Selular.id – Laporan terbaru Kaspersky Digital Footprint Intelligence mengungkapkan lonjakan signifikan dalam aktivitas pencarian kerja di dark web.
Jumlah resume dan lowongan kerja yang diunggah di platform gelap ini meningkat dua kali lipat pada kuartal pertama 2024 dibandingkan periode sama tahun 2023, dengan tren yang bertahan stabil hingga kuartal pertama 2025.
Fenomena ini mengindikasikan pergeseran berbahaya dalam lanskap ketenagakerjaan digital, terutama di tengah kondisi pasar kerja formal yang semakin menantang.
Data Kaspersky menunjukkan komposisi unik dalam pasar kerja bayangan ini.
Pada 2025, jumlah resume yang beredar melebihi lowongan kerja dengan proporsi 55 persen berbanding 45 persen.
Kondisi ini didorong oleh gelombang pemutusan hubungan kerja global dan masuknya kandidat pelamar yang lebih muda ke dalam ekosistem dark web.
Distribusi usia mengungkapkan fakta mengejutkan: rata-rata usia pencari kerja di platform ini hanya 24 tahun, menunjukkan dominasi generasi muda dalam pasar kerja ilegal.
Alexandra Fedosimova, Analis Jejak Digital di Kaspersky, memperingatkan bahwa pasar kerja bayangan tidak lagi bersifat periferal.
“Pasar ini menyasar para penganggur, anak di bawah umur, dan mereka yang berkualifikasi tinggi. Banyak yang datang dengan berpikir bahwa dark web dan ekosistem hukum pada dasarnya sama, lebih menghargai keterampilan yang terbukti daripada ijazah, bahkan dark web menawarkan beberapa keuntungan seperti tawaran kerja dalam waktu 48 jam dan tanpa wawancara HR,” ujarnya.
Dominasi Pekerjaan Kriminal di Dark Web
Mayoritas lowongan kerja yang ditemukan di dark web terkait langsung dengan kejahatan siber atau aktivitas ilegal lainnya, meskipun terdapat beberapa posisi yang sah.
Analisis Kaspersky mengungkap ekonomi bayangan yang matang, di mana 69 persen pencari kerja tidak menentukan bidang yang disukai.
Sikap terbuka ini mengisyaratkan kesediaan mereka untuk mengambil segala peluang yang menawarkan bayaran, tanpa mempertimbangkan legalitas pekerjaan.
Peran teknologi informasi menjadi yang paling banyak diminati dalam ekosistem kriminal dark web.
Posisi developer atau pengembang untuk membuat alat serangan mencakup 17 persen dari total lowongan.
Penguji penetrasi (penetration tester) untuk menyelidiki kelemahan jaringan menyumbang 12 persen lowongan. Sementara itu, pencuci uang (money launderer) untuk membersihkan dana ilegal melalui transaksi berlapis mencapai 11 persen.
Posisi kriminal lainnya termasuk carder yang bertugas mencuri dan memonetisasi data pembayaran (6 persen), serta traffer yang mengarahkan korban ke situs phishing (5 persen).
Studi sebelumnya tentang eksperimen kejahatan dunia maya AI di dark web telah memprediksi kompleksitas ekosistem kriminal digital yang terus berkembang.
Baca Juga:
Pola Gender dan Skema Kompensasi
Analisis Kaspersky juga mengungkap pola gender yang menarik dalam distribusi peran di dark web.
Pelamar perempuan cenderung mencari peran interpersonal, seperti posisi pendukung, call center service, dan asisten teknis.
Sebaliknya, pelamar laki-laki lebih sering mengincar peran teknis dan kejahatan finansial, seperti developer, kurir uang (money mule), atau pawang kurir.
Ekspektasi gaji di pasar gelap ini sangat bervariasi berdasarkan spesialisasi. Insinyur balik (reverse engineer) mendapatkan kompensasi tertinggi dengan rata-rata lebih dari $5.000 per bulan (sekitar Rp 83.550.000).
Posisi ini diikuti oleh penguji penetrasi dengan $4.000 per bulan (sekitar Rp 66.824.000) dan developer dengan $2.000 per bulan (sekitar Rp 33.400.000).
Untuk pekerjaan berbasis komisi, money launderer rata-rata menerima 20 persen dari pendapatan tim.
Carder dan traffer masing-masing mendapatkan sekitar 30 persen dan 50 persen dari total pendapatan.
Angka-angka ini mencerminkan premium pada keterampilan yang langka dan berdampak tinggi dalam ekosistem bayangan.
Perkembangan dark web selama bertahun-tahun telah menciptakan struktur kompensasi yang semakin kompleks dan menggiurkan.
Risiko dan Implikasi Jangka Panjang
Bagi para pencari kerja yang mempertimbangkan pekerjaan di dark web, keuntungan jangka pendek yang ditawarkan dapat membawa konsekuensi hukum dan reputasi yang fatal.
Fedosimova menekankan bahwa tidak banyak yang menyadari bahwa bekerja di dark web dapat mengakibatkan hukuman penjara.
Oleh karena itu, orang tua, pendidik, dan masyarakat didorong untuk segera melaporkan setiap permintaan daring yang mencurigakan.
Anak-anak dan generasi muda perlu diinformasikan bahwa terdapat banyak jalur karir dan pengembangan keterampilan yang sah di sektor teknologi, salah satunya di bidang keamanan siber yang justru memerangi aktivitas ilegal di dark web.
Fenomena ini menggarisbawahi urgensi pendidikan karir digital yang etis dan legal bagi generasi muda.
Sementara teknologi terus berkembang, penting untuk memastikan bahwa talenta digital diarahkan ke jalur yang konstruktif dan legal.
Lanskap ketenagakerjaan digital membutuhkan pendekatan holistik yang menggabungkan kesadaran hukum, pendidikan etika digital, dan penciptaan peluang kerja legal yang kompetitif.



