Selular.ID – Xbox milik Microsoft telah mengalami tahun yang penuh gejolak.
Serangkaian PHK, kenaikan harga, dan penutupan studio telah menyebabkan banyak orang menyatakan — bukan untuk pertama kalinya — bahwa Xbox telah mati.
Laura Fryer, mantan produser eksekutif di Microsoft Game Studios, mengatakan pada Juni lalu bahwa perusahaan tampaknya “tidak memiliki keinginan atau benar-benar tidak dapat lagi mengirimkan perangkat keras”.
Senada dengan Fryer, nantan eksekutif Microsoft dan mantan presiden Blizzard Entertainment, Mike Ybarra, mengecam strategi Xbox yang “membingungkan”.
Dalam sebuah unggahan X yang sekarang telah dihapus pada Oktober lalu, ia mengatakan bahwa perusahaan berpotensi menuju “kematian perlahan akibat banyak tusukan jarum”.
Kinerja Xbox belakangan memang terus merosot. Pendapatan keseluruhan perusahaan dari game menurun 2% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan penurunan 29% pada penjualan perangkat keras Xbox, menurut laporan pendapatan kuartal pertama Microsoft untuk tahun fiskal 2026.
Di sisi lain, industri konsol secara keseluruhan mengalami penurunan besar, dengan pengeluaran perangkat keras turun 27% dibandingkan tahun sebelumnya pada November, yang biasanya merupakan bulan belanja yang ramai, menurut laporan terbaru dari perusahaan riset Circana.
Dengan penurunan tersebut, bisa dibilang bahwa November merupakan pencapaian terburuk dalam dua dekade, lapor IGN, mengutip data Circana.
Penjualan gabungan unit Switch dan Switch 2 turun lebih dari 10% selama bulan tersebut. Begitupun penjualan PS5 turun lebih dari 40%, kata IGN.
Tetapi perangkat keras Xbox Series mengalami penurunan terbesar dibandingkan pesaing. Tercatat, penjualan anjlok secara dramatis sebesar 70%.
Dalam penjualan konsol, Xbox juga hampir tidak dapat menyamai para pesaing terdekatnya pada tahun ini.
Baca Juga
- 15 Game Nintendo Switch Terbaik 2025 untuk Semua Kalangan
- Respons Pasar Positif untuk Xbox ROG Ally, ASUS Kaget
Nintendo dan Sony PlayStation Panen Raya
Meski pasar tengah lesu, namun Switch 2 telah terjual 10,36 juta unit sejak debutnya pada Juni lalu, kata perusahaan tersebut dalam laporan pendapatan terbarunya.
Sementara Sony PlayStation 5 terjual 9,2 juta unit sepanjang 2025, menurut hasil keuangan terbarunya.
Sebaliknya, Microsoft Xbox Series S dan Series X, dengan penjualan 1,7 juta unit, tidak mampu mengalahkan Nintendo Switch generasi pertama, yang diluncurkan pada 2017 dan telah terjual 3,4 juta unit hingga saat ini, menurut data dari situs pelacak penjualan game VGChartz.
Microsoft sendiri sejauh ini, menolak berkomentar tentang penjualan atau angka Xbox.
Perusahaan tersebut berhenti melaporkan pengiriman unit konsol pada 2015 karena kesenjangan antara Xbox dan PlayStation semakin melebar.
Series S, Series X, dan PS5 semuanya awalnya dirilis pada 2020, dengan beberapa pembaruan yang dirilis sejak saat itu.
Pada November lalu, Valve membuat gebrakan dengan Steam Machine generasi berikutnya, yang akan diluncurkan pada tahun depan.
Pengungkapan konsol-PC hibrida ini menghasilkan kehebohan di seluruh dunia game, dengan The Verge menyatakan bahwa “Valve baru saja membangun Xbox yang diimpikan Microsoft.”
Perangkat mini berbentuk kubus ini dapat menjalankan game PC Windows melalui SteamOS berbasis Linux milik Valve, baik sebagai konsol televisi maupun sebagai komputer gaming. Para gamer akan memiliki akses ke perpustakaan Steam yang luas berisi ribuan game.
Namun Microsoft tampaknya tidak terlalu khawatir tertinggal.
“Kami tidak berbisnis untuk mengungguli Sony atau Nintendo dalam hal konsol. Sebenarnya tidak ada solusi atau kemenangan besar bagi kami,” kata CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer, dalam sebuah podcast tahun 2023.
Dalam ucapan selamatnya kepada Valve atas perilisan tersebut, bos Xbox itu memberikan isyarat pada gerakan untuk memperluas akses game “di seluruh PC, konsol, dan perangkat genggam.”
Saat Sony dan Nintendo telah memantapkan diri sebagai perusahaan perangkat keras, Microsoft mendorong visi asli Bill Gates tentang pusat hiburan yang mencakup semuanya di ruang keluarga.
“Pada akhirnya, pasar yang dapat dijangkau adalah siapa pun yang ingin bermain game, dan Microsoft ingin melayani pasar itu,” kata analis Wedbush, Michael Pachter, kepada CNBC.
CEO Microsoft, Satya Nadella, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan podcast TBPN bahwa model bisnis game perusahaan akan berupaya untuk berada “di mana-mana di setiap platform,” dari konsol hingga TV hingga perangkat seluler.
Komentarnya juga mengisyaratkan bahwa Xbox generasi berikutnya mungkin akan berfungsi lebih seperti PC.
“Agak lucu orang-orang menganggap konsol dan PC sebagai dua hal yang berbeda,” kata Nadella.
“Kami membangun konsol karena kami ingin membangun PC yang lebih baik, yang kemudian dapat berkinerja untuk bermain game. Jadi saya ingin meninjau kembali beberapa pandangan konvensional itu.”
Presiden Xbox, Sarah Bond, menggemakan gagasan tersebut, mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Mashable bahwa konsol generasi berikutnya dari perusahaan akan memiliki “beberapa pemikiran” yang terlihat pada perangkat genggam baru Xbox, yang dibangun oleh produsen perangkat keras Asus dalam kemitraan dengan Microsoft.
Diluncurkan pada Oktober lalu, perangkat tersebut mendukung permainan lintas platform dan dapat menjalankan game PC yang dibeli dari toko Epic Games, CD Projekt, dan Valve.
Xbox telah memasukkan pendekatan itu ke dalam Backbone Pro terbaru, yang diluncurkan pada bulan November.
Dirancang dalam kemitraan dengan Backbone Labs, pengontrol game portabel ini menawarkan akses ke cloud gaming di perangkat seluler, PC, smart TV, dan perangkat streaming lainnya.
Jadi seperti apa konsol generasi baru Microsoft nantinya?
Sedikit yang diketahui tentang perkembangan perusahaan saat ini.
Sebuah sumber yang mengetahui strategi Xbox mengatakan kepada CNBC bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menciptakan sistem terbuka yang memungkinkan pemain untuk berpindah antara konsol, PC, dan game berbasis cloud — dan segala bentuk hiburan di luar game.





