Selular.id – Layanan Internet Rakyat dengan kecepatan 100 Mbps dan harga sekitar Rp 100 ribu per bulan muncul sebagai jawaban atas tingginya biaya internet rumah di Indonesia.
Kehadiran layanan ini dinilai tepat mengingat tarif internet Indonesia saat ini belum mencapai skala ideal dan bahkan termasuk yang termahal di ASEAN dengan kecepatan paling lambat.
Bramantiyoko Sasmito, Director selaku Tech and Durables Commercial Lead, NIQ Indonesia, mengungkapkan kondisi internet Indonesia yang masih jauh dari ideal.
“Harga internet (Indonesia) saat ini ideal atau tidak. Saya nggak tahu harga idealnya berapa, tapi apakah sekarang ideal? mostly tidak karena harga internet di Indonesia itu adalah yang paling mahal di ASEAN dengan speed yang paling lambat juga di ASEAN,” ujar Bramantiyoko dalam acara Digital Economy & Telco Outlook 2026, Selasa (26/11/2025).
Fenomena mahalnya tarif internet rumah yang berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per bulan memang masih menjadi beban bagi sebagian besar pengguna, khususnya masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Lonjakan pemakaian internet yang semakin tidak terpisahkan dari aktivitas harian tidak diimbangi dengan harga yang terjangkau.
Meski demikian, Bramantiyoko menegaskan bahwa Indonesia tidak bisa dibandingkan secara langsung dengan Singapura terkait harga dan kecepatan internet mengingat perbedaan luas wilayah yang signifikan.
Namun, Indonesia seharusnya bisa bersaing secara sejajar dengan Vietnam dan Thailand dalam hal konektivitas internet.
Kehadiran Internet Rakyat Rp100.000 yang resmi diluncurkan dengan kecepatan 100 Mbps diharapkan dapat menjawab tantangan aksesibilitas ini.
Layanan yang menggunakan teknologi Fixed Wireless Access (FWA) ini menawarkan alternatif yang lebih terjangkau dibandingkan layanan internet rumah konvensional.
Baca Juga:
Potensi Pertumbuhan di Tengah Tantangan Daya Beli
Di sisi lain, kondisi daya beli masyarakat Indonesia yang menurun turut mempengaruhi industri telekomunikasi.
Namun, justru dalam situasi ini terdapat peluang pertumbuhan yang signifikan.
Sektor telekomunikasi dinilai masih memiliki ruang untuk berkembang lebih pesat dengan memanfaatkan teknologi yang tepat.
“Sektor telekomunikasi ini mungkin ada opportunity untuk bisa tumbuh lagi,” ungkap Teuku dalam kesempatan yang sama. Ia optimistis bahwa pemanfaatan teknologi yang tepat akan memungkinkan penyelesaian berbagai persoalan yang terjadi saat ini.
Program Internet 100 Mbps untuk Sekolah Rakyat yang didanai Kemensos menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperluas akses internet berkualitas.
Inisiatif ini sejalan dengan upaya meningkatkan penetrasi fiber optik di Indonesia.
Komdigi sendiri telah menargetkan penetrasi FTTH sebesar 30% dan mengajak operator seperti MyRepublic untuk turut menyediakan internet dengan harga yang lebih terjangkau.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong persaingan sehat di industri telekomunikasi Indonesia.
Pengembangan infrastruktur internet yang merata menjadi kunci utama dalam menekan harga sekaligus meningkatkan kualitas layanan.
Teknologi Fixed Wireless Access yang digunakan dalam Internet Rakyat dinilai cocok untuk kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau.
Meski menghadapi berbagai tantangan, masa depan internet di Indonesia tetap menunjukkan potensi pertumbuhan yang positif.
Kombinasi antara kebijakan pemerintah yang mendukung, perkembangan teknologi, dan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat menciptakan ekosistem yang kondusif untuk transformasi digital.
Implementasi Internet Rakyat 100 Mbps dengan harga Rp 100 ribu per bulan diharapkan dapat menjadi titik balik dalam memperluas akses internet berkualitas di Indonesia.
Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada sinergi antara regulator, penyedia layanan, dan dukungan masyarakat.




