Selular.id – CEO Meta Mark Zuckerberg diduga telah mengetahui dampak negatif Instagram terhadap pengguna di bawah umur sejak 2017, namun memilih mengabaikannya demi memprioritaskan interaksi dan keuntungan perusahaan.
Tudingan ini muncul dalam berkas gugatan hukum yang melibatkan lebih dari 1.800 penggugat, termasuk orang tua, dewan sekolah, dan jaksa agung negara bagian Amerika Serikat.
Berkas perkara yang kini terbuka untuk publik tersebut mengungkapkan Meta dituduh melakukan pola penipuan dengan menyembunyikan bahaya serius yang secara sadar mereka timbulkan pada pengguna remaja.
Gugatan ini juga menjerat TikTok, Google, dan Snapchat, namun tuduhan terhadap Meta disebut paling mendetail dan terstruktur.
Menurut dokumen yang dilihat Reuters, Zuckerberg diketahui telah menyadari masalah ini selama bertahun-tahun.
Dalam pesan teks yang ditemukan pengacara penggugat, CEO Facebook itu diduga menyatakan keselamatan anak bukan prioritas utamanya dibandingkan fokus lain seperti pengembangan metaverse.
Reuters mencatat, saat Zuckerberg terus memacu proyek metaverse, ia secara aktif menolak permohonan dari kepala kebijakan publik global Meta saat itu, Nick Clegg, untuk mengalokasikan lebih banyak sumber daya bagi keselamatan anak.
Penolakan ini terjadi meski bukti-bukti dampak negatif platform terhadap kesehatan mental remaja semakin nyata.
Moderasi AI yang Sengaja Diabaikan
Menurut laporan Time, alat moderasi kecerdasan buatan Instagram sengaja mengabaikan konten pelecehan anak dan gangguan makan.
Platform tersebut juga dibiarkan tanpa cara yang mudah untuk melaporkan penyalahgunaan semacam itu secara manual, membuat pengguna muda semakin rentan.
Berkas gugatan menyebut Meta secara sengaja merancang fitur keselamatan remaja agar tidak efektif, atau bahkan sepenuhnya mengabaikan keselamatan pengguna di bawah umur.
Tindakan ini dilakukan demi memprioritaskan interaksi remaja yang menjadi pilar utama keuntungan fantastis perusahaan.
Baca Juga:
Dalam beberapa kasus, dokumen tersebut menuduh Zuckerberg tidak hanya mengabaikan keselamatan anak, tetapi mengakalinya.
Setelah studi internal tahun 2018 menemukan bahwa 40% anak-anak Amerika berusia 9-12 tahun menggunakan Instagram setiap hari—melanggar kebijakan usia minimum 13 tahun—CEO tersebut disebut mengarahkan perusahaan tetap menarget pra-remaja.
Pada titik ini, Meta dituduh mulai menggunakan data lokasi untuk mengirim notifikasi ke siswa di sekolah, kemungkinan besar demi meningkatkan interaksi pengguna di bawah umur saat jam pelajaran berlangsung.
Sementara tim riset mempelajari psikologi anak pra-remaja dan mengembangkan proposal fitur baru untuk pengguna semuda 5-10 tahun.
Komentar Karyawan yang Mengkhawatirkan
Komunikasi internal perusahaan mengungkapkan kekhawatiran beberapa karyawan. “Oh bagus, kita mengejar anak-anak di bawah 13 tahun sekarang?” tulis seorang karyawan dalam percakapan internal.
“Zuck sudah membicarakan itu sejak lama. Seolah kita serius mengatakan kita harus membuat mereka kecanduan sejak muda.”
Pernyataan ini menguatkan tuduhan bahwa Meta secara sengaja mendesain platform yang membuat pengguna muda ketagihan.
Previn Warren, salah satu pengacara utama penggugat, menyebut analogi dengan industri rokok dalam menggambarkan praktik Meta.
“Meta merancang produk dan platform media sosial yang mereka sadari bersifat adiktif bagi anak-anak, dan mereka sadar bahwa kecanduan tersebut mengarah pada berbagai masalah kesehatan mental serius,” kata Warren.
“Seperti tembakau, ini adalah situasi di mana terdapat produk berbahaya yang dipasarkan ke anak-anak. Mereka tetap melakukannya, karena penggunaan yang lebih banyak berarti keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan.”
Gugatan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja.
Beberapa negara telah mengambil langkah tegas, termasuk upaya pembatasan akses platform media sosial bagi pengguna di bawah umur.
Baca Juga:
Kasus ini diperkirakan akan menjadi ujian penting bagi akuntabilitas perusahaan teknologi dalam melindungi pengguna muda.
Hasil gugatan ini dapat mempengaruhi regulasi media sosial di berbagai negara dan memaksa platform untuk lebih transparan dalam kebijakan perlindungan anak.
Perkembangan gugatan terhadap Meta dan platform media sosial lainnya ini akan terus dipantau, mengingat implikasinya yang luas terhadap masa depan regulasi teknologi dan perlindungan konsumen, khususnya bagi pengguna di bawah umur yang semakin terpapar platform digital sejak dini.




