Jumat, 12 Desember 2025
Selular.ID -

Opera Neon, Browser AI Premium, Kini Bisa Diakses Publik

BACA JUGA

Selular.id – Opera resmi membuka akses publik untuk browser eksperimental berbasis kecerdasan buatannya, Opera Neon. Setelah melewati fase beta tertutup sejak Oktober lalu, browser yang dijuluki “agen AI” ini kini bisa dicoba oleh siapa saja di platform Windows dan macOS.

Namun, akses ke fitur AI canggihnya, termasuk Gemini 3 Pro dan GPT 5.1, dikenai biaya langganan sebesar US$19,90 atau sekitar Rp333 ribu per bulan.

Opera mengumumkan bahwa Neon kini memasuki fase beta terbuka. Browser ini pertama kali diperkenalkan kepada sekelompok pengguna terpilih dalam fase “Founders” yang dimulai 2 Oktober 2025. Kini, perusahaan membuka pintu bagi pengguna yang ingin bereksperimen dengan teknologi AI terbaru langsung di dalam browser.

“Opera Neon adalah browser untuk pengguna AI tingkat lanjut yang ingin mendapatkan akses dan memanfaatkan teknologi AI terbaru seiring kemunculannya,” demikian pernyataan Opera, seperti dikutip dari pengumuman resminya.

Konsep yang diusung Opera Neon berbeda dari browser konvensional. Opera mendeskripsikannya sebagai “browser yang agenik”. Artinya, browser ini tidak hanya menampilkan halaman web, tetapi menggunakan agen AI untuk menjalankan tugas-tugas kompleks, bahkan hingga menulis kode untuk aplikasi web.

Pendekatan ini menandai pergeseran dari browser sebagai alat penjelajah pasif menjadi asisten digital aktif yang dapat mengeksekusi perintah.

Opera Neon agentic AI browser finally becomes available to everyone, but there's a catch

Fitur utama yang ditawarkan adalah akses ke dua model bahasa besar (LLM) terkemuka, yaitu Gemini 3 Pro dari Google dan GPT 5.1 dari OpenAI. Dengan satu langganan, pengguna dapat memanfaatkan kemampuan kedua model AI tersebut tanpa perlu berlangganan layanan ChatGPT dan Gemini secara terpisah.

Opera berargumen bahwa biaya langganan Neon yang Rp333 ribu per bulan masih lebih hemat dibandingkan jika harus membayar dua layanan premium tersebut secara individual.

Kehadiran Opera Neon bukanlah yang pertama kalinya nama “Neon” digunakan oleh Opera. Pada 2017, perusahaan pernah meluncurkan konsep browser bernama Opera Neon sebagai proyek eksperimen untuk menampilkan visi mereka tentang browser masa depan.

Kini, nama itu dihidupkan kembali dengan fokus yang sepenuhnya berbeda, yaitu mengintegrasikan AI sebagai inti pengalaman. Langkah ini juga memperkaya portofolio browser khusus Opera, yang sebelumnya telah meluncurkan Opera GX untuk kalangan gamer.

Meski menawarkan kemudahan akses ke teknologi mutakhir, langganan premium ini mengundang pertanyaan mengenai nilai tambah yang diberikan. Di pasar yang sudah dipenuhi alat bantu AI, baik yang berdiri sendiri maupun terintegrasi, Opera Neon harus membuktikan bahwa integrasi yang mulus antara agen AI dan penjelajahan web dapat menciptakan alur kerja yang lebih efisien.

Kemampuan untuk membuat kode aplikasi web langsung dari browser, misalnya, bisa menjadi pembeda yang signifikan bagi pengembang, terutama jika dibandingkan dengan berbagai AI coding tools yang sudah ada.

Perluasan akses ke publik ini juga terjadi dalam konteks persaingan ketat di ekosistem perangkat lunak, di mana integrasi AI menjadi tren utama. Hampir bersamaan, perusahaan besar seperti Google juga terus memperbarui layanan intinya, seperti terlihat pada pembaruan Google Play Services yang membawa fitur-fitur baru.

Langkah Opera dengan Neon menunjukkan strategi untuk mengambil ceruk pasar pengguna profesional dan pengembang yang membutuhkan alat AI yang powerful dan terpusat dalam satu platform.

Dengan dibukanya beta publik, Opera kini dapat mengumpulkan umpan balik yang lebih luas dan beragam sebelum kemungkinan meluncurkan versi stabil. Respons pengguna terhadap model bisnis langganan dan utilitas fitur AI-nya akan menjadi penentu apakah Opera Neon dapat bertahan dan berkembang menjadi produk mainstream, atau tetap menjadi browser khusus untuk segmen pasar tertentu.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU