Selular.ID – Raksasa teknologi Amazon mengubah nama layanan komunikasi satelit Project Kuiper menjadi Amazon Leo.
Alasannya, menurut perusahaan merupakan penghormatan sederhana kepada konstelasi orbit Bumi rendah yang menggerakkan jaringannya.
Dalam sebuah pernyataan, Rajeev Badyal, Wakil Presiden Amazon Leo, menjelaskan bahwa Project Kuiper adalah nama kode awal yang diberikan untuk program tersebut tujuh tahun lalu, terinspirasi oleh cincin Asteroid di tata surya bagian luar yang disebut sabuk Kuiper.
“Nama kode itu melekat pada kami di banyak tonggak awal kami: mengajukan dan menerima lisensi awal, menandatangani kontrak peluncuran terbesar dalam sejarah, menyelesaikan misi prototipe yang sukses, dan meluncurkan satelit produksi batch penuh pertama kami awal tahun ini,” ungkap Badyal.
Sekarang, ia mengatakan Amazon Leo akan menjadi merek permanen untuk program ini ke depannya, sementara Amazon terus membuat kemajuan yang baik dalam misi jangka panjang untuk layanan satelit yang telah dirintis perusahaan sejak 2018.
Secara total, perusahaan memiliki 150 satelit di orbit, dan Badyal menambahkan bahwa mereka mengoperasikan salah satu lini produksi satelit terbesar di planet ini.
Ia menyebutkan beberapa nama pelanggan, termasuk NBN CO di Australia, DirecTV Amerika Latin, dan maskapai Jet Blue.
Baca Juga: Amazon Tambah Lini Tablet Baru: Kindle Scribe dan Kindle Scribe Colorsoft
Mereka menargetkan peluncuran setengah dari total 3.236 satelit yang direncanakan pada Juli 2026, sesuai persyaratan Komisi Komunikasi Federal (FCC).
Project Leo bersaing dengan sejumlah pesaing untuk menyediakan konektivitas berbasis satelit, termasuk Starlink, EchoStar, AST SpaceMobile, Lynk Global, dan lainnya.
SpaceX, dengan konstelasi Starlink-nya, merupakan pemain dominan dalam satelit orbit rendah, terutama untuk konektivitas internet, diikuti oleh pesaing seperti OneWeb dan Project Kuiper milik Amazon.
Pemain utama lainnya termasuk perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan tradisional seperti Lockheed Martin, Airbus Defence and Space, dan Northrop Grumman, yang juga berfokus pada pertahanan, observasi bumi, dan layanan khusus lainnya.
Pasar ini juga mencakup perusahaan-perusahaan seperti L3Harris Technologies, Thales Alenia Space, dan Planet Labs.
Namun untuk mengejar Starlink diperlukan sumber daya yang luar biasa besar bagi pemain lain, termasuk Amazon Leo.
Pasalnya, pada akhir Oktober lalu, SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, telah mencapai tonggak sejarah dengan meluncurkan lebih dari 10.000 satelit Starlink ke orbit Bumi.
Pencapaian ini menjadikan SpaceX sebagai operator satelit terbesar di dunia yang menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi secara global.
SpaceX mengonfirmasi bahwa seluruh satelit ini akan memancarkan internet Starlink berkecepatan tinggi ke berbagai penjuru dunia.
Pencapaian angka 10.000 satelit ini terjadi setelah dua roket Falcon 9 milik SpaceX lepas landas dari Florida dan California pada minggu ketiga Oktober 2025.
Masing-masing roket membawa 28 satelit Starlink, menambah total 56 satelit baru ke angkasa.
Starlink, merupakan proyek ambisius yang dimulai pada 2018 dengan peluncuran dua satelit uji, kemudian dilanjutkan dengan 60 satelit operasional pertama setahun berikutnya.
Sejak itu, SpaceX secara konsisten memperluas armada Starlink dalam skala besar.
Di sisi lain, meski penuh dengan pemain kelas kakap, pasar masih memiliki potensi untuk berkembang.
Menurut Laporan Market Report, nilai pasar satelit orbit bumi rendah mencapai USD 13,71 juta pada 2025 dan diperkirakan mencapai USD 46,92 juta pada 2033, tumbuh pada CAGR 14,65% dari 2025 hingga 2033.
Baca Juga: AMD Ryzen X3D Kuasai Pasar CPU Amazon AS, Intel Tertinggal Jauh




