Selular.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan penetrasi internet tetap berbasis fiber to the home (FTTH) dan fixed wireless access (FWA) mencapai 30% pada 2026. MyRepublic, penyedia layanan internet di bawah naungan Sinar Mas, didorong untuk berperan aktif dalam mencapai target ambisius ini.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Meutya Hafid menegaskan bahwa layanan internet tetap yang stabil merupakan fondasi utama untuk pembelajaran digital dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Jadi FTTH dan FWA tahun depan kita targetkan 30 persen rumah memiliki koneksi tetap. Pendidikan dan UMKM memerlukan koneksi yang lebih secure dan lebih stabil,” ujar Meutya, Selasa (25/11/2025).
Perluasan layanan ini diarahkan kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah, yang mencakup 34,5 juta rumah tangga, serta 2,8 juta rumah tangga di segmen berpenghasilan rendah dengan pengeluaran telekomunikasi antara Rp17.000 hingga Rp180.000 per bulan. Kelompok ini memiliki kebutuhan internet yang tinggi, namun daya belinya terbatas.
Kominfo juga mendorong MyRepublic, yang telah mengantongi izin penggunaan pita frekuensi 1,4 GHz, untuk menjual internet dengan harga terjangkau. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah mempercepat konektivitas rumah tangga dan akses konten pendidikan digital. Tujuannya, memastikan anak Indonesia tumbuh dengan kemampuan digital dasar yang kuat dan merata di seluruh wilayah.
“Karena harga internet saat ini mahal, rumah-rumah ini tidak terhubung, tapi skalanya besar. Jadi kalau kita murahkan, dapat skala yang besar, mudah-mudahan tidak hanya baik untuk masyarakat, tapi buat industri juga ini masuk akal,” tambah Meutya.
Baca Juga:
Fokus pada Pendidikan Digital dan UMKM
Meutya menyatakan percepatan penyediaan konektivitas stabil dan konten digital pendidikan merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sejak usia dini. Agenda ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan digitalisasi pendidikan sebagai fondasi peningkatan kompetensi generasi muda.
“Dengan semangat arahan Bapak Presiden, Kominfo menjadikan konektivitas dan konten digital pendidikan sebagai bagian dari upaya nasional meningkatkan SDM sejak usia anak,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya internet yang aman, stabil, dan merata agar transformasi pembelajaran digital berjalan efektif.
Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak atau PP TUNAS, yang mengamanatkan ruang digital ramah anak. Meutya juga memberikan apresiasi terhadap program CSR Roketin Generasi Tunas Digital yang dilakukan bersama untuk mendukung literasi digital pelajar serta mendorong implementasi PP TUNAS di tingkat keluarga dan sekolah.
Peran MyRepublic dan Pesaing di Pasar Internet Murah
Dorongan Kominfo kepada MyRepublic untuk menjual internet murah semakin relevan mengingat operator ini baru saja memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk wilayah luar Jawa. Izin ini membuka peluang besar bagi MyRepublic untuk menjangkau lebih banyak rumah tangga dengan layanan internet terjangkau.
Di sisi lain, Telemedia Komunikasi Pratama, pemenang lelang 1,4 GHz lainnya, telah lebih dahulu meluncurkan layanan Internet Rakyat seharga Rp100.000 dengan kecepatan 100 Mbps. Kehadiran layanan semacam ini, seperti 7 paket WiFi murah Rp100 ribuan untuk keluarga dan pekerja rumahan, menunjukkan tren positif menuju internet yang lebih terjangkau.
Namun, upaya penyediaan internet murah ini tidak lepas dari tantangan. Seperti disoroti APJII, biaya regulasi untuk internet murah 1,4 GHz perlu diperhitungkan agar target penetrasi dapat tercapai tanpa membebani industri.
Dengan komitmen kuat dari pemerintah dan pelaku industri, target 30% penetrasi FTTH dan FWA pada 2026 bukanlah hal mustahil. Langkah ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi digital, peningkatan kualitas pendidikan, dan pemerataan akses internet di seluruh Indonesia.




