Selular.ID – Kacamata AI sedang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Seiring kacamata menjadi salah satu titik awal penting bagi AI edge, bidang ini telah menjadi ajang persaingan baru bagi produsen AI dan perusahaan perangkat keras.
Tidak seperti kacamata wearable yang telah kita lihat sebelumnya, kunci kacamata AI adalah teknologi terbaru yang ditanamkan kecerdasan buatan.
Karena kacamata AI memiliki kemampuan interaksi multimoda dan pemrosesan informasi personal secara real-time, banyak aplikasi inovatif telah bermunculan.
Menurut laporan data Wellsenn XR, penjualan global kacamata AI diproyeksi sebanyak 1,52 juta unit pada 2024, kemudian 3,5 juta unit pada 2025, meningkat 130% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada 2029, angkanya diprediksi menlonjak mencapai 60 juta unit, dan pada 2035, penjualan global kacamata AI dapat menembus 1,4 miliar unit.
Baca Juga: Qualcomm dan Xiaomi Perluas Kolaborasi ke Otomotif, Smart Home, Wearable, Kacamata AR/VR, dan Tablet
Singkatnya, kacamata AI sedang menuju jalur cepat. Wajar jika banyak produsen telah meluncurkan kacamata AI.
Dengan potensi pasar yang terus meningkat, sejumlah perusahaan teknologi ternama seperti Meta, Google, dan Samsung tengah berlomba-lomba menghadirkan produk smart glasses AI ke pasaran.
Vendor-vendor raksasa China juga tak mau kalah. Xiaomi, TCL, Baidu, Alibaba, Huawei, hingga Bytedance, induk usaha TikTok, juga telah terjun ke bisnis prospektif ini.
Dari sejumlah pemain itu, Xiaomi dan Meta bisa dibilang berada di barisan terdepan. Ketatnya persaingan antar kedua raksasa itu, tercermin dari inovasi teknologi dan angka penjualan yang terus melonjak.
Teranyar, Xiaomi memrkirakan akan mencapai penjualan tahunan lebih dari 5 juta unit, menurut seorang eksekutif perusahaan.
Hal ini menyoroti langkah Xiaomi yang semakin gencar memasuki pasar di tengah meningkatnya persaingan.
Reaksi konsumen terhadap kacamata AI, yang diperkenalkan oleh pendiri dan CEO perusahaan, Lei Jun, pada sebuah acara perusahaan di Beijing bulan lalu, sangat “antusias dan tak terduga”, ujar Li Chuangqi, eksekutif yang bertanggung jawab atas produk tersebut, kepada portal berita lokal Sohu.com.
Tanpa mengungkapkan angka pastinya, Li mengatakan penjualan tersebut beberapa kali lipat lebih tinggi dari perkiraan awal yang “pesimistis” dan bahwa ia kini memproyeksikan penjualan tahunan lebih dari 5 juta dalam tiga tahun, menurut laporan Sohu.
Xiaomi yang berbasis di Beijing memasuki pasar kacamata AI yang semakin ramai – yang digambarkan oleh konsultan Counterpoint sebagai “perang ratusan kacamata pintar” – dengan sepasang bingkai seharga 1.999 yuan (US$278) pada Juni 2025.
Vendor yang identik dengan warna jingga itu, menggunakan chip Qualcomm yang sama dengan yang digunakan raksasa media sosial AS, Meta Platforms, untuk mendukung kacamata Meta AI.
Kacamata ini juga dilengkapi kamera ultra-lebar 12 megapiksel untuk perekaman video orang pertama dan serangkaian fungsi bertenaga AI, termasuk penerjemahan simultan dan kemampuan untuk mengendalikan gawai pintar Xiaomi lainnya serta kendaraan listrik.
Kacamata ini telah terjual sekitar 50.000 unit di seluruh kanal e-commerce dan toko fisik Xiaomi sejak peluncurannya pada 26 Juni lalu, menurut data yang dikumpulkan dari kanal penjualan tersebut.
Data IDC menunjukkan bahwa pada kuartal pertama, pasar audio pintar dan kacamata audio/kamera China mencatat penjualan agregat sebesar 359.000 unit.
Angka itu menunjukkan peningkatan 197,4% dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan potensi pertumbuhan pasar.
Li juga menceritakan kesulitan dalam meluncurkan bingkai Xiaomi AI, yang telah disetujui secara pribadi oleh Lei Jun pada Juni tahun lalu.
Sejak saat itu, Li telah memimpin tim yang terdiri dari puluhan staf khusus untuk fokus pada proyek tersebut, dan menghasilkan produk akhir dalam waktu satu tahun.
“Hal tersulit selama proses penelitian dan pengembangan adalah menyatukan semua orang – membuat berbagai pihak mengakui dan menerima sebuah ide,” ujar Li seperti dikutip dalam wawancara dengan Sohu, seperti dikutip dari laman SCMP.
Meskipun Xiaomi telah memasuki pasar yang sangat kompetitif, dengan pesaing seperti ByteDance dan Huawei Technologies, Li optimistis dengan prospek kacamata AI, yang menurutnya pada akhirnya akan menjadi pasar yang lebih besar daripada kacamata standar.
IDC memperkirakan pasar kacamata pintar di China, yang mencakup bingkai audio/tangkapan serta bingkai augmented reality dan virtual reality, akan melampaui hingga 2,9 juta unit tahun ini, yang mewakili pertumbuhan tahunan sebesar 121%.
Penjualan Naik Tajam Ray-Ban Meta
Seperti halnya Xiaomi, penjualan kacamata pintar Meta juga meningkat tajam. Kolaborasi Ray-Ban Meta mencatat penjualan lebih dari 200% pada paruh pertama 2025, memperkuat dominasi Meta di pasar wearables berbasis AI.
Data terbaru dari EssilorLuxottica, mitra pengembang Ray-Ban Meta, mengungkapkan pertumbuhan signifikan ini. Pendapatan perusahaan di kuartal kedua 2025 juga naik 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski kacamata pintar masih menjadi bagian kecil dari bisnis kedua perusahaan, optimisme terhadap segmen ini terus meningkat.
Francesco Milleri, CEO EssilorLuxottica, menyatakan, “Kami mengharapkan pertumbuhan yang sangat cepat untuk Oakley Meta (penerus Ray-Ban Meta). Kami yakin produk ini bisa menyamai angka penjualan Ray-Ban Meta.”
Oakley AI performance glasses diumumkan pada Juni 2025 sebagai generasi berikutnya dari kolaborasi Meta dan EssilorLuxottica.
Untuk memperkuat posisi pasar, Ray-Ban Meta, yang telah beredar hampir dua tahun, baru-baru ini mendapatkan pembaruan fitur penting.
Salah satunya adalah peluncuran luas fitur penerjemah langsung dan kemampuan memberikan jawaban berdasarkan objek yang ditangkap kamera. Pembaruan ini semakin memperkuat daya tarik produk bagi konsumen.
Melejitnya penjualan kaca mata pintar berbasis AI besutan Xiaomi dan Meta, tak lepas dari langkah Apple yang masih bersikap wait and see.
Hingga saat ini, raksasa teknologi yang berbasis di Cupertino – California itu, belum menunjukkan tanda-tanda akan merilis produk serupa dalam waktu dekat.
Apple tampak lebih fokus pada segmen XR (Extended Reality) dengan rumor pengembangan Apple Vision Pro 2. Meski CEO Tim Cook dikabarkan tertarik mengembangkan kacamata pintar AI, belum ada indikasi konkret tentang rencana tersebut.
Jika Apple terjun ke bisnis kaca mata pintar AI, persaingan dipastikan bertambah ketat. Peta pasar juga akan berubah, seiring dengan animo yang meningkat dari pengguna, terutama Apple Fan Boy yang merupakan penggemar fanatik Apple di seluruh dunia.
Baca Juga: Google Pamerkan Prototipe Kacamata Pintar di Acara TED