Selular.id – MediaTek, perusahaan desain chip terkemuka asal Taiwan, menargetkan pendapatan miliaran dolar dari chip akselerator AI khusus aplikasi pada tahun 2027. Target ambisius ini disampaikan langsung oleh CEO Rick Tsai dalam konferensi pers laporan keuangan triwulan III, Jumat (25/10), menandai langkah strategis perusahaan masuk lebih dalam ke bisnis pusat data dan komputasi awan.
Tsai mengungkapkan bahwa MediaTek berada di jalur yang tepat untuk meraih pendapatan US$1 miliar dari chip AI cloud mereka pada 2026. Proyek ASIC akselerator AI pertama perusahaan telah dieksekusi dengan baik dan diharapkan mulai menghasilkan pendapatan signifikan setahun kemudian. “Proyek pertama kami menghasilkan miliaran dolar pada tahun 2027,” tegas Tsai. “Dan proyek lainnya akan mulai menghasilkan pendapatan mulai tahun 2028 dan seterusnya.”
CEO yang juga membawa MediaTek menjadi vendor pertama di dunia yang memproduksi chip 2 nanometer ini menambahkan, total pangsa pasar yang dapat dialamatkan (TAM) untuk chip ASIC pusat data kini diperkirakan mencapai US$50 miliar. MediaTek berupaya keras merebut setidaknya 10-15 persen dari pasar tersebut dalam dua tahun ke depan.
Pengumuman MediaTek ini muncul di tengah persaingan ketat di industri chip AI. Pada Senin (21/10), pesaing utama Qualcomm meluncurkan dua chip kecerdasan buatan untuk pusat data yang akan tersedia pada 2026 dan 2027. Persaingan ini tidak hanya melibatkan MediaTek dan Qualcomm, tetapi juga pemain lain seperti Xiaomi dengan chip XRing 01 yang digadang-gadang mampu bersaing dengan para raksasa industri.
Baca Juga:
Kolaborasi Strategis dengan Nvidia
MediaTek telah membangun kemitraan strategis dengan Nvidia untuk memperkuat posisinya di pasar AI. Kedua perusahaan bersama-sama merancang GB10 Grace Blackwell Superchip yang digunakan dalam DGX Spark milik Nvidia. Superkomputer AI pribadi ini mulai dijual bulan ini, menandai babak baru dalam kolaborasi kedua raksasa teknologi.
Kerja sama ini menjadi semakin menarik menyusul berita investasi Nvidia senilai US$5 miliar di Intel pada September lalu. Ketika ditanya apakah investasi Nvidia di pesaing CPU tersebut akan mempengaruhi kolaborasi MediaTek dengan Nvidia di masa depan, Tsai menyatakan keyakinannya. “Saya tidak yakin berita itu akan memengaruhi upaya bersama perusahaan itu pada GB10,” ujarnya dengan tegas.
Kolaborasi dengan Nvidia ini menunjukkan strategi MediaTek yang tidak hanya mengandalkan kekuatan internal, tetapi juga membangun aliansi strategis untuk mempercepat penguasaan pasar chip AI. Pendekatan ini sejalan dengan transformasi perusahaan dari fokus utama pada chip mobile menuju komputasi awan dan pusat data.
Kinerja Keuangan dan Prospek Pasar
MediaTek melaporkan pendapatan kuartal ketiga sebesar T$142,1 miliar (US$4,64 miliar), naik 7,8% dari tahun sebelumnya. Namun, laba bersih perusahaan turun 0,5% menjadi T$25,5 miliar. Kinerja saham MediaTek tahun ini turun 7,4%, lebih rendah dari kenaikan 22,6% pada indeks acuan Taiwan. Saham ditutup datar pada Jumat menjelang rilis laporan keuangan.
Di sisi lain, TSMC, produsen chip kontrak terbesar di dunia yang juga mitra produksi MediaTek, meningkatkan perkiraan pendapatan setahun penuhnya bulan ini. Optimisme TSMC didorong oleh prospek pengeluaran untuk AI yang kuat, setelah membukukan rekor laba yang melampaui perkiraan pasar. Ini menjadi indikator positif bagi seluruh industri semikonduktor, termasuk MediaTek.
Transformasi MediaTek ke bisnis chip AI tidak lepas dari pengalaman mereka dalam mengembangkan chipset MediaTek G99 Ultra yang digunakan dalam smartphone Poco M6 Pro. Pengalaman dalam mengoptimalkan performa dan efisiensi daya pada perangkat mobile menjadi modal berharga dalam mengembangkan chip AI untuk pusat data.
Target pendapatan miliaran dolar dari chip akselerator AI pada 2027 menunjukkan keyakinan MediaTek dalam kemampuan teknologi dan strategi bisnis mereka. Dengan kolaborasi yang kuat, eksekusi proyek yang solid, dan pasar yang terus berkembang, MediaTek berpotensi menjadi pemain utama dalam revolusi AI yang sedang berlangsung.




