Selular.id – Harga smartphone dari merek-merek ternama seperti Samsung dan Apple diprediksi akan mengalami kenaikan signifikan dalam waktu dekat. Lonjakan harga ini disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam 26 tahun terakhir, didorong oleh melonjaknya biaya komponen, terutama memori RAM, akibat tingginya permintaan dari sektor pusat data kecerdasan buatan (AI).
Berdasarkan analisis terbaru yang dilansir dari sumber terpercaya, industri smartphone dan PC bersiap menghadapi gelombang kenaikan harga yang belum pernah terjadi sejak akhir 1990-an. Penyebab utamanya adalah harga RAM yang meroket karena pasokan yang menipis, diserap secara masif oleh kebutuhan infrastruktur AI. Pasokan memori yang terbatas ini menciptakan tekanan besar pada rantai pasokan global.
Kondisi ini memaksa para produsen ponsel untuk bernegosiasi dengan sangat ketat dengan pemasok komponen. Bahkan, dilaporkan bahwa Google sampai harus memberhentikan seorang eksekutif yang dinilai gagal mengamankan persediaan memori yang cukup untuk produk-produk mendatang. Perusahaan asal Mountain View itu kini aktif merekrut ahli yang dapat membantu mengamankan pasokan dari Korea Selatan, jantung industri semikonduktor dunia.
Dampak Langsung pada Produk Mendatang
Situasi yang genting ini sudah mulai mempengaruhi strategi produk para raksasa teknologi. Samsung dikabarkan sedang berjuang menentukan harga untuk seri Galaxy S26 yang akan datang. Upaya menekan harga bahkan membuat perusahaan asal Korea Selatan itu disebut harus mengurungkan niat meningkatkan spesifikasi kamera pada model dasar Galaxy S26. Langkah ini diambil semata-mata agar harga jual tidak melambung terlalu tinggi dan tetap terjangkau.
Di kubu lain, Xiaomi tampaknya mengambil strategi berbeda dengan mempercepat peluncuran flagship terbarunya, Xiaomi 17 Ultra. Peluncuran yang dilakukan beberapa bulan lebih awal dari jadwal biasa ini diduga kuat untuk mengantisipasi kenaikan harga komponen yang diprediksi akan semakin parah di kemudian hari. Tren kenaikan harga ini juga selaras dengan prediksi sebelumnya yang menyebutkan harga ponsel flagship diprediksi naik 10% pada 2026.
Kenaikan harga tahun depan diprediksi bukanlah insiden yang berdiri sendiri. Para analis memperkirakan harga komponen akan terus melambung setidaknya hingga tahun 2027. Ini berarti konsumen mungkin harus membiasakan diri dengan harga smartphone yang lebih tinggi untuk beberapa tahun ke depan, sebuah tren yang bisa berdampak pada daya beli, mirip dengan efek yang pernah dibahas terkait dampak kenaikan harga BBM terhadap daya beli smartphone.
Baca Juga:
Implikasi bagi Konsumen dan Masa Depan Industri
Bagi konsumen yang memiliki ponsel dengan dukungan pembaruan perangkat lunak jangka panjang, disarankan untuk mempertahankan perangkat tersebut. Namun, bagi yang sudah berencana untuk mengganti smartphone dalam waktu dekat, pertimbangan untuk melakukan pembelian lebih awal mungkin perlu diambil. Tidak ada jaminan bahwa Galaxy S26 atau iPhone 18 akan mempertahankan harga yang wajar setelah diluncurkan.
Ketika flagship terbaru Apple diluncurkan nanti, gelombang kenaikan harga di seluruh industri diperkirakan sedang berada di puncaknya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai harga akhir produk-produk tersebut, termasuk untuk iPhone lipat (foldable) yang sebelumnya dikabarkan akan dibanderol sekitar US$ 2.400 sebelum berita tentang lonjakan harga ini beredar. Tekanan pada harga komponen inti seperti chipset juga akan mempengaruhi lini produk lainnya, termasuk smartphone yang mengusung platform terbaru seperti Snapdragon 8 Gen 5.
Krisis pasokan RAM ini membuka babak baru dalam persaingan industri mobile, di mana efisiensi rantai pasokan dan strategi pengadaan komponen menjadi kunci. Beberapa brand mungkin akan mencari solusi alternatif atau lebih fokus pada optimasi perangkat lunak untuk mengimbangi keterbatasan hardware. Pendekatan seperti fokus pada pengalaman pengguna, seperti yang diusung oleh iQOO di tengah isu harga dan tren AI, bisa menjadi strategi yang relevan.
Lanskap industri smartphone sedang menuju fase yang menantang. Di satu sisi, permintaan akan kemampuan AI on-device yang semakin canggih terus mendorong kebutuhan akan memori yang lebih besar dan prosesor yang lebih powerful. Di sisi lain, ketersediaan komponen pendukungnya justru sedang terbatas karena diserap oleh sektor infrastruktur AI skala besar. Dinamika ini akan menguji ketangguhan strategi para vendor, sekaligus menentukan pilihan dan daya beli konsumen di pasar global dalam beberapa tahun mendatang.




