Selular.id – Neal Mohan, CEO YouTube, secara terbuka mengungkapkan aturan ketat yang diterapkannya di rumah untuk membatasi penggunaan smartphone dan media sosial bagi ketiga anaknya.
Pengakuan mengejutkan ini datang dari sosok yang justru memimpin salah satu platform digital terbesar di dunia, menyoroti kesadaran akan dampak teknologi pada generasi muda.
Dalam pernyataannya yang dikutip Sabtu (13/12/2025), Mohan mengakui bahwa keluarganya menerapkan kontrol disiplin terhadap konsumsi konten digital.
Aturan tersebut dirancang untuk menjaga keseimbangan aktivitas harian anak-anaknya, dengan fleksibilitas tertentu antara hari kerja dan akhir pekan.
“Kami memang membatasi waktu mereka di YouTube dan platform lain serta bentuk media lainnya. Pada hari kerja kami cenderung lebih ketat, di akhir pekan kami cenderung lebih longgar. Kami sama sekali tidak sempurna,” ujar Mohan.
Pria yang baru dinobatkan sebagai CEO of the Year 2025 oleh majalah Time ini merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap pengguna muda.
Komitmen itu tidak hanya diwujudkan di rumah, tetapi juga dalam pengembangan fitur platform yang dipimpinnya.
Mohan menyebut upaya berkelanjutan untuk memberikan kendali lebih besar kepada orang tua di seluruh dunia, salah satunya melalui YouTube Kids.
“Tujuannya adalah untuk memudahkan semua orang tua mengelola penggunaan YouTube anak-anak mereka dengan cara yang sesuai dengan rumah tangga mereka,” tambahnya.
Kebijakan Digital Orang Tua di Lingkungan Teknologi Tinggi
Pengakuan Neal Mohan ini menggemakan pola asuh serupa yang telah lama diterapkan oleh sejumlah tokoh puncak industri teknologi.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, dikenal memiliki aturan keras dengan tidak memberikan ponsel kepada anak-anaknya hingga mereka menginjak usia remaja.
Gates juga melarang penggunaan ponsel di meja makan untuk menjaga interaksi keluarga.
“Kami tidak memegang ponsel di meja saat makan, kami tidak memberikan anak-anak kami ponsel sampai mereka berusia 14 tahun dan mereka mengeluh anak-anak lain mendapatkannya lebih awal,” ungkap Gates beberapa tahun lalu, seperti pernah diulas dalam artikel Selular.id tentang tips usia tepat anak dapat HP dari Bill Gates.
Pendekatan para pemimpin teknologi ini mencerminkan kesadaran mendalam akan potensi distraksi dan pengaruh negatif dari perangkat digital yang tidak terkontrol.
Meski bisnis mereka membangun dan mengembangkan ekosistem digital tersebut, mereka justru memilih untuk menerapkan batasan yang jelas dalam lingkup keluarga.
Fenomena ini menunjukkan pemisahan antara tanggung jawab profesional dalam menghadirkan teknologi dan tanggung jawab personal sebagai orang tua dalam mengatur penggunaannya.
Baca Juga:
Implikasi dan Tanggung Jawab Platform Digital
Pernyataan CEO YouTube ini juga menyentuh aspek tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di era digital.
Di satu sisi, platform seperti YouTube harus terus berinovasi dan menarik pengguna, termasuk anak-anak dan remaja.
Di sisi lain, terdapat tuntutan etis untuk melindungi pengguna muda dari konten yang tidak sesuai, kecanduan, dan dampak psikologis lainnya.
Fitur seperti YouTube Kids, kontrol orang tua (parental control), dan timer pengguna merupakan respons terhadap kekhawatiran ini.
Komitmen untuk memberikan kendali lebih besar kepada orang tua, seperti yang diungkapkan Mohan, menjadi bagian dari narrative besar industri teknologi yang sedang berusaha menyeimbangkan antara pertumbuhan bisnis dan kesejahteraan pengguna.
Upaya serupa juga terlihat dalam inisiatif lain yang memanfaatkan teknologi untuk tujuan sosial, seperti yang dilakukan dalam program Telkom yang memudahkan Posyandu Ujung Berung tekan angka stunting.
Langkah-langkah pengaturan diri (self-regulation) dari dalam industri ini muncul di tengah meningkatnya sorotan regulator di berbagai negara mengenai keamanan anak di dunia digital.
Diskusi tentang batasan usia, verifikasi identitas, dan algoritma rekomendasi yang aman untuk anak terus mengemuka.
Pengakuan dari seorang CEO papan atas seperti Mohan dapat memengaruhi percakapan publik dan kebijakan internal perusahaan teknologi lainnya.
Dinamika ini juga berkaitan dengan tren teknologi yang lebih luas.
Seperti diungkap dalam laporan Ericsson ConsumerLab tentang tren AI hingga 2030, masa depan akan diwarnai oleh interaksi yang semakin intens antara manusia dan dunia digital, termasuk konsep seperti kembaran digital (digital twins).
Dalam konteks itu, membangun kebiasaan dan literasi digital yang sehat sejak dini menjadi semakin krusial.
Pola asuh digital yang diungkapkan oleh Neal Mohan dan Bill Gates menyisakan pertanyaan tentang kesenjangan antara kesadaran para pembuat teknologi dan pengguna awam.
Tidak semua orang tua memiliki pengetahuan, waktu, atau sumber daya untuk menerapkan pengawasan dan batasan yang sama ketatnya.
Di sinilah peran platform dan regulator dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan digital yang secara default lebih aman dan mendukung pola pengasuhan yang positif, sekaligus waspada terhadap potensi eksploitasi lain di dunia maya seperti modus penipuan investasi kripto yang kerap terjadi.
Kedepannya, pengakuan publik dari figur seperti CEO YouTube dapat menjadi preseden bagi lebih banyak transparansi dan dialog tentang etika desain teknologi.
Tekanan untuk mengutamakan keselamatan pengguna, terutama anak-anak, mungkin akan semakin menguat, baik dari dalam industri maupun dari masyarakat dan pemerintah.
Perkembangan fitur keamanan, kebijakan konten, dan edukasi literasi digital bagi keluarga akan terus menjadi area yang diamati secara seksama.




