Jumat, 12 Desember 2025
Selular.ID -

Pasokan Listrik Jadi Kunci Pemulihan Jaringan Internet di Aceh

BACA JUGA

Selular.id – Pemulihan layanan internet dan telekomunikasi di Aceh pascabencana bergantung pada satu faktor utama, ketersediaan pasokan listrik yang stabil.

Jerry Mangasas Swandy, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (APJATEL), menegaskan bahwa infrastruktur telekomunikasi seperti fiber optik dan menara BTS secara teknis sudah siap beroperasi, namun belum bisa hidup maksimal karena ketergantungan pada daya listrik.

JMenurutnya, meskipun ada kerusakan infrastruktur yang terdampak, perbaikan teknis pada jaringan inti seperti fiber optik telah diselesaikan.

Tantangan yang kini dihadapi bukan lagi pada kesiapan jaringan telekomunikasi, melainkan pada kemampuan untuk menghidupkan perangkat di lapangan, terutama BTS dan perangkat transmisi, yang membutuhkan listrik.

“Kebetulan interkoneksi BTS itu tergantung kekuatan (pasokan listrik). Saat ini kita kejar-kejaran. Karena saat ini PLN cuma punya negara, tidak ada punya swasta, dan ketika BTS-nya up, otomatis secara pipa, secara fiber optik, bisa terkoneksi,” jelas Jerry, di Jakarta (11/12/2025).

Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa pemulihan konektivitas di Aceh saat ini berada dalam fase yang sangat bergantung pada percepatan pemulihan jaringan listrik nasional oleh PLN.

Situasi ini sejalan dengan laporan sebelumnya yang mengungkap bahwa 60,7% BTS di Aceh masih padam akibat gangguan pasokan listrik.

Kondisi BTS yang naik turun (on-off) secara tidak menentu menjadi penentu hidup matinya jaringan bagi pengguna di daerah terdampak.

Fokus Pemulihan Dialihkan ke Aceh

Jerry Mangasas Swandy mengungkapkan bahwa seluruh asosiasi di industri telekomunikasi kini diarahkan untuk fokus mempercepat pemulihan di Aceh.

Wilayah lain di Sumatera, seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat, dinilai telah mencapai kondisi jaringan yang jauh lebih stabil.

Hal ini diperkuat oleh data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika yang melaporkan pemulihan layanan telekomunikasi di Sumatera Barat sudah sekitar 99 persen, dan di Sumatera Utara mencapai 98 persen.

“Iya, kita menunggu arahan dari Pak Bahlil. Karena Pak Bahlil sebagai Menteri ESDM, tupoksinya di sana. Karena secara fiber optik kita siap,” tegas Jerry, merujuk pada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.

Pernyataan ini menunjukkan adanya koordinasi lintas kementerian yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah multifaset pascabencana, di mana pemulihan telekomunikasi sangat terkait dengan pemulihan sektor energi.

Pemerintah sendiri telah menetapkan fokus pemulihan di wilayah Aceh, mengingat hingga saat ini pemulihan konektivitas berbasis tower atau BTS baru mencapai sekitar 40 persen.

Angka ini kontras dengan capaian di provinsi tetangga, menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang lebih besar di daerah tersebut.

Upaya pemulihan yang masif terus dilakukan oleh berbagai operator dan mitra infrastruktur. Seperti dilaporkan sebelumnya, Telkomsel berhasil menembus keterbatasan akses untuk mempercepat pemulihan jaringan di daerah-daerah terpencil seperti Takengon, Aceh Tengah.

Upaya semacam ini menjadi krusial untuk menjangkau wilayah-wilayah yang akses transportasi dan logistiknya masih terbatas pascabencana.

Koordinasi antara penyedia jaringan telekomunikasi dengan pihak PLN menjadi kunci percepatan.

Setiap kali pasokan listrik dapat dipulihkan di suatu area, tim teknis telekomunikasi dapat segera melakukan aktivasi dan pengujian pada BTS dan perangkat jaringan di lokasi tersebut.

Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa begitu listrik menyala, konektivitas komunikasi dapat segera dirasakan oleh masyarakat, layanan darurat, dan dunia usaha.

Dari sisi infrastruktur, kesiapan fiber optik yang dinyatakan oleh APJATEL merupakan berita positif. Jaringan fiber optik berfungsi sebagai tulang punggung (backbone) data berkecepatan tinggi.

Dengan kondisi fiber yang sudah siap, proses pemulihan layanan data dan suara dapat berjalan lebih cepat begitu daya listrik ke perangkat akhir (seperti BTS dan router) tersedia.

Ini berbeda jika kerusakan juga terjadi secara masif pada jaringan fiber, yang akan membutuhkan waktu perbaikan lebih lama.

Pernyataan Jerry juga mengisyaratkan dinamika di lapangan di mana tim telekomunikasi harus “kejar-kejaran” dengan tim pemulihan listrik.

Ini menggambarkan situasi real-time di mana pemulihan di satu sektor harus segera diikuti oleh sektor pendukung lainnya untuk menciptakan efek pemulihan yang komprehensif bagi masyarakat.

Ke depan, tantangan utama adalah menjaga konsistensi pasokan listrik yang telah dipulihkan agar BTS tidak kembali padam (off) setelah dihidupkan (on).

Stabilitas jaringan listrik sangat penting untuk mencegah fluktuasi kualitas layanan telekomunikasi yang dapat mengganggu aktivitas pemulihan dan ekonomi masyarakat.

Pemulihan yang berkelanjutan membutuhkan infrastruktur pendukung seperti genset atau sumber energi alternatif sementara hingga jaringan listrik utama benar-benar stabil.

Fokus pada Aceh ini merupakan bagian dari upaya bertahap pemulihan di seluruh Sumatera.

Sebelumnya, upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk anak usaha Telkom Group seperti Telkom Akses, telah berhasil meningkatkan persentase pemulihan di berbagai wilayah.

Langkah selanjutnya adalah mengonsolidasikan semua sumber daya untuk menuntaskan pemulihan di daerah yang masih tertinggal, dengan harapan koordinasi yang erat dengan Kementerian ESDM dapat membuahkan hasil yang signifikan dalam waktu dekat.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU