Jumat, 19 Desember 2025
Selular.ID -

Pasar Smartphone Global Diprediksi Susut 2,1% di 2026, Harga Naik Akibat Kelangkaan RAM

BACA JUGA

Selular.id – Pasar smartphone global diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar 2,1% pada tahun 2026. Revisi proyeksi ini datang dari Counterpoint Research yang menyoroti lonjakan harga memori sebagai penyebab utama.

Firm riset tersebut menurunkan perkiraan sebelumnya sebesar 2,6 poin persentase, dengan merek-merek China seperti Honor, Oppo, dan Vivo diperkirakan akan menanggung pemotongan pengiriman paling dalam.

Segmen ponsel pintar kelas rendah diprediksi akan paling terpukul. Laporan Counterpoint menyebutkan bahwa biaya Bill of Materials (BoM) atau biaya komponen untuk perangkat di bawah $200 telah melonjak 20% hingga 30% sejak awal 2025.

Kenaikan ini juga dirasakan di segmen mid-range dan premium, meski dengan persentase lebih rendah, yaitu sekitar 10% hingga 15%.

Analis senior di Counterpoint mengonfirmasi bahwa perusahaan-perusahaan pembuat ponsel (OEM) tengah menyesuaikan strategi untuk mengelola biaya yang membengkak.

Beberapa di antaranya telah mulai mengurangi varian SKU kelas rendah dan menurunkan spesifikasi pada model-model tertentu.

Langkah ini mencakup pengurangan kualitas pada perangkat keras kamera, kualitas layar, dan kapasitas RAM demi menjaga margin keuntungan.

Smartphone Shipment YoY Growth Forecasts and Revisions 2026

Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelumnya, Selular.id juga melaporkan bahwa vendor smartphone terpaksa mengurangi kualitas komponen sebagai imbas dari melambungnya harga chip, dengan segmen low end menjadi yang paling terpukul.

Kini, tekanan tersebut semakin intens dengan proyeksi kenaikan harga memori yang berlanjut.

Counterpoint memprediksi harga memori akan naik lagi sekitar 40% hingga kuartal kedua 2026. Kenaikan ini berpotensi mendongkrak biaya BoM lebih tinggi lagi, yakni sebesar 8% hingga lebih dari 15%.

Imbas langsungnya terlihat pada harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP). Counterpoint merevisi perkiraan kenaikan ASP tahun-ke-tahun (YoY) untuk 2026 menjadi 6,9%, jauh lebih tinggi dari estimasi sebelumnya yang hanya 3,6% pada September 2025.

Strategi lain yang diambil OEM adalah kembali menggunakan komponen lama atau mengalihkan perhatian konsumen ke varian Pro yang lebih mahal. Beberapa peluncuran smartphone terkini telah membuktikan tren kenaikan harga ini. OnePlus 15 dan iQOO 15 yang baru diluncurkan di India, misalnya, debut dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan generasi pendahulunya.

Bahkan raksasa seperti Samsung dikabarkan mungkin akan menaikkan harga untuk seri Galaxy S26 yang akan datang serta seri A yang masih beredar.

Situasi ini menciptakan dilema bagi merek-merek yang tidak memiliki skala produksi besar atau integrasi vertikal. Counterpoint memperingatkan bahwa merek-merek tersebut akan kesulitan menyeimbangkan profitabilitas dan volume pengiriman di tahun 2026.

Krisis memori ini tidak hanya berdampak pada pasar smartphone. Xiaomi dan Honor, contohnya, telah menaikkan harga tablet mereka di China. Analis memperkirakan lebih banyak merek akan mengikuti langkah ini seiring dengan tetap ketatnya pasokan DRAM.

Penyebab utama kelangkaan ini adalah melonjaknya permintaan dari pusat data AI yang semakin banyak dibangun.

Permintaan tinggi dari sektor AI ini mengalihkan alokasi produksi chip memori, sehingga menyempitkan pasokan untuk perangkat konsumen seperti smartphone dan tablet.

Dinamika ini mengubah lanskap kompetisi, di mana merek dengan kontrol lebih besar atas rantai pasok atau yang fokus pada segmen premium mungkin lebih tahan banting.

Revisi proyeksi pengiriman global ini memberikan gambaran yang lebih suram dibandingkan prediksi pertumbuhan kecil yang sebelumnya diharapkan.

Sebagai perbandingan, lembaga riset lain seperti IDC pernah memprediksi pertumbuhan positif untuk tahun 2025. Namun, tekanan inflasi biaya komponen yang berlarut-larut tampaknya menggerus optimisme tersebut.

Di tengah tantangan ini, segmen tertentu masih menunjukkan ketahanan. Misalnya, pasar ponsel lipat dilaporkan tumbuh 14% dengan Samsung tetap mendominasi.

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di segmen high-end mungkin kurang sensitif terhadap kenaikan harga dibandingkan pembeli di segmen entry-level.

Ke depan, langkah-langkah efisiensi dan penyesuaian portofolio produk akan menjadi kunci bagi vendor.

Merek-merek akan semakin selektif dalam meluncurkan model baru, terutama di segmen rendah, dan mungkin lebih agresif mendorong upgrade ke model dengan margin lebih baik.

Konsumen, di sisi lain, perlu bersiap menghadapi pilihan yang mungkin lebih terbatas untuk ponsel berkualitas baik di kisaran harga terjangkau, atau menerima kenaikan harga sebagai keniscayaan baru.

Dampak gelombang kenaikan harga komponen ini masih akan terus dipantau perkembangannya, menentukan tidak hanya performa penjualan vendor tetapi juga aksesibilitas teknologi bagi masyarakat luas di tahun-tahun mendatang.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU