Selular.id – Google kembali meluncurkan iklan sindiran tajam terhadap Apple, kali ini dengan mengangkat tema dari film musikal populer Wicked. Iklan berdurasi sekitar satu menit tersebut menampilkan Pixel 10 Pro dan iPhone 17 Pro sebagai karakter utama, menyoroti klaim Google bahwa fitur-fitur andalannya selalu lebih dulu hadir sebelum diadopsi oleh pesaing dari Cupertino itu.
Dalam iklan bertajuk #BestPhonesForever itu, Pixel 10 Pro dengan bodi hijau berperan sebagai Elphaba, sementara iPhone 17 Pro dengan warna ungu dan aksesori mahkota memerankan Glinda. Keduanya digambarkan sebagai sahabat dekat, mencerminkan dinamika persaingan sekaligus hubungan “cinta-benci” antara dua raksasa teknologi ini. Sindiran halus namun jelas terasa sepanjang video.
Alur iklan diawali dengan iPhone 17 Pro yang mengucapkan terima kasih kepada Pixel 10 Pro karena telah menginspirasi berbagai fitur baru yang kemudian muncul di iPhone. Beberapa fitur yang disebutkan antara lain kemampuan pengeditan dan percantikan foto, filter dan identifikasi panggilan masuk, serta asisten digital berbasis kecerdasan buatan (AI) yang interaktif. Menurut narasi iklan, ketiga fitur tersebut memang pertama kali diperkenalkan di ponsel Google Pixel sebelum akhirnya hadir di iPhone, dengan jeda waktu bisa mencapai beberapa bulan hingga tahun.
Baca Juga:
Setelah ucapan terima kasih, iklan berlanjut dengan adegan bernyanyi. iPhone 17 Pro memamerkan kebolehannya menyanyi, diikuti oleh Pixel 10 Pro. Lagu yang dinyanyikan intinya berisi rasa syukur bahwa fitur-fitur canggih Pixel telah membuat iPhone “berubah menjadi ponsel yang lebih baik dan pintar”. Namun, ada detail menarik dalam penyajian suara keduanya. Google sengaja membuat suara Pixel 10 Pro terdengar lebih merdu dan natural, mirip manusia. Sebaliknya, suara iPhone 17 Pro digambarkan lebih datar dan bernuansa robotik.
Pilihan audio ini bukan tanpa maksud. Secara implisit, Google ingin menegaskan bahwa asisten digital dan AI yang diusung Pixel 10 Pro lebih luwes, responsif, dan “manusiawi” dibandingkan dengan solusi serupa yang ditawarkan Apple. Ini merupakan kritik terselubung terhadap pengalaman pengguna yang dianggap lebih kaku pada ekosistem rivalnya.
Iklan parodi Wicked ini merupakan bagian dari seri kampanye #BestPhonesForever yang telah lama dijalankan Google. Di kanal YouTube resmi Made by Google, tercatat sudah ada 32 video iklan pendek dalam seri ini, dengan mayoritas konten bernada sindiran terhadap Apple. Kampanye ini secara konsisten membangun narasi bahwa Pixel dan Android sering menjadi pionir inovasi, sementara Apple kerap mengikutinya di kemudian hari.
Sebelum iklan bertema Wicked, Google juga pernah meluncurkan sindiran serupa terkait fitur-fitur pada iOS 26, sistem operasi terbaru Apple kala itu. Salah satu fitur yang disorot adalah Live Translation, yang telah lebih dulu hadir di perangkat Pixel. Pola ini menunjukkan strategi marketing Google yang aktif memposisikan diri sebagai inovator sekaligus menggarisbawahi persepsi “ketertinggalan” Apple dalam menghadirkan fitur tertentu.
Persaingan melalui iklan semacam ini bukan hal baru di dunia teknologi. Selain Google, pemain lain seperti Meta juga pernah melakukan pendekatan serupa, misalnya saat Mark Zuckerberg menyombongkan sistem keamanan WhatsApp sambil menyindir iMessage. Dinamika ini mencerminkan persaingan ketat tidak hanya di pasar hardware, tetapi juga dalam membangun narasi superioritas fitur dan ekosistem di benak konsumen.
Langkah-langkah marketing yang agresif dari perusahaan besar seperti Google juga kerap menarik perhatian regulator. Di berbagai negara, praktik bisnis dan dominasi pasar “Big Tech” menjadi sorotan, seperti upaya Australia yang menyusun regulasi baru dompet digital menyasar Google dan perusahaan teknologi besar lainnya. Meski iklan sindiran tampak sebagai bumbu persaingan biasa, ia beroperasi dalam landscape regulasi yang semakin ketat.
Di sisi lain, Apple sendiri memiliki strategi positioning yang berbeda. Perusahaan asal Cupertino itu kerap menekankan integrasi ekosistem, privasi, dan pengalaman pengguna yang mulus, alih-alih sekadar menjadi yang pertama dalam menghadirkan fitur spesifik. Seperti pernah diungkapkan dalam konteks lain mengenai Apple yang mengaku tidak mencari untung dari Apple Music, pendekatan mereka sering berfokus pada nilai jangka panjang dan loyalitas pengguna.
Kampanye #BestPhonesForever, termasuk iklan terbaru ini, jelas ditujukan untuk mengikis persepsi tersebut dan membangun image Google Pixel sebagai ponsel yang tidak hanya inovatif tetapi juga lebih “pintar” dan manusiawi dalam berinteraksi. Dengan memanfaatkan momen pop culture seperti film Wicked, Google berharap pesannya dapat lebih mudah tersampaikan dan viral di kalangan pengguna.
Persaingan sengit antara Google dan Apple dalam hal fitur software juga berimbas pada perkembangan layanan pesan. Inovasi di satu pihak sering memicu respons dari pihak lain, seperti upaya Google Messages yang terus dikembangkan, termasuk wacana kemampuan menggunakan foto profil saat mengirim SMS, yang merupakan fitur umum di aplikasi pesan instant lainnya.
Iklan sindiran terbaru Google ini sekali lagi memantik perbincangan mengenai siapa yang sebenarnya memimpin inovasi di industri smartphone. Sementara Google menampilkan diri sebagai sumber inspirasi, Apple mungkin akan membalas dengan menonjolkan kedalaman integrasi dan keandalannya. Bagi konsumen, persaingan semacam ini pada akhirnya dapat mendorong kedua perusahaan untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk, meski disampaikan melalui saling sindir di layar iklan.



