Senin, 24 November 2025
Selular.ID -

Menakar Kekuatan Qualcomm Bersaing di Industri Chip AI yang Kini Dikuasai Nvidia dan AMD

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Di tengah melemahnya Intel, Qualcomm kini mendeklarasikan diri sebagai salah satu pesaing kuat Nvidia dan AMD.

Pada Senin (27/10), perusahaan yang dipimpin oleh Cristiano Amon itu, akan merilis chip akselerator kecerdasan buatan baru.

Langkah ini menandai persaingan baru bagi Nvidia dan AMD, yang sejauh ini mendominasi pasar semikonduktor AI.

Chip AI ini merupakan pergeseran dari Qualcomm, yang selama ini berfokus pada semikonduktor untuk konektivitas nirkabel dan perangkat selular, bukan pusat data besar.

Qualcomm mengatakan bahwa chip besutannya AI200, yang akan mulai dijual pada 2026, dan AI250, yang direncanakan pada 2027, dapat hadir dalam sistem yang memenuhi rak server berpendingin cairan.

Qualcomm menyamai Nvidia dan AMD, yang menawarkan unit pemrosesan grafis, atau GPU, dalam sistem rak penuh yang memungkinkan hingga 72 chip untuk bertindak sebagai satu komputer. Lab AI membutuhkan daya komputasi tersebut untuk menjalankan model yang paling canggih.

Chip pusat data Qualcomm didasarkan pada komponen AI dalam chip ponsel pintar Qualcomm yang disebut unit pemrosesan saraf heksagon, atau NPU (Neural Processing Unit)

Untuk diketahui, NPU adalah prosesor khusus yang dirancang untuk mempercepat tugas kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin dengan meniru jaringan saraf otak manusia.

Baca Juga: Jadi Pemasok Utama Chip Nvidia, Kinerja SK Hynix Terbang Tinggi

“Kami pertama-tama ingin membuktikan diri di domain lain, dan setelah kami membangun kekuatan di sana, cukup mudah bagi kami untuk naik ke tingkat pusat data,” ujar Durga Malladi, Manajer Umum Qualcomm untuk pusat data dan edge.

Masuknya Qualcomm ke dunia pusat data menandai persaingan baru di pasar teknologi dengan pertumbuhan tercepat: peralatan untuk server farm baru yang berfokus pada AI.

Di pasar global, hampir $6,7 triliun belanja modal akan dihabiskan untuk pusat data hingga 2030, dengan sebagian besar dialokasikan untuk sistem berbasis chip AI, menurut perkiraan McKinsey.

Industri ini didominasi oleh Nvidia, yang GPU-nya sejauh ini menguasai lebih dari 90% pangsa pasar dan penjualannya telah mendorong perusahaan tersebut mencapai kapitalisasi pasar lebih dari $4,5 triliun.

Chip Nvidia digunakan untuk melatih GPT OpenAI, model bahasa besar yang digunakan dalam ChatGPT. Namun, belakangan, perusahaan seperti OpenAI telah mencari alternatif pasokan AI di luar Nvidia.

Pada awal bulan ini, perusahaan rintisan yang didirikan oleh dedengkot AI Sam Altman itu, mengumumkan rencana untuk membeli chip dari produsen GPU peringkat kedua, AMD, dan berpotensi mengambil alih saham perusahaan tersebut.

Perusahaan lain, seperti Google, Amazon, dan Microsoft, juga sedang mengembangkan akselerator AI mereka sendiri untuk layanan cloud.

Qualcomm mengatakan chip besutannya berfokus pada inferensi, atau menjalankan model AI, alih-alih pelatihan, yang merupakan cara laboratorium seperti OpenAI menciptakan kemampuan AI baru dengan memproses terabyte data.

Pembuat chip Snapdragon yang terkenal itu, mengatakan bahwa sistem skala rak mereka pada akhirnya akan lebih murah untuk dioperasikan bagi pelanggan seperti penyedia layanan cloud.

Qualcomm menjanjikan satu rak menggunakan 160 kilowatt, yang sebanding dengan konsumsi daya tinggi dari beberapa rak GPU Nvidia.

Malladi mengatakan bahwa pihaknya juga akan menjual chip AI dan komponen lainnya secara terpisah, terutama untuk klien seperti hyperscaler yang lebih suka merancang rak mereka sendiri.

Ia mengatakan perusahaan chip AI lainnya, seperti Nvidia atau AMD, bahkan dapat menjadi klien untuk beberapa komponen pusat data Qualcomm, seperti unit pemrosesan pusat atau CPU.

“Yang telah kami coba lakukan adalah memastikan bahwa pelanggan kami berada dalam posisi untuk mengambil semuanya atau berkata, ‘Saya akan mencampur dan mencocokkan,’” kata Malladi.

Meski demikian, perusahaan menolak berkomentar mengenai harga chip, kartu, atau rak, dan berapa banyak NPU yang dapat dipasang dalam satu rak.

Pada Mei lalu, Qualcomm mengumumkan kemitraan dengan Humain dari Arab Saudi untuk memasok pusat data di wilayah tersebut dengan chip inferensi AI.

Dengan menjadi pelanggan Qualcomm, Humain berkomitmen untuk menerapkan hingga sebanyak mungkin sistem yang dapat menggunakan daya 200 megawatt.

Qualcomm mengatakan chip AI buatannya memiliki keunggulan dibandingkan akselerator lain dalam hal konsumsi daya, biaya kepemilikan, dan pendekatan baru dalam cara menangani memori.

Perusahaan yang berbasis di San Diego, California itu, mengklaim kartu AI-nya mendukung memori 768 gigabyte, lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh dua pesaing terdekatnya, Nvidia dan AMD.

Itu sebabnya, Qualcomm pede dapat menggoyang pasar chip AI global, yang sejak dua tahun terakhir ini dikuasai dua raksasa teknologi itu.

Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, Qualcomm menghadapi persaingan yang signifikan dan terus berkembang di pasar chipset ponsel pintar, terutama dari MediaTek, Apple, Samsung, dan Google.

Lanskap persaingan ini memaksa Qualcomm untuk mendiversifikasi bisnisnya di luar perangkat selular ke area baru seperti kecerdasan buatan (AI) dan komputer pribadi (PC).

Baca Juga: China Balas Sanksi AS dengan Selidiki Nvidia dan Qualcomm

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU