Minggu, 14 Desember 2025
Selular.ID -

Ericsson Mobility Report: Layanan Konektivitas yang Terdiferensiasi Semakin Populer

BACA JUGA

Selular.id – Layanan konektivitas yang terdiferensiasi melalui teknologi network slicing 5G Standalone (5G SA) mengalami percepatan adopsi signifikan sepanjang 2025.

Berdasarkan Ericsson Mobility Report (EMR) edisi November 2025, saat ini terdapat 33 operator telekomunikasi seluler yang telah meluncurkan 65 penawaran layanan komersial berbasis teknologi ini, dengan hampir sepertiganya diluncurkan hanya dalam tahun ini.

Erik Ekudden, penerbit EMR sekaligus Chief Technology Officer Ericsson, menyatakan operator telekomunikasi global semakin siap mengadopsi 5G SA untuk menghadirkan konektivitas berbasis nilai.

“Kami melihat banyak penyedia layanan beralih dari tahap proof-of-concept ke penerapan komersial hanya dalam tahun 2025, dan kami memperkirakan tren tersebut akan terus berlanjut,” ujarnya dalam laporan yang dirilis Ericsson (NASDAQ: ERIC).

Percepatan adopsi ini didorong oleh implementasi 5G Standalone yang semakin masif.

Lebih dari 90 operator telekomunikasi kini telah meluncurkan atau melakukan peluncuran awal jaringan 5G SA—meningkat sekitar 30 operator dibandingkan periode sama tahun lalu dan 20 operator dari laporan EMR Juni 2025.

Dari Konsep ke Komersial

Tim peneliti EMR mengidentifikasi 118 kasus penggunaan network slicing di 56 operator telekomunikasi untuk menyediakan layanan konektivitas terdiferensiasi.

Dari jumlah tersebut, 65 kasus yang tersebar di 33 CSP (Communication Service Provider) telah melewati tahap proof of concept dan kini masuk ke layanan komersial.

Layanan tersebut hadir dalam bentuk paket berlangganan atau add-on yang dapat digunakan pelanggan konsumen maupun bisnis.

Network slicing memungkinkan operator menjamin kualitas layanan untuk berbagai kebutuhan pelanggan dengan menyediakan potongan jaringan khusus.

Teknologi ini menjadi fondasi penting dalam menghadirkan pengalaman digital yang lebih bermakna bagi industri dan masyarakat.

Konsep network slicing sendiri bukan hal baru—ZTE bahkan telah meluncurkan solusi network slicing 5G end-to-end pertama di dunia beberapa tahun lalu.

Proyeksi Pertumbuhan 5G Hingga 2031

EMR November 2025 memproyeksikan pertumbuhan signifikan teknologi 5G dalam enam tahun ke depan.

Laporan ini memperkirakan akan ada 6,4 miliar langganan 5G pada akhir 2031—yang mewakili dua pertiga dari total langganan seluler pada saat itu.

Sekitar 4,1 miliar dari jumlah tersebut, atau sekitar 65 persen, diperkirakan akan berbasis 5G SA.

Hanya pada tahun 2025 saja, langganan 5G diperkirakan akan melampaui 2,9 miliar pada akhir tahun—setara dengan sekitar sepertiga dari seluruh langganan seluler saat ini.

Angka ini meningkat sekitar 600 juta langganan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Dari sisi cakupan geografis, tahun 2025 mencatat peningkatan 400 juta orang di seluruh dunia yang dapat mengakses 5G.

Sekitar 50 persen populasi global di luar Tiongkok daratan diperkirakan akan memiliki cakupan 5G pada akhir 2025.

Pengembangan infrastruktur 5G yang berkualitas menjadi kunci, sebagaimana tercermin dalam penghargaan best practice untuk jaringan 5G yang pernah diraih ZTE.

Trafik data jaringan seluler meningkat 20 persen dari kuartal ketiga 2024 hingga periode sama di 2025—kenaikan yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan, didorong oleh Tiongkok daratan dan India.

Pertumbuhan diperkirakan akan terus berlanjut dengan rata-rata tahunan sebesar 16 persen hingga 2031.

Jaringan 5G diperkirakan akan menangani 43 persen dari seluruh trafik data seluler pada akhir 2025—naik dari 34 persen pada periode sama tahun lalu.

Para ahli EMR memperkirakan angka ini akan meningkat menjadi 83 persen pada 2031.

FWA dan Proyeksi 6G

Fixed Wireless Access (FWA) broadband terus berkembang sebagai salah satu use case 5G yang paling sukses.

EMR November 2025 memperkirakan sekitar 1,4 miliar orang di seluruh dunia akan mengakses broadband FWA pada akhir 2031, dengan 90 persen di antaranya melalui 5G.

Tim riset EMR telah mengidentifikasi 159 penyedia layanan telekomunikasi yang saat ini menawarkan layanan FWA melalui 5G, setara dengan sekitar 65 persen dari seluruh penyedia layanan FWA.

Jumlah penyedia layanan yang menawarkan paket berbasis kecepatan—model monetisasi yang umum digunakan pada broadband tetap berbasis fiber atau kabel—meningkat dari 43 persen menjadi 54 persen sejak EMR November 2024.

Periode pelaporan EMR yang baru juga mencakup perkiraan peluncuran awal layanan komersial 6G.

Berdasarkan pola adopsi langganan pada siklus generasi seluler sebelumnya, para peneliti EMR memperkirakan bahwa peluncuran komersial pertama akan dipimpin oleh penyedia layanan terdepan di pasar-pasar maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, India, dan beberapa negara di kawasan Gulf Cooperation Council.

Langganan 6G global diperkirakan akan mencapai 180 juta pada akhir 2031, belum termasuk adopsi awal perangkat Internet of Things berbasis AI.

Jumlah langganan tersebut dapat meningkat secara signifikan apabila 6G diluncurkan lebih awal dari yang ditunjukkan oleh siklus generasi sebelumnya.

Peluncuran komersial 6G di Eropa diperkirakan akan berlangsung sekitar satu tahun lebih lambat dibandingkan negara-negara lain, berbeda dengan 5G sebelumnya, terutama karena penerapan 5G SA di kawasan tersebut relatif lebih lambat.

Dinamika regional dalam adopsi teknologi seluler ini juga tercermin dalam laporan sebelumnya tentang perkembangan 5G SA di berbagai negara.

Dukungan untuk Ekosistem Digital Indonesia

Daniel Ode, President Director Ericsson Indonesia, Singapura, Filipina, dan Brunei, menekankan pentingnya konektivitas terdiferensiasi bagi pengembangan ekosistem digital di Indonesia.

“Konektivitas yang terdiferensiasi, yang dimungkinkan oleh 5G SA dan network slicing, akan berperan penting ketika operator telekomunikasi menghadirkan pengalaman digital yang lebih bermakna bagi industri dan masyarakat,” jelasnya.

Ericsson tetap berkomitmen mendukung operator di Indonesia untuk membuka kapabilitas ini serta menghadirkan jaringan 5G yang aman dan andal.

Namun, Ode mengingatkan bahwa ketersediaan spektrum yang cukup dengan harga terjangkau tetap menjadi faktor penting.

“Dengan ekosistem digital yang semakin kuat, Indonesia akan berada pada posisi yang lebih baik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendorong transformasi digital nasional,” tambahnya.

Enhanced mobile broadband sebagai salah satu use case utama 5G yang terus berkembang diperkirakan akan mencapai 6,4 miliar langganan 5G pada akhir 2031.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa teknologi 5G tidak hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang kemampuan menyediakan pengalaman konektivitas yang lebih personal dan sesuai kebutuhan.

Laporan Ericsson Mobility Report edisi November 2025 ini mencakup rentang proyeksi baru dari tahun 2025 hingga akhir 2031, memberikan pandangan komprehensif tentang evolusi jaringan seluler dalam enam tahun ke depan.

Data dan analisis dalam laporan ini menjadi referensi penting bagi para pemangku kepentingan industri telekomunikasi dalam menyusun strategi pengembangan jaringan dan layanan di era digital.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU