilakukan secara bertahap seiring dengan upaya pemulihan pasokan listrik oleh operator yang bekerja sama dengan PLN.

“Pemulihan jaringan di Aceh memang masih terkendala padamnya aliran listrik. Operator seluler, PLN, dan semua pihak terkait tengah bekerja keras saat ini untuk memastikan pasokan listrik kembali normal,” jelasnya.

Hambatan listrik ini juga menyebabkan kondisi BTS di Aceh naik turun, pasokan listrik jadi penentu hidup mati jaringan.

Dukungan Teknis dan Solusi Darurat

Untuk mengatasi kendala dan mempercepat konektivitas, pemerintah terus menambah dukungan teknis di wilayah terdampak.

Dukungan ini berupa genset dan perangkat akses internet darurat. “Fokus kami memastikan warga dapat berkomunikasi tanpa hambatan,” tegas Meutya Hafid.

Salah satu solusi darurat yang telah dijalankan adalah pengoperasian titik akses Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 dan distribusi perangkat Starlink.

Hingga saat ini, total sebanyak 18 titik akses Satria 1 telah beroperasi dan 88 perangkat Starlink telah didistribusikan ke berbagai titik di ketiga provinsi terdampak banjir.

Titik akses Satria 1 disebar di lokasi-lokasi strategis seperti bandara, rumah sakit, kantor pemerintahan, posko bencana, dan fasilitas publik lainnya.

Beberapa lokasinya antara lain Bandara Pinangsori di Sibolga, RSUD Pandan di Tapanuli Tengah, Masjid Raya Pase Panton Labu di Aceh Utara, GOR Aceh Tamiang, dan UPT BNPB Regional di Padang.

Penyebaran ini bertujuan menjangkau pusat-pusat keramaian dan titik pengungsian.

Sementara untuk perangkat Starlink, distribusi dilakukan dengan rincian 27 unit untuk Provinsi Aceh, 27 unit untuk Sumatra Utara, dan 34 unit untuk Sumatra Barat.

Teknologi satelit ini menjadi solusi krusial untuk menyediakan koneksi internet di daerah-daerah di mana infrastruktur terrestrial masih lumpuh total.

Upaya pemulihan juga melibatkan kerja keras dari operator telekomunikasi.

Seperti dilaporkan sebelumnya, pemulihan layanan TelkomGroup di Sumatra tembus 80% dengan dikerahkannya tim tambahan untuk mempercepat normalisasi layanan.

Pemulihan jaringan telekomunikasi pasca bencana bukan sekadar menghidupkan kembali menara pemancar.

Proses ini melibatkan perbaikan fisik menara yang rusak, penggantian perangkat yang terendam, restorasi kabel fiber optik yang putus, dan yang paling krusial adalah mengamankan pasokan listrik yang stabil.

Di Aceh, tantangan terbesar justru berada pada tahap terakhir ini, di mana jaringan listrik PLN masih dalam proses pemulihan menyeluruh.

Kemajuan di Sumatra Utara dan Barat yang hampir mencapai 100% menjadi angin segar dan menunjukkan bahwa dengan kondisi infrastruktur pendukung yang memadai, pemulihan dapat berjalan cepat.

Pencapaian ini juga membuka jalan bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir yang lebih terkoordinasi, karena komunikasi yang lancar adalah tulang punggung logistik bantuan.

Ke depan, fokus pemulihan akan tetap tertumpu pada Provinsi Aceh.

Kolaborasi antara Kementerian Komdigi, operator seluler, dan PLN akan terus diintensifkan untuk menyalakan kembali BTS-BTS yang masih gelap.

Sementara itu, kehadiran akses internet darurat via satelit diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi sementara hingga jaringan terrestrial pulih sepenuhnya.

Perkembangan di lapangan akan terus menjadi perhatian untuk memastikan hak komunikasi warga terdampak bencana dapat terpenuhi.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU