Selular.id – ChatGPT, chatbot kecerdasan buatan (AI) dari OpenAI, telah memasuki tahun ketiga sejak diluncurkan pada 2022.
Untuk merayakan momen ini, OpenAI merilis rangkuman menarik tentang kebiasaan para pengguna saat berinteraksi dengan asisten digital tersebut.
Temuan ini mengungkap bahwa ChatGPT telah berevolusi dari sekadar alat pencari informasi cepat menjadi pendamping berpikir dan mitra produktivitas yang serbaguna.
Perkembangan pesat ChatGPT dari pratinjau riset menjadi alat digital yang merakyat menunjukkan adopsi AI yang semakin luas.
Baik untuk kebutuhan personal, pendidikan, kreatif, hingga profesional, chatbot ini telah menemukan perannya dalam keseharian banyak orang.
Berikut adalah enam hal yang paling sering dilakukan pengguna saat memanfaatkan ChatGPT, berdasarkan data dari OpenAI.
1. Analisis Gambar
Pertama, dan yang paling menonjol, adalah aktivitas mengunggah gambar untuk dianalisis.
Banyak pengguna memilih untuk mengirimkan foto atau gambar langsung ke ChatGPT untuk meminta saran estetika, perbaikan resolusi, identifikasi objek, hingga rekomendasi editing.
Menariknya, aktivitas ini bahkan lebih populer dibandingkan meminta AI untuk membuat gambar baru dari nol.
Kemampuan multimodal ChatGPT dinilai lebih praktis karena pengguna cukup mengirim gambar dan langsung mendapatkan insight, tanpa perlu memahami perintah visual (prompt) yang kompleks.
2. Asisten Riset
Kedua, ChatGPT sering dimanfaatkan sebagai asisten riset yang cerdas.
Pengguna memanfaatkan fitur browsing untuk meminta chatbot membaca konten dari sebuah situs web, lalu meringkasnya, memvalidasi informasi, atau membandingkannya dengan sumber lain.
Fitur ini membantu menghemat waktu karena pengguna tidak perlu membuka banyak tab browser sekaligus.
ChatGPT mampu mengekstrak informasi penting dari artikel panjang, laporan riset, hingga halaman produk, sehingga terasa seperti memiliki “asisten riset pribadi” yang selalu siap membantu.
Baca Juga:
3. Pemecahan Masalah
Ketiga, kemampuan reasoning atau penalaran ChatGPT membuatnya sering dipakai untuk memecahkan masalah, menyusun rencana, atau mengevaluasi ide.
Banyak pengguna menjadikan chatbot ini sebagai partner diskusi untuk mencari pro dan kontra sebuah keputusan penting.
ChatGPT juga dilibatkan dalam simulasi logika, penalaran matematis, hingga brainstorming strategi proyek.
Dengan kata lain, fitur ini berperan bukan sekadar memberikan jawaban instan, tetapi membimbing pengguna untuk berpikir lebih sistematis dan terstruktur.
4. Mencari Gambar atau Foto
Keempat, meski intensitasnya tidak sebesar aktivitas unggah gambar, kemampuan ChatGPT untuk membuat visual tetap banyak dimanfaatkan.
Pengguna meminta AI untuk menghasilkan konsep desain, ilustrasi, poster, hingga moodboard kreatif.
Biasanya, fitur ini digunakan sebagai tahap eksplorasi ide visual sebelum karya akhir dibuat secara manual di aplikasi desain profesional.
Hasil gambar dari AI sering dijadikan sumber inspirasi atau referensi awal yang kemudian dieksekusi dengan lebih detail.
5. Mencari Laporan Data
Kelima, fitur analisis data ChatGPT mendapatkan tempat tersendiri.
Pengguna dapat mengunggah file berisi tabel, angka, atau statistik untuk diolah lebih lanjut.
ChatGPT mampu membersihkan data, mencari pola tersembunyi, membuat ringkasan statistik, hingga memvisualisasikannya dalam bentuk grafik.
Banyak yang memanfaatkannya untuk memahami laporan bisnis yang kompleks, studi akademis, atau tren kinerja suatu produk.
Fungsi ini memudahkan banyak orang untuk membaca dan memahami data tanpa harus memiliki keahlian sebagai analis data profesional.
6. Konversi Suara ke Teks
Keenam, fitur voice-to-text atau konversi suara ke teks menjadi andalan untuk produktivitas.
Pengguna memanfaatkannya untuk mengubah rekaman suara, seperti hasil rapat, wawancara, ide yang diucapkan lisan, atau catatan penting, menjadi transkrip tulisan secara otomatis dan cepat.
Ini menghemat waktu dan tenaga yang biasanya dibutuhkan untuk mengetik manual atau menggunakan jasa transkripsi.
Adopsi ChatGPT yang semakin masif ini terjadi di tengah dinamika regulasi digital.
Seperti diberitakan sebelumnya, Komdigi Tegur 25 Platform Digital, Termasuk Induk ChatGPT terkait kewajiban Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE).
Isu regulasi ini menjadi perhatian mengingat platform seperti Cloudflare hingga ChatGPT Terancam Diblokir Komdigi Gara-gara PSE jika tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Di sisi lain, ekosistem ChatGPT terus berkembang dengan fitur-fitur kolaboratif.
OpenAI juga terus memperluas fungsionalitas ChatGPT, termasuk kesiapan untuk mendukung integrasi yang lebih dalam dengan aplikasi pihak ketiga, seperti yang diungkap dalam artikel ChatGPT Siap Dukung Aplikasi dan AI Agen Pihak Ketiga.
Sementara itu, kompetisi di ruang chatbot AI semakin ketat, yang tercermin dari keputusan platform lain, seperti Meta Hapus ChatGPT dan Copilot dari WhatsApp Mulai 2026.
Keenam kebiasaan pengguna ini menggambarkan pergeseran paradigma dalam berinteraksi dengan teknologi AI.
ChatGPT tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang futuristik, tetapi sebagai alat praktis yang menyatu dengan alur kerja dan kehidupan sehari-hari.
Dari membantu mengambil keputusan hingga merampingkan tugas administratif, peran asisten AI seperti ChatGPT diprediksi akan semakin personal dan kontekstual di masa depan, seiring dengan kemajuan kemampuan reasoning dan integrasinya dengan berbagai platform digital.




