Selular.id – Kebakaran hebat melanda gedung perkantoran Terra Drone Indonesia di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pada Selasa (09/12) sore.
Insiden tragis ini telah menelan korban jiwa sebanyak 22 orang, dengan tim SAR dan relawan masih melakukan evakuasi dan pencarian korban lainnya di dalam bangunan tujuh lantai yang menjadi pusat operasional perusahaan teknologi drone asal Jepang tersebut.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Chondro, menyampaikan bahwa titik awal kebakaran diduga berasal dari baterai drone yang terbakar di lantai satu gedung.
“Ada baterai di lantai 1 yang terbakar dan sempat dipadamkan oleh karyawan. Ternyata, baterai yang terbakar tersebut menyebar karena lantai 1 adalah gudangnya,” ujarnya seperti dikutip dari berbagai sumber.
Saat kejadian, sebagian besar karyawan sedang berada di luar untuk makan siang, sementara lainnya beristirahat di lantai 2, 3, dan 6.
Investigasi penyebab pasti kebakaran masih terus dilakukan oleh kepolisian dan pihak berwenang.
Dugaan kuat mengarah pada insiden yang melibatkan baterai perangkat drone yang disimpan di gudang lantai dasar, yang kemudian menjalar dengan cepat ke seluruh bangunan.
Peristiwa ini menyoroti risiko keselamatan yang mungkin timbul dari penyimpanan dan penanganan baterai lithium-ion, komponen umum dalam teknologi drone.
Profil Terra Drone: Raksasa Layanan Drone Global
Di balik musibah yang terjadi, publik mulai menyoroti profil Terra Drone. Terra Drone Indonesia merupakan bagian dari Terra Drone Group yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
Perusahaan ini berfokus pada penyediaan jasa pemanfaatan drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk berbagai sektor industri berat, seperti konstruksi, pertambangan, minyak dan gas, energi, serta utilitas.
Secara global, Terra Drone dikenal sebagai salah satu penyedia layanan drone terbesar di dunia. Perusahaan menawarkan solusi teknologi untuk survei udara, inspeksi infrastruktur, dan analisis data berbasis drone.
Kehadirannya di Indonesia dimulai pada tahun 2015, dengan operasional resmi dimulai pada 2016 melalui PT Aero Geosurvey Indonesia.
Setelah mendapat pendanaan dari Terra Drone Corporation Jepang, perusahaan kemudian berubah nama menjadi PT Terra Drone Indonesia (TDID).
Pada tahun 2020, Terra Drone Indonesia memperluas layanannya dengan mengembangkan drone untuk kebutuhan pemantauan keamanan serta teknologi Ground Penetrating Radar (GPR) dan Ultrasonic Testing (UT).
Saat ini, jaringan Terra Drone telah hadir di sekitar 25 negara di seluruh dunia, dengan lebih dari 25 perusahaan grup dalam jaringannya, menunjukkan skala operasi yang signifikan.
Evolusi dan Ekspansi Bisnis Drone di Indonesia
Kehadiran Terra Drone di Indonesia sejak 2015 mencerminkan gelombang adopsi teknologi drone untuk aplikasi komersial dan industri di tanah air.
Perkembangan ini sejalan dengan meningkatnya permintaan akan solusi inspeksi yang lebih efisien, survei area yang luas, dan pengumpulan data real-time di sektor-sektor strategis.
Penggunaan drone mampu mengurangi risiko keselamatan pekerja di lokasi berbahaya, seperti area pertambangan atau inspeksi jalur pipa minyak.
Namun, insiden kebakaran di kantor Terra Drone ini mengingatkan semua pihak bahwa kemajuan teknologi juga harus diimbangi dengan standar prosedur keselamatan yang ketat, terutama dalam hal penyimpanan dan perawatan perangkat serta komponen pendukungnya, seperti baterai.
Baterai lithium-ion, meski efisien, memiliki potensi risiko thermal runaway yang dapat memicu kebakaran jika tidak ditangani dengan benar.
Tim SAR dan petugas pemadam kebakaran masih bekerja di lokasi kejadian untuk memastikan tidak ada lagi korban yang tertinggal dan proses pendinginan berjalan tuntas.
Duka mendalam tentu menyelimuti keluarga korban dan seluruh karyawan Terra Drone Indonesia.
Perkembangan lebih lanjut mengenai hasil investigasi resmi penyebab kebakaran dan upaya penanganan pasca-bencana masih ditunggu.



