Rabu, 10 Desember 2025
Selular.ID -

Kejahatan Siber Sepenuhnya Otomatis Mengancam 2026, AI Jadi Senjata Utama

BACA JUGA

Selular.id – Operasi kejahatan siber diprediksi akan berjalan sepenuhnya otomatis tanpa campur tangan manusia mulai 2026.

Transformasi ini didorong oleh kecerdasan buatan (AI) dan sistem otomasi yang memungkinkan serangan berjalan dengan kecepatan, skala, dan kompleksitas yang jauh lebih masif.

Prediksi ini disampaikan oleh perusahaan keamanan siber global Trend Micro dalam laporan Security Predictions Report 2026 yang dirilis Selasa (9/12/2025).

Ryan Flores, Lead Forward-Looking Threat Research di Trend Micro, menyatakan bahwa kejahatan siber tidak lagi beroperasi sebagai industri jasa, melainkan telah berubah menjadi industri yang sepenuhnya terotomatisasi.

Menurutnya, para defender atau tim keamanan perusahaan kini menghadapi era baru di mana agen-agen AI dapat secara mandiri menemukan, mengeksploitasi, dan memonetisasi kelemahan sistem.

“Tantangan bagi para defender bukan sekadar mendeteksi serangan, tetapi juga mengimbangi tempo ancaman yang dikendalikan oleh mesin,” ujar Ryan.

Laporan tersebut secara khusus menyoroti peran AI generatif dan sistem agentik dalam mentransformasi ekonomi kejahatan siber.

Teknologi ini akan memunculkan serangan canggih seperti pembobolan yang beradaptasi secara real-time tanpa intervensi manusia, malware polimorfik yang terus menulis ulang kodenya sendiri, serta rekayasa sosial berbasis deepfake yang akan menjadi alat standar para penyerang.

Otomatisasi yang sama juga diprediksi akan membanjiri perusahaan dengan kode sintetis, model AI yang telah dirusak, dan modul cacat yang terselip dalam alur kerja yang sah, sehingga mengaburkan batas antara inovasi dan eksploitasi.

Target Baru dan Strategi Serangan yang Berevolusi

Pada tahun 2026 mendatang, lingkungan hybrid cloud, rantai pasokan perangkat lunak, dan infrastruktur AI diprediksi akan menjadi sasaran utama serangan.

Vektor serangan yang akan banyak ditemui meliputi paket perangkat lunak open source yang telah dirusak, container image berbahaya, serta identitas cloud dengan hak akses yang berlebihan.

Tren ini menunjukkan pergeseran fokus penyerang ke komponen-komponen kritis dalam arsitektur digital modern.

Di sisi lain, kelompok kejahatan siber yang diduga disponsori negara diperkirakan akan semakin mengadopsi strategi “harvest-now, decrypt-later”.

Strategi ini melibatkan pencurian data yang sudah terenkripsi dengan keyakinan bahwa kemajuan komputasi kuantum di masa depan akan mampu memecahkan enkripsi tersebut.

Hal ini menandakan ancaman jangka panjang yang dirancang untuk memanen data berharga hari ini dan mengekstraknya di kemudian hari.

Ancaman ransomware juga tidak luput dari transformasi ini.

Ransomware diprediksi akan berkembang menjadi ekosistem yang dikendalikan AI dengan kemampuan mengelola dirinya sendiri.

Sistem otomatis ini akan mampu mengidentifikasi korban potensial, mengeksploitasi kerentanan, dan bahkan melakukan negosiasi dengan target melalui bot pemerasan otomatis.

Para peneliti ancaman di Trend Micro memprediksi bahwa upaya pemerasan ini akan menjadi lebih cepat, lebih sulit dilacak, dan lebih persisten karena didorong oleh pencurian data, bukan hanya sekadar enkripsi.

Meningkatnya kompleksitas ancaman ini sejalan dengan laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa kejahatan siber terus meningkat, dengan pengambilalihan akun sebagai salah satu vektor paling dominan. Otomatisasi oleh AI berpotensi memperburuk tren ini secara eksponensial.

Pergeseran Menuju Ketahanan Proaktif

Menghadapi lanskap ancaman yang berubah dengan cepat ini, Trend Micro menyarankan agar organisasi di seluruh dunia melakukan pergeseran paradigma dari pertahanan reaktif menuju ketahanan yang proaktif.

Kunci utamanya adalah dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip keamanan ke dalam setiap lapisan, mulai dari pengadopsian AI, operasional cloud, hingga pengelolaan rantai pasokan.

Organisasi yang diprediksi akan meraih kesuksesan di masa depan adalah mereka yang mampu mengintegrasikan penggunaan AI secara etis, membangun pertahanan yang adaptif terhadap ancaman yang terus berevolusi, dan tetap mempertahankan pengawasan serta kendali manusia dalam prosesnya.

Pendekatan holistik ini dianggap penting untuk mengimbangi kecepatan dan kecerdasan serangan otomatis yang akan datang.

Kebutuhan akan strategi pertahanan baru ini semakin mendesak mengingat serangan ransomware terhadap sistem inti seperti Active Directory dapat menyebabkan kerusakan dan pemulihan yang sangat kompleks. Dengan serangan yang terotomatisasi, waktu respons menjadi faktor penentu yang kritis.

Laporan Trend Micro ini pada dasarnya merupakan peringatan dini bagi seluruh pemangku kepentingan di dunia digital.

Ancaman siber yang sepenuhnya otomatis bukan lagi sekadar skenario fiksi ilmiah, tetapi sebuah keniscayaan yang sedang dibentuk oleh kemajuan teknologi itu sendiri.

Kemampuan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam hal keamanan akan menentukan ketahanan organisasi di era di mana mesin penyerang dapat bekerja tanpa lelah, 24 jam sehari.

Seperti yang ditunjukkan dalam upaya perusahaan teknologi untuk mengoptimalkan AI guna menghadapi ratusan juta serangan, perlombaan senjata antara penyerang dan pembela di dunia siber telah memasuki babak yang sama sekali baru.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU