Selular.id – Alih-alih meringankan beban kerja, penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT justru membuat jam kerja karyawan bertambah dan waktu luang mereka berkurang.
Temuan mengejutkan ini terungkap dalam riset terbaru yang dilakukan para ekonom dari berbagai universitas di Amerika Serikat.
Wei Jiang, profesor keuangan di Emory University, mengaku awalnya sangat berharap kehadiran AI bisa meringankan beban kerjanya dan meningkatkan efisiensi.
“Ketika ChatGPT hadir, kami semua terpesona oleh betapa hebatnya, betapa banyaknya pekerjaan yang dilakukannya,” kata Jiang dalam wawancara telepon dengan media The Register.
Namun seiring waktu, ia justru merasa bekerja lebih lama daripada sebelumnya.
Riset berjudul “AI and the Extended Workday: Productivity, Contracting Efficiency, and Distribution of Rents” ini secara spesifik meneliti bagaimana paparan AI bisa memengaruhi jam kerja dan waktu luang karyawan.
Penelitian dilakukan Jiang bersama Junyoung Park dari Auburn University, Rachel (Jiqiu) Xiao dari Fordham University, dan Shen Zhang dari Seton Hall University.
Keputusan untuk melakukan penelitian ini berawal dari pengalaman pribadi Jiang yang kemudian dikonfirmasi dengan berdiskusi kepada beberapa kolega.
“Jadi saya bertanya kepada beberapa teman, dan semuanya berkata hal yang sama, yakni ‘Hei, kami ternyata bekerja lebih lama,'” ujar Jiang.
Metodologi Penelitian Berbasis Data Survei
Untuk membuktikan fenomena ini secara ilmiah, Jiang dan timnya menganalisis data survei tahunan dari American Time Use Survey (ATUS).
Survei yang dilakukan Biro Statistik Tenaga Kerja AS ini mencatat bagaimana orang Amerika menghabiskan waktu mereka sejak tahun 2004 hingga 2023.
Dalam survei ATUS, responden diminta untuk mencatat aktivitas mereka satu hari sebelumnya. Proses pengambilan survei ini memakan waktu kurang lebih 15 menit.
Data ini memungkinkan Jiang dan timnya menganalisis berapa lama seseorang bekerja sekaligus mengaitkan profesi mereka dengan tingkat paparan terhadap teknologi AI.
Hasil analisis menunjukkan pola yang konsisten: karyawan yang pekerjaannya lebih sering terpapar AI justru menghabiskan waktu kerja yang lebih lama. Temuan ini bertolak belakang dengan ekspektasi umum bahwa AI akan mengotomatisasi pekerjaan dan mengurangi beban kerja manusia.
Baca Juga:
Implikasi di Dunia Kerja Modern
Fenomena bertambahnya jam kerja akibat AI ini memiliki implikasi serius terhadap keseimbangan kehidupan kerja karyawan.
Dengan waktu luang yang berkurang, karyawan berpotensi mengalami burnout dan penurunan kualitas hidup.
Hal ini perlu menjadi perhatian perusahaan dalam menerapkan teknologi AI di lingkungan kerja.
Penggunaan teknologi seperti virtual machine dan alat digital lainnya memang dapat meningkatkan produktivitas, namun perlu diimbangi dengan pengaturan jam kerja yang sehat.
Terlalu lama terpapar perangkat digital, termasuk saat menggunakan AI, juga dapat memengaruhi kualitas tidur seperti yang dijelaskan dalam artikel tentang alasan main HP sebelum tidur bikin susah tidur.
Di sisi lain, perkembangan teknologi seperti AirPods Pro 3 yang bisa memantau detak jantung menunjukkan bagaimana teknologi sebenarnya bisa membantu kehidupan sehari-hari.
Namun, implementasi AI di tempat kerja ternyata memberikan dampak yang berbeda dari yang diharapkan.
Masalah produktivitas dan manajemen waktu di era digital juga terkait dengan kemampuan mengelola alat-alat teknologi.
Seperti yang dibahas dalam panduan penyebab dan solusi email tidak bisa masuk, penguasaan teknologi yang tepat justru bisa menghemat waktu daripada menambah beban kerja.
Riset ini memberikan perspektif baru tentang dampak AI di tempat kerja dan mengingatkan kita bahwa teknologi yang canggih sekalipun tidak selalu memberikan solusi instan untuk masalah produktivitas.
Perlu pendekatan yang lebih holistik dalam mengintegrasikan AI ke dalam proses kerja untuk benar-benar mencapai efisiensi yang diharapkan.
