Senin, 15 Desember 2025
Selular.ID -

Apple Dilanda Bedol Desa, Padahal Penjualan iPhone Sedang Bagus-Bagusnya

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Oktober lalu menandai bulan terbaik Apple dalam hal pangsa pasar penjualan ponsel pintar karena iPhone 17 terbukti sangat populer karena berbagai faktor, ungkap Counterpoint Research.

Tercatat, Apple memimpin penjualan smartphone global dengan iPhone 16 pada Q3-2025, sekaligus mempercepat permintaan untuk lini iPhone 17 dan memperluas jangkauan promosinya di Amerika Serikat.

Laporan Global Monthly Handset Model Sales Tracker dari Counterpoint Research menunjukkan bahwa iPhone 16 adalah smartphone terlaris di seluruh dunia selama kuartal ketiga tahun 2025.

Memasuki tahun kedua masa pakainya, kinerja perangkat yang berkelanjutan ini dikaitkan dengan permintaan yang terus menerus di antara pengguna yang melakukan upgrade dari generasi iPhone yang lebih lama.

Hal itu juga didukung oleh promosi operator yang diperluas di pasar negara maju, dan daya tarik luas dari konfigurasi iPhone standar di wilayah di mana model ultra-premium mewakili pangsa yang lebih kecil dari total volume.

Selain kepemimpinan iPhone 16 yang berkelanjutan, Counterpoint menyebutkan bahwa iPhone 17 Pro Max masuk dalam daftar 10 besar global triwulanan dan menjadi smartphone terlaris pada September 2025, meskipun “ketersediaan terbatas menjelang akhir kuartal.”

Menurut perusahaan riset consumer yang berbasis di Hong Kong itu, permintaan untuk iPhone 17 Pro dan iPhone 17 Pro Max meningkat berkat banyaknya pengguna yang membeli iPhone selama periode COVID-19 dan kembali melakukan peningkatan besar tahun ini.

Fitur-fitur baru seperti kamera telefoto 48 megapiksel dengan zoom optik 8x dan sistem pendingin ruang uap merupakan salah satu revisi arsitektur kamera dan termal Apple yang paling signifikan dari tahun ke tahun dan berkontribusi secara material terhadap pertumbuhan penjualan bulanan.

Counterpoint Research juga mencatat penjualan iPhone 17 melampaui pendahulunya selama enam minggu pertama ketersediaan.

Pelacakan mingguan oleh Counterpoint, menunjukkan kekuatan tertentu di AS, China, dan Jepang, dan mencatat model dasar merupakan prospek yang menarik karena menggabungkan fitur-fitur yang sebelumnya merupakan kelas atas dengan harga yang lebih terjangkau.

China merupakan pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk ponsel Apple selama Oktober lalu, meskipun menyoroti kurangnya ketersediaan iPhone Air di negara tersebut yang mengakibatkan penjualan yang lesu secara keseluruhan.

Counterpoint Research menyatakan pendorong lainnya adalah siklus peningkatan yang sedang berlangsung di pasar yang sudah mapan dan permintaan untuk perangkat premium.

Analis senior Varun Mishra mengatakan ketersediaan model iPhone lawas yang lebih besar merupakan faktor lainnya.

Apple Tengah Dilanda Eksodus Eksekutif Besar-Besaran

Namun di tengah animo konsumen yang tinggi terhadap iPhone 16 dan iPhone 17, Apple kini tengah dibelit persoalan yang tak mudah: eksodus sejumlah eksekutifnya ke para pesaing.

Raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino – California itu, saat ini sedang menjalani perombakan eksekutif paling ekstensif dalam sejarah.

Perusahaan mengalami gelombang kepergian para pemimpin senior yang menandai penataan ulang manajemen paling signifikan perusahaan sejak pendiri dan CEO visionernya, Steve Jobs, wafat pada 2011.

Eksodus kepemimpinan ini mencakup divisi-divisi penting mulai dari kecerdasan buatan hingga desain, urusan hukum, kebijakan lingkungan, dan operasional, yang akan berdampak besar pada arah Apple di masa mendatang.

Pada Kamis (4/12), Apple mengumumkan bahwa Lisa Jackson, Wakil Presiden bidang lingkungan, kebijakan, dan inisiatif sosial, serta Kate Adams, penasihat umum perusahaan, akan pensiun pada 2026.

Baca Juga:

Adams telah menjabat sebagai kepala bagian hukum Apple sejak 2017, sedangkan Jackson bergabung dengan Apple pada 2013.

Adams akan mengundurkan diri akhir tahun depan, sementara Jackson akan meninggalkan perusahaan pada Januari 2026.

Jackson dan Adams bergabung dengan daftar panjang eksekutif puncak yang telah meninggalkan atau mengumumkan pengunduran diri mereka di tahun ini.

Sebelumnya, Kepala AI John Giannandrea mengumumkan pengunduran dirinya pada awal Desember.

Pemimpin desainnya, Alan Dye, yang mengambil alih desain antarmuka pengguna Apple yang sangat penting setelah Jony Ive meninggalkan perusahaan pada 2019, baru saja direkrut oleh Meta milik Mark Zuckerberg minggu ini.

Skala pergantian personel ini belum pernah terjadi sebelumnya di era Tim Cook. Pada Juli lalu, Jeff Williams, COO Apple, yang telah lama dianggap sebagai penerus Cook sebagai CEO, memutuskan untuk pensiun setelah 27 tahun bersama perusahaan.

Sebulan kemudian, CFO Apple, Luca Maestri, juga memutuskan untuk mundur dari jabatannya.

Dan divisi desain, yang baru saja kehilangan Dye, juga kehilangan Billy Sorrentino, seorang direktur desain senior, yang pindah ke Meta bersama Dye.

Situasi semakin bergejolak bagi tim AI Apple, pasalnya Ruoming Pang, yang memimpin tim model dasar AI, memutuskan pindah ke Meta pada Juli dan membawa sekitar 100 insinyur bersamanya.

Seperti halnya Pang, Ke Yang, yang memimpin pencarian web berbasis AI untuk Siri, dan Jian Zhang, pemimpin robotika AI Apple, juga pindah ke Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram.

Rencana Suksesi Terhadap Tim Cook Semakin Memanas

Meskipun semua kepergian ini merupakan hal besar bagi Apple, waktunya mungkin bukan kebetulan.

Baik Bloomberg maupun Financial Times telah melaporkan bahwa Apple meningkatkan upaya rencana suksesi sebagai persiapan pensiun Cook, yang telah memimpin perusahaan sejak 2011.

Kedua media bisnis terkemuka itu memperkirakan, pergantian terhadap Cook yang merupakan suksesor Steve Jobs akan dilakukan pada 2026.

Cook yang genap berusia 65 tahun pada November lalu, telah meningkatkan kapitalisasi pasar Apple dari sekitar $350 miliar menjadi $4 triliun selama masa jabatannya.

Bloomberg melaporkan bahwa John Ternus telah muncul sebagai kandidat internal utama untuk menggantikan Cook.

Pilihan Apple terhadap Ternus akan menjadi perubahan besar dari apa yang telah berhasil bagi Apple selama dekade terakhir, yaitu membiarkan seseorang dengan latar belakang operasional dan pemahaman yang kuat tentang rantai pasokan global memimpin perusahaan.

Sejak bergabung dengan Apple pada 2001, Ternus berfokus pada pengembangan perangkat keras, khususnya untuk iPhone, iPad, Mac, dan Apple Watch.

Keahlian teknis itulah yang membuatnya menjadi kandidat yang menarik, terutama karena sebagian besar kritik baru-baru ini terhadap Apple berpusat pada perusahaan yang memasuki kategori produk baru (Vision Pro, tetapi juga Apple Car yang bernasib buruk), serta upaya AI-nya yang sedang berjuang.

Sekarang, tentu saja, dengan begitu banyak eksekutif yang meninggalkan Apple, rencana suksesi meluas melampaui peran CEO.

Di sisi lain, Apple pada pekan lalu mengumumkan akan mendatangkan Jennifer Newstead, yang saat ini bekerja sebagai kepala bagian hukum Meta. Newstead menggantikan Adams sebagai penasihat umum perusahaan mulai 1 Maret 2026.

Newstead diharapkan menangani urusan hukum dan pemerintahan, yang pada dasarnya merupakan konsolidasi tanggung jawab di antara tim kepemimpinan Apple, menggabungkan peran Adams dan Jackson menjadi satu.

Sementara itu, Alan Dye akan digantikan oleh Stephen Lemay, sebuah langkah yang dilaporkan disambut baik di dalam Apple dan khususnya tim desainnya.

John Gruber, yang telah meliput Apple selama beberapa dekade dan memiliki hubungan yang erat di dalam perusahaan, menulis kritik yang cukup pedas terhadap Dye.

Dalam kalimat yang sama, ia mengatakan bahwa karyawan hampir “gembira” dengan Lemay—yang telah mengerjakan setiap desain antarmuka utama Apple sejak 1999, termasuk iPhone pertama—yang mengambil alih posisi tersebut.

Baca Juga:

Apple Tercecer Dalam Persaingan AI

Sementara itu, di tim AI, Giannandrea akan digantikan oleh Amar Subramanya, yang memimpin strategi dan upaya pengembangan AI di Google selama sekitar 16 tahun sebelum sempat bekerja sebentar di Microsoft.

Di bawah kepemimpinan Giannandrea di bidang AI, Apple menghadapi kritik karena tertinggal dari para pesaingnya dalam adopsi AI generatif.

Para pesaing terdekat seperti Samsung lebih cepat mengintegrasikan fitur-fitur AI (AI on Device) ke dalam ponsel pintar mereka.

Upaya Apple untuk mengintegrasikan AI canggih ke dalam jajaran produknya berjalan di bawah inisiatif Apple Intelligence, yang diumumkan pada Worldwide Developers Conference Juni 2024 lalu.

Namun, kemajuannya terbilang lambat. Peluncuran Siri yang telah disempurnakan dengan AI, yang awalnya dijadwalkan tahun ini, secara tak terduga ditunda hingga musim semi mendatang, memicu kekecewaan dari investor dan pelanggan.

Tanda-tanda Apple tercecer dalam perlombaan AI, semakin tergambar jelas pada awal 2025. Saat itu, Apple mengumumkan bahwa peningkatan kecerdasan buatan (AI) yang signifikan untuk asisten suara Siri akan ditunda hingga 2026.

Berbagai langkah penundaaan itu, membuat Tim Cook semakin skeptis dengan tim yang ada saat ini.

Laporan menyatakan bahwa CEO Tim Cook mulai kehilangan kepercayaan pada kemampuan kepala AI John Giannandrea untuk menghadirkan produk-produk AI generasi mendatang ini tepat waktu.

Puncaknya, Cook lebih memilih untuk mengganti Giannandrea dengan Subramanya. Pergantian ini diharapkan mendorong Apple untuk lebih agresif dalam inovasi AI on Device.

Sebelumnya pada Agustus lalu, dalam sebuah pertemuan internal global di markas besar perusahaan di Cupertino, Tim Cook, secara terbuka mengakui ketertinggalan perusahaannya dalam perlombaan AI dan berjanji untuk mengerahkan segalanya demi mengejar para pesaingnya.

Pada pertemuan itu, Tim Cook menyampaikan pesan yang tegas kepada para karyawannya.

Seperti dilaporkan Bloomberg, Cook menyebut revolusi AI “as big or bigger” (sama besar atau lebih besar) dari internet.

“Apple harus melakukan ini. Apple akan melakukan ini. Ini adalah milik kita untuk diraih,” serunya, mengisyaratkan urgensi dan optimisme.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU