Selular.id – Emoji terus menjadi bahasa universal dalam percakapan digital. Sepanjang 2025, peran simbol visual ini justru semakin krusial, berfungsi sebagai penanda emosi kolektif di tengah arus pesan yang cepat dan kerap ambigu.
Data real-time dari Emojipedia dan laporan tren World Emoji Day mengonfirmasi bahwa penggunaan emoji tetap tinggi, bahkan ketika fitur reaksi pesan semakin sering menggantikan balasan teks.
Yang menarik, deretan emoji terpopuler tahun ini tidak hanya didominasi ikon klasik, tetapi juga diwarnai oleh karakter-karakter baru yang langsung merebut perhatian pengguna.
Laporan tersebut mengungkap bahwa pilihan emoji pada 2025 merefleksikan kondisi emosional pengguna di tahun yang penuh dinamika.
Simbol-simbol ini telah berevolusi menjadi alat yang lebih kompleks untuk menyampaikan kelelahan, empati, kebingungan, dan semangat, jauh melampaui fungsi awalnya sebagai pengganti kalimat panjang.
Antusiasme terhadap pembaruan Unicode terbaru juga menjadi pendorong utama tren ini.
Salah satu momen penting dalam ekosistem emoji 2025 adalah kehadiran pembaruan Unicode 16, yang mulai tersedia untuk pengguna iOS pada April lalu.
Sementara itu, pengguna Android, khususnya yang memakai Google NotoColor Emoji, bahkan sudah bisa mencoba sejumlah emoji baru lebih awal.
Emoji baru yang paling dinantikan, menurut voting untuk Unicode 17.0, adalah Distorted Face (Wajah Terganggu), disusul oleh Fight Cloud (Awan Pertarungan) dan Apple Core (Inti Apel).
Emoji Baru yang Merepresentasikan Kelelahan Digital
Untuk kategori emoji baru paling populer sepanjang 2025, Face with Bags Under the Eyes (Wajah dengan Kantung Mata) keluar sebagai pemenang.
Emoji ini dinilai merepresentasikan kelelahan kolektif, tekanan mental, dan ritme hidup digital yang semakin padat.
Popularitasnya menunjukkan bagaimana pengguna mencari cara visual untuk mengomunikasikan keadaan burnout atau kelelahan yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Di posisi berikutnya, ada Splatter (Cipratan), Shovel (Sekop), Fingerprint (Sidik Jari), dan Harp (Harpa).
Dominasi emoji dengan makna simbolik kuat, bukan sekadar ekspresi wajah konvensional, menandai pergeseran dalam penggunaan.
Pengguna tampaknya lebih selektif dan menggunakan emoji sebagai metafora untuk situasi atau perasaan yang lebih spesifik.
Tren ini sejalan dengan cara platform seperti WhatsApp Desktop kini bisa buat status, yang juga mengandalkan ekspresi visual singkat untuk komunikasi.
Baca Juga:
Peringkat Abadi: Emoji Paling Sering Digunakan Sepanjang Masa
Sementara emoji baru meraih popularitas, pola penggunaan emoji secara keseluruhan menunjukkan konsistensi yang menarik.
Berdasarkan pelacakan Emojipedia sejak 2023, emoji hati merah masih menduduki posisi teratas sebagai yang paling sering digunakan sepanjang masa.
Posisi ini mengukuhkan emoji hati sebagai simbol universal untuk cinta, kasih sayang, dan dukungan yang tak tergantikan, melanjutkan tren yang sudah berlangsung lama, seperti yang pernah dilaporkan Emoji ‘Hati’ Jadi Karakter Paling Populer di 2014.
Di posisi kedua, ada Check Mark Button (tombol centang) yang kerap digunakan sebagai penanda persetujuan, konfirmasi, atau penyelesaian tugas.
Disusul oleh Sparkles (Kilauan) yang berfungsi sebagai penekanan visual untuk menunjukkan sesuatu yang istimewa, menarik, atau magis.
Ketiga emoji ini membentuk fondasi komunikasi digital sehari-hari, melengkapi percakapan teks di berbagai platform, termasuk di aplikasi yang baru saja memperluas jangkauannya seperti WhatsApp yang resmi hadir di Apple Watch.
Fenomena ini memperlihatkan dualitas dalam evolusi bahasa emoji. Di satu sisi, ada ketergantungan dan kenyamanan pada simbol-simbol klasik yang maknanya telah dipahami secara global.
Di sisi lain, ada ruang untuk adopsi dan kreativitas dengan simbol-simbol baru yang lebih mampu menangkap nuansa emosi dan konteks zaman.
Kombinasi ini membuat percakapan digital tetap dinamis dan ekspresif, bahkan di perangkat yang lebih kecil seperti yang dijelaskan dalam artikel WhatsApp Resmi Hadir di Apple Watch dengan Fitur Baru.
Ke depan, tren emoji diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan pembaruan Unicode dan adaptasi platform.
Emoji tidak lagi sekadar hiasan, tetapi telah menjadi bagian integral dari tata bahasa digital modern, merekam dan merefleksikan denyut nadi emosi kolektif pengguna internet di seluruh dunia.




