Rabu, 10 Desember 2025
Selular.ID -

7 Ciri VPN Palsu yang Wajib Diwaspadai Pengguna Internet

BACA JUGA

Selular.id – Penggunaan VPN semakin populer di kalangan pengguna internet Indonesia untuk menjaga privasi dan keamanan data pribadi.

Namun, di balik manfaat tersebut, beredar pula berbagai aplikasi VPN palsu yang justru mengancam keamanan digital pengguna.

Alih-alih melindungi, VPN palsu dapat mencuri informasi pribadi, memasang malware, hingga menyalahgunakan aktivitas browsing tanpa sepengetahuan pengguna.

Fenomena ini semakin mengkhawatirkan mengingat tingginya minat masyarakat terhadap layanan VPN, terutama yang gratis.

Menurut berbagai laporan keamanan siber, hampir 40 persen VPN gratis mengandung malware berbahaya.

Kondisi ini memaksa pengguna untuk lebih waspada dan memahami tanda-tanda VPN tidak aman sebelum mengunduh aplikasi tersebut.

Berikut 7 ciri VPN palsu yang perlu diwaspadai agar pengguna dapat tetap aman saat mengakses layanan digital.

Pemahaman ini menjadi penting mengingat serangan ponsel Android naik 29% di paruh awal 2025, di mana banyak serangan berasal dari aplikasi tidak tepercaya.

1. Tidak Ada Informasi Perusahaan yang Jelas

VPN palsu biasanya tidak menjelaskan siapa yang mengoperasikan layanan tersebut, di mana mereka berbasis, atau sejak kapan perusahaan berdiri.

Jika halaman “About Us” kosong atau sangat minim informasi, ini merupakan tanda bahwa penyedia tidak ingin identitasnya ditelusuri.

Sebaliknya, penyedia VPN tepercaya justru terbuka tentang lokasi, tim, dan regulasi yang menaungi mereka.

2. Kebijakan Privasi Tidak Transparan

Setiap VPN yang kredibel seharusnya memiliki kebijakan privasi yang rinci mengenai data apa yang dikumpulkan dan bagaimana data tersebut digunakan.

VPN palsu sering tidak memiliki halaman privasi sama sekali atau menuliskan kebijakan yang sangat umum.

Ketidaktransparan dalam pengelolaan data ini mengindikasikan kemungkinan besar mereka menjual atau menyalahgunakan data pengguna.

3. Mengumpulkan dan Menjual Data Pengguna

Banyak VPN palsu, terutama yang gratis, secara diam-diam mengumpulkan data seperti alamat IP, riwayat browsing, dan informasi perangkat.

Data ini kemudian dijual ke pengiklan atau broker data. Praktik ini sangat berbahaya karena bertentangan dengan tujuan utama VPN yang seharusnya melindungi privasi.

Ironisnya, layanan palsu justru bertindak seperti ISP yang menjual data pengguna.

4. Menyalahgunakan Perangkat Pengguna

Beberapa VPN palsu diketahui menggunakan perangkat pengguna untuk mencuri bandwidth atau menjalankan aktivitas jaringan ilegal.

Perangkat bisa dijadikan bagian dari botnet tanpa disadari pengguna.

Kasus Hola VPN menjadi contoh populer, di mana lalu lintas pengguna dialihkan untuk kepentingan pihak lain demi menghemat biaya operasional.

5. Mengandung Malware Berbahaya

Penelitian CSIRO menemukan fakta mengejutkan bahwa hampir 40 persen VPN gratis mengandung malware.

Jenisnya beragam, termasuk adware, spyware, hingga ransomware.

Malware ini dapat mencuri kredensial login, data bank, atau bahkan mengunci perangkat dan meminta tebusan.

VPN yang menyisipkan malware jelas bukan layanan keamanan, melainkan ancaman serius bagi pengguna.

6. Enkripsi Lemah atau Tidak Ada

VPN palsu sering kali tidak mengenkripsi trafik internet dengan benar, atau hanya menggunakan enkripsi lemah seperti 128-bit yang sudah tidak aman.

Bahkan ada yang tidak mengenkripsi data sama sekali, membuat aktivitas browsing mudah disadap atau dicuri.

Sebaliknya, VPN asli biasanya menggunakan protokol tepercaya seperti OpenVPN, WireGuard, atau enkripsi modern lainnya.

7. Tidak Ada Aplikasi Resmi dan Dukungan Pelanggan

VPN yang tidak memiliki aplikasi resmi untuk Android, iOS, Windows, atau macOS patut dicurigai.

Jika pengguna diminta mengunduh file konfigurasi manual atau mengubah pengaturan ponsel sendiri, itu merupakan red flag besar.

VPN palsu juga jarang menyediakan dukungan pelanggan yang layak, tidak ada live chat, respons email lambat, atau akun media sosial yang tidak aktif.

Meningkatnya kasus kejahatan siber melalui aplikasi palsu membuat pengguna harus lebih selektif dalam memilih VPN.

Seperti yang terjadi pada kasus berita palsu yang dibuat dari ChatGPT, modus kejahatan digital terus berkembang dan semakin canggih.

Untuk menghindari risiko tersebut, pengguna disarankan memilih VPN terpercaya yang telah terbukti kredibilitasnya.

Beberapa rekomendasi VPN gratis terbaik untuk Android 2025 bisa menjadi pilihan aman bagi yang membutuhkan layanan tanpa biaya.

Keamanan digital menjadi tanggung jawab bersama, di mana kewaspadaan pengguna menjadi pertahanan pertama terhadap berbagai ancaman siber.

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU