Selular.id – Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk menetapkan harga yang lebih terjangkau dalam lelang pita frekuensi 2,6 GHz yang rencananya dibuka tahun ini.
Harapan ini disampaikan agar beban biaya operator tidak membengkak dan implementasi jaringan 5G bisa berjalan lebih cepat untuk dinikmati masyarakat.
Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O. Baasir, menyatakan dukungan asosiasinya terhadap langkah pemerintah membuka lelang frekuensi, termasuk untuk pita 2,6 GHz.
Namun, dia menekankan pentingnya harga lelang yang affordable atau terjangkau bagi para operator telekomunikasi.
“Harapannya harganya affordable untuk pemain. Dari ATSI kami memang tidak ikut melihat dokumen lelangnya, tetapi kami peduli dengan anggota kami,” ujar Marwan.
Menurutnya, harga lelang yang wajar akan mempercepat pemanfaatan pita 2,6 GHz untuk jaringan 5G, sehingga manfaat peningkatan kecepatan internet bisa segera dirasakan pengguna.
“Harganya bagus, masyarakat dapat internet yang lebih baik speednya,” sambungnya.
Tantangan dan Persiapan Menuju Lelang
Meski rencananya sudah digaungkan, jalan menuju lelang frekuensi 2,6 GHz masih memerlukan persiapan matang.
Seperti diungkapkan Direktur Jenderal (Dirjen) Infrastruktur Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Wayan Toni Supriyanto, pemerintah masih harus menyelesaikan sejumlah perangkat regulasi.
Proses ini meliputi penyusunan peraturan menteri (permen), keputusan menteri (KM) tentang pengadaan, serta KM tentang sertifikasi perangkat.
Kelengkapan regulasi ini penting untuk memastikan lelang berjalan transparan, adil, dan hasilnya dapat segera diimplementasikan untuk kepentingan publik.
Selain aspek regulasi, karakteristik teknis frekuensi 2,6 GHz juga membawa tantangan tersendiri.
Sebagai frekuensi mid-band, rentang sinyalnya lebih pendek dibandingkan pita rendah seperti 700 MHz atau 1,4 GHz.
Baca juga:
- Pengamat Sebut Lelang Frekuensi 2,6 GHz Bakal Genjot Kecepatan 5G Indonesia
- Operator Seluler Tunggu Lelang 700 MHz dan 26 GHz, Minta Harga Terjangkau
Artinya, untuk mencapai cakupan optimal, operator telekomunikasi perlu menambah jumlah menara base station atau titik akses jaringan.
Ini berarti investasi infrastruktur yang tidak kecil, meski diimbangi dengan kapasitas dan kecepatan data yang jauh lebih tinggi.
Dorongan untuk segera merealisasikan lelang ini tidak hanya datang dari dalam negeri.
Pemain global seperti Ericsson juga telah mendorong percepatan lelang frekuensi 2,6 GHz untuk 5G Indonesia, menandakan pentingnya spektrum ini dalam peta pengembangan 5G dunia.
Lelang ini juga akan menjadi kelanjutan dari upaya pemerintah mengoptimalkan spektrum, setelah sebelumnya melaksanakan lelang pita frekuensi 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar.
Dukungan Telkomsel sebagai market leader memberikan sinyal positif bagi proses lelang yang akan datang.
Komitmen operator besar untuk mengembangkan jaringan dengan spektrum baru dapat menjadi katalis bagi peningkatan kualitas layanan digital secara keseluruhan.
Keberhasilan alokasi dan utilisasi frekuensi 2,6 GHz akan menjadi salah satu penentu apakah target kecepatan internet 100 Mbps pada 2029 dapat tercapai, sekaligus menempatkan Indonesia pada peta daya saing digital regional yang lebih kuat.



