Selular.id – Harga Random Access Memory (RAM), komponen vital untuk memproses data sementara di berbagai perangkat, mengalami kenaikan signifikan secara global sejak pertengahan 2024.
Lonjakan harga yang bahkan bisa mencapai 500 persen ini dipicu oleh kelangkaan pasokan akibat permintaan masif dari industri kecerdasan buatan (AI).
Kenaikan ini berdampak langsung pada konsumen, terutama perakit PC, dan memaksa sejumlah peritel besar di berbagai negara untuk menyesuaikan strategi penjualan mereka.
Data dari pemantau harga komponen komputer, PCPartPicker, menunjukkan tren kenaikan harga RAM sudah berlangsung sejak sekitar Juni 2024 dan berlanjut hingga Oktober 2025.
Kenaikan ini terjadi di hampir semua tipe RAM, baik generasi DDR4 maupun DDR5 yang lebih baru.
Sebagai contoh, kit RAM DDR5-6000 dengan kapasitas 32 GB yang sebelumnya dijual di bawah 100 dollar AS (sekitar Rp 1,6 juta), kini harganya melonjak di atas 200 dollar AS (sekitar Rp 3,3 juta).
Sementara itu, RAM DDR4-3600 32 GB naik sekitar dua kali lipat, dari kisaran 80 dollar AS menjadi sekitar 150 dollar AS.
Laporan dari media teknologi PCGamer mengungkapkan bahwa produsen memori besar seperti Samsung dan SK Hynix berencana menaikkan harga DRAM dan NAND—komponen utama RAM dan SSD—hingga 30 persen untuk kuartal keempat tahun 2024 (Oktober-Desember).
Keputusan produsen ini menjadi pemicu utama gelombang kenaikan harga di tingkat peritel.
CyberPowerPC, peritel rakitan PC ternama di Amerika Serikat dan Inggris, terpaksa menaikkan harga RAM di seluruh tokonya menyusul lonjakan harga bahan baku yang mencapai 500 persen untuk RAM dan sekitar 100 persen untuk SSD sejak awal Oktober.
Kenaikan harga yang drastis ini memicu keluhan dari banyak pengguna, khususnya para perakit PC rumahan.
Di forum online Reddit, seorang pengguna bercerita telah menabung berbulan-bulan untuk membeli kit RAM DDR5 Corsair Dominator 64GB CL30 yang awalnya dipatok 280 dollar AS.
Namun, saat hendak membeli, harganya tiba-tiba melonjak hampir 100 persen menjadi 547 dollar AS (sekitar Rp 9 juta).
Pengguna lain juga mengeluhkan bahwa harga kit RAM DDR5 Kingston FURY Beast 64GB kini bahkan lebih mahal daripada prosesor AMD Ryzen 7 9700X, sebuah fenomena yang jarang terjadi di pasar komponen PC.
Respons Peritel: Harga Tak Menentu Hingga Pembatasan
Ketidakpastian pasar memaksa beberapa peritel mengambil langkah tidak biasa.
Berdasarkan laporan PCWorld, dua toko komponen komputer besar di AS, Central Computers dan Micro Center, diketahui melepas label harga dari berbagai modul RAM yang mereka jual.
Kedua toko tersebut beralasan harga pasar yang terlalu tidak menentu.
Calon pembeli harus bertanya langsung kepada staf toko untuk mengetahui harga aktual dari setiap produk RAM.
Langkah pembatasan penjualan juga mulai diterapkan di beberapa negara Asia.
Di Jepang, beberapa toko dilaporkan telah membatasi penjualan modul memori per pembeli sejak awal November 2024.
Sementara di Taiwan, distributor menerapkan sistem bundling, di mana konsumen yang ingin membeli RAM diharuskan membelinya dalam paket bersama motherboard.
Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan betapa ketatnya pasokan RAM di pasar global saat ini.
Baca Juga:
Lonjakan harga komponen seperti RAM ini tidak terjadi dalam ruang hampa.
Industri teknologi sedang menghadapi tekanan dari berbagai sisi, termasuk kenaikan harga komoditas yang mempengaruhi biaya logistik dan produksi.
Meski demikian, pemicu utama krisis RAM saat ini sangat spesifik: revolusi AI.
Permintaan yang luar biasa besar dari pusat data dan perusahaan teknologi untuk chip memori berkinerja tinggi (HBM) yang digunakan dalam server AI telah mengalihkan kapasitas produksi produsen, sehingga mengurangi pasokan untuk pasar konsumen biasa.
Dampak dari kenaikan harga komponen dasar seperti RAM ini bersifat berantai.
Seperti dilaporkan sebelumnya di Selular.id, krisis pasokan RAM telah memaksa AMD untuk menaikkan harga kartu grafis (GPU) mereka sebesar 10 persen.
Hal serupa berpotensi terjadi pada produsen perangkat lainnya, yang pada akhirnya dapat meredam daya beli konsumen untuk produk gadget dan elektronik, sebuah tren yang sudah mulai diamati oleh para pengamat pasar.
Di tengah situasi ini, beberapa produsen berusaha mencari solusi untuk menekan biaya.
Seperti diberitakan, Apple berpotensi menghindari kenaikan harga yang signifikan untuk iPhone 18 Pro berkat penggunaan chipset buatan sendiri yang memungkinkan optimasi desain yang lebih baik.
Namun, untuk komponen komoditas seperti RAM yang diproduksi oleh segelintir perusahaan, ruang manuver seperti itu sangat terbatas.
Melihat ke depan, pasar RAM global diperkirakan masih akan mengalami tekanan hingga kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan ganda—AI dan konsumen—dapat seimbang.
Kenaikan harga yang dirasakan konsumen ini mengingatkan pada dinamika pasar komoditas lainnya, di mana gejolak harga sering kali menjadi bahan perbincangan publik yang luas.
Bagi para calon pembeli PC atau yang ingin melakukan upgrade, situasi saat ini menuntut kesabaran dan riset harga yang lebih mendalam sebelum melakukan pembelian.



