Selular.id – OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, secara resmi melangkah ke dunia perangkat keras konsumen. CEO Sam Altman dan desainer legendaris Jony Ive telah menyelesaikan prototipe pertama dari sebuah perangkat AI yang dirancang sebagai “perangkat ketiga” di samping ponsel dan laptop.
Proyek yang sebelumnya menjadi rahasia terbesar di Silicon Valley ini kini mulai menunjukkan wujudnya, dengan target peluncuran pada akhir 2026 atau 2027.
Dalam pengumuman pada November 2025, Altman dan Ive mengonfirmasi bahwa mereka telah memiliki versi prototipe yang berfungsi, yang mereka gambarkan sebagai sesuatu yang “sangat memukau”.
Altman menekankan bahwa produk ini bukan pengganti smartphone, melainkan perangkat pendamping yang menawarkan pengalaman yang lebih tenang.
Ia menggambarkan smartphone modern seperti berjalan di Times Square yang penuh notifikasi, sementara perangkat barunya dirancang untuk memberikan perasaan seperti duduk di kabin yang damai di tepi danau.
Konsep intinya adalah menciptakan asisten ambient yang tetap pasif hingga benar-benar dibutuhkan. Perangkat ini hanya akan menginterupsi pengguna ketika memiliki sesuatu yang berguna atau penting untuk dibagikan.
Tujuannya, menurut Altman, adalah membangun rasa damai dan kepercayaan dari waktu ke waktu, tanpa terus-menerus menuntut perhatian pengguna.
Inisiatif ini menandai ambisi besar OpenAI untuk tidak hanya menjadi penyedia perangkat lunak, tetapi juga menguasai interaksi fisik pengguna dengan kecerdasan buatan.
Wujud dan Cara Kerja Perangkat AI Tanpa Layar
Perangkat keras yang sedang dikembangkan dilaporkan tidak memiliki layar dan berukuran cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam saku.
Beberapa laporan mendeskripsikan bentuk fisik prototipe awal yang sederhana dan taktil, menyerupai iPod Shuffle dengan desain klip yang memungkinkannya dikalungkan di leher atau diletakkan di meja.
Desain ini sengaja dijauhkan dari kesan ponsel, kacamata pintar, atau smartwatch.
Interaksi akan mengandalkan mikrofon dan kemungkinan kamera atau sensor lainnya. Perangkat akan menggunakan model AI terbaru OpenAI untuk memahami permintaan lisan dan konteks dunia nyata.
Kemampuannya dirancang untuk mendengarkan, mengamati, dan mengingat. Altman memberikan contoh, perangkat ini suatu hari nanti bisa mengingatkan pengguna di mana mereka terakhir meletakkan kunci atau buku apa yang pernah mereka lihat di toko. Tujuannya adalah menciptakan perangkat yang terasa intuitif, sadar, dan membantu dalam rentang waktu yang panjang.
Langkah serius OpenAI ke ranah hardware dimulai setelah akuisisi besar-besaran senilai $6,4 miliar terhadap startup Jony Ive, bernama ‘io’, pada Mei 2025.
Akuisisi ini, seperti yang pernah dilaporkan Selular.id, memberikan OpenAI akses ke tim yang berfokus pada desain perangkat keras khusus AI. Ive, yang terkenal berkat desain iPhone dan iMac, kini memimpin pekerjaan desain untuk perangkat baru ini di bawah firma kreatifnya, LoveFrom.
Baca Juga:
Ambisi dan Tantangan di Balik Lini Produk Hardware
Pergerakan OpenAI ke dunia perangkat keras didorong oleh tiga tujuan strategis utama. Pertama, perusahaan ingin mengumpulkan data dunia nyata melalui mikrofon dan sensor, jenis data yang tidak bisa diambil hanya dengan menyisir internet.
Kedua, OpenAI menginginkan kendali lebih besar atas cara model AI-nya menjangkau pengguna, tanpa sepenuhnya bergantung pada perangkat dari Apple, Microsoft, atau Google.
Ketiga, Sam Altman memiliki visi jangka panjang untuk membangun produk pendamping AI, mirip dengan yang digambarkan dalam film “Her”.
Perangkat ini digambarkan sebagai ekstensi alami dari perangkat lunak OpenAI. Ia akan bekerja bersama ponsel dan komputer yang ada, tetapi beroperasi dalam kategori yang sama sekali baru.
Altman menegaskan, ini bukan tentang menambahkan layar atau aplikasi lain, melainkan menciptakan jenis perangkat komputasi yang fundamentalnya berbeda.
Ambisi ini juga didukung oleh kemajuan pesat di sisi perangkat lunak, seperti yang terlihat dari kesuksesan aplikasi Sora OpenAI yang tembus 1 juta download dan inovasi seperti GPT-5-Codex untuk developer.
Namun, jalan menuju peluncuran tidak sepenuhnya mulus. Tak lama setelah akuisisi, OpenAI menghadapi gugatan hukum terkait merek ‘io’. Startup lain yang didukung Google Ventures, bernama iyO, menggugat dengan klaim bahwa nama ‘io’ dan ‘iyO’ terdengar mirip secara fonetik dan dapat membingungkan konsumen.
Pengadilan Ninth Circuit setuju dan melarang OpenAI menggunakan nama ‘io’ untuk produk apa pun yang mirip dengan iyO. Akibatnya, OpenAI menghapus semua branding ‘io’ dari situs web dan materi publiknya.
Meski prototipe terbaru mendapat pujian dari Altman dan Ive, perjalanan pengembangan sebelumnya juga melalui iterasi yang tidak memenuhi standar mereka.
Saat ini, perangkat dikabarkan berada dalam tahap prototipe yang lebih matang. Jony Ive memperkirakan perangkat ini bisa diluncurkan dalam waktu kurang dari dua tahun, dengan target internal OpenAI adalah akhir 2026 atau 2027.
Perusahaan bahkan berharap dapat menskalakan produksi dengan cepat dan mengirimkan 100 juta unit lebih cepat dari yang pernah dilakukan perusahaan mana pun sebelumnya.
Namun, garis waktu tersebut masih bisa bergeser. Tantangan teknis dalam desain, kekhawatiran privasi yang pasti akan mengemuka seiring dengan perangkat yang selalu mendengarkan, serta sengketa merek dagang yang belum sepenuhnya berakhir, berpotensi menjadi faktor penunda.
Keberhasilan proyek ambisius antara raksasa perangkat lunak AI dan maestro desain produk ini akan sangat ditentukan oleh kemampuan mereka mengatasi hambatan tersebut, sekaligus mewujudkan janji tentang interaksi manusia-komputer yang lebih tenang dan intuitif.




