Selular.id – OpenAI telah menjalin kemitraan dengan hampir semua perusahaan komputasi besar, kecuali satu pengecualian penting: Intel. Analisis terbaru menunjukkan bahwa potensi kerja sama antara kedua raksasa teknologi ini masih jauh dari kenyataan dalam waktu dekat, dengan performa chip AI Intel menjadi hambatan utama.
Dalam beberapa bulan terakhir, OpenAI secara agresif membangun aliansi strategis dengan berbagai penyedia komputasi. Raksasa AI ini telah bekerja sama dengan NVIDIA dan AMD sebagai pemasok hardware, serta Cloud Service Providers (CSP) seperti Oracle, Microsoft, dan banyak lainnya. Gerakan strategis ini terjadi menjelang rencana IPO ‘optimis’ OpenAI, namun di tengah berbagai kesepakatan tersebut, satu nama besar justru absen dari daftar mitra.
Brad Gastwirth, Global Head of Research and Market Intelligence di Circular Technology, menjelaskan bahwa ketertinggalan Intel dalam performa GPU kelas training membuat kemitraan signifikan kurang mungkin terjadi saat ini. “OpenAI sudah memiliki hubungan yang lebih dalam dan program hardware yang lebih maju daripada yang saat ini ditawarkan Intel,” ujarnya seperti dikutip dari analisis Quartz.
Baca Juga:
Kesenjangan Teknologi yang Menjadi Penghalang
Analisis menunjukkan bahwa chip AI kelas Gaudi milik Intel dianggap ‘usang’ dibandingkan dengan apa yang ditawarkan pesaing seperti NVIDIA dan AMD. Dalam hal produk masa depan, rencana Intel masih belum pasti. Perusahaan baru-baru ini memamerkan opsi berfokus pada inference bernama ‘Crescent Island’ yang menampilkan memori LPDDR5 onboard, namun solusi ini tidak memenuhi persyaratan yang diminta OpenAI dari mitranya.
Dibandingkan dengan AMD dan NVIDIA, Intel belum mencapai tech stack software + hardware yang matang. Perusahaan terlihat ‘agak lamban’ dalam pendekatannya terhadap AI. Meskipun ada optimisme terhadap solusi AI Jaguar Shores masa depan Intel yang juga akan ditingkatkan ke konfigurasi rack, detail arsitektur yang konkret belum terlihat.
Kemitraan strategis OpenAI dengan berbagai perusahaan teknologi terus menunjukkan momentum yang kuat. Seperti dilaporkan sebelumnya, OpenAI gandeng Broadcom produksi chip AI 10 gigawatt, menunjukkan komitmen perusahaan dalam mengembangkan infrastruktur komputasi yang handal. Selain itu, Nvidia investasi Rp1.658 triliun untuk OpenAI, dongkrak infrastruktur AI menjadi bukti nyata betapa seriusnya para pemain industri dalam mendukung ambisi OpenAI.
Peluang Terbatas di Tengah Tantangan Politik
Satu cara yang mungkin memaksa OpenAI untuk membentuk kemitraan dengan Intel adalah dengan memanfaatkan kesepakatan tersebut untuk mengamankan hubungan yang lebih baik dengan pemerintahan Trump. Raksasa AI ini diketahui sedang mengejar insentif seperti kredit pajak di bawah CHIPS Act atau bahkan jaminan pinjaman untuk pembangunan pusat data.
Mengingat Presiden Trump dikenal ‘suka’ mengelola investasi oleh pemerintah AS secara mikro, kemitraan ‘skala terbatas’ bisa terjadi antara Intel dan OpenAI. Namun sekali lagi, ini masih sebatas spekulasi dan belum ada yang resmi diumumkan oleh kedua belah pihak.
Tidak diragukan lagi bahwa strategi AI Intel selama beberapa tahun terakhir telah membuat perusahaan tertinggal. Inilah sebabnya mengapa CEO Lip-Bu Tan sekarang langsung mengepalainya untuk memastikan perusahaannya mengamankan permintaan komputasi di masa depan. Posisi OpenAI jadi perusahaan swasta paling bernilai di dunia, kalahkan SpaceX semakin memperkuat posisi tawar perusahaan dalam negosiasi kemitraan teknologi.
Meskipun hambatan teknologi saat ini membuat kemitraan penuh antara Intel dan OpenAI tampak tidak mungkin, dinamika industri AI yang terus berubah meninggalkan ruang untuk kemungkinan di masa depan. Perkembangan solusi AI Intel dan perubahan lanskap politik bisa membuka peluang baru, meski untuk saat ini, kolaborasi antara kedua perusahaan tetap menjadi scenario yang kompleks dan penuh tantangan.
