Selular.id – Nvidia dan AMD sepakat menyerahkan 15% pendapatan dari penjualan chip AI tertentu ke China kepada pemerintah AS sebagai syarat mendapatkan izin ekspor. Kesepakatan ini mencakup akselerator H20 dari Nvidia dan MI308 dari AMD, yang dirancang khusus untuk pasar China setelah pembatasan ekspor AS pada 2023 membatasi akses ke GPU performa tinggi.
Kesepakatan ini muncul di tengah persaingan sengit AS-China di bidang perangkat keras komputasi canggih, yang menjadi tulang punggung pengembangan model AI untuk berbagai aplikasi, mulai dari pemrosesan bahasa hingga simulasi militer. Pemerintah AS berargumen bahwa GPU berkinerja tinggi dapat memberikan keunggulan strategis bagi China dalam proyek-proyek seperti senjata otonom dan platform pengawasan massal.
Dengan menerima syarat bagi hasil pendapatan, Nvidia dan AMD tetap bisa beroperasi di China—salah satu pasar terbesar mereka—sambil mematuhi aturan AS. Namun, kritikus menilai kompromi ini justru melemahkan tujuan pembatasan ekspor. Christopher Padilla, mantan pejabat kontrol ekspor AS, menyebut kesepakatan ini sebagai “suap atau pemerasan, atau keduanya,” dan memperingatkan risiko melemahnya efek jera kebijakan tersebut.
Dampak pada Keamanan Nasional dan Persaingan Global
Struktur kesepakatan ini tergolong tidak biasa: alih-alih melarang produk tertentu, AS memonetisasi penjualannya ke pesaing strategis. Hal ini memicu pertanyaan apakah prioritas keamanan dikorbankan demi keuntungan finansial. Gedung Putih belum memberikan komentar resmi, tetapi kesepakatan ini disetujui sejak era pemerintahan Trump.
Nvidia menegaskan bahwa mereka beroperasi sesuai panduan pemerintah. “Kami mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah AS untuk partisipasi kami di pasar global,” ujar perusahaan dalam pernyataan resmi. CEO Jensen Huang menyoroti persaingan global, menekankan bahwa AS tidak boleh kehilangan kepemimpinan di bidang AI seperti yang terjadi pada teknologi 5G.
Baca Juga:
Pertanyaan tentang Efektivitas Pembatasan
Analis keamanan nasional masih memperdebatkan apakah chip seperti H20—yang dibatasi performanya untuk memenuhi persyaratan AS—tetap bisa mendukung kemampuan pertahanan China. Sebagian berpendapat bahwa bahkan akselerator yang sudah diturunkan spesifikasinya tetap cukup kuat untuk pelatihan AI skala besar, sehingga mengurangi jarak yang ingin diciptakan AS dalam kapasitas komputasi.
Kesepakatan bagi hasil ini memberi Nvidia dan AMD waktu untuk bertahan di pasar yang krusial, sekaligus memberi Washington kendali atas ekspor chip. Namun, hal ini juga menunjukkan kerapuhan rezim kontrol ekspor ketika kepentingan komersial berbenturan dengan tujuan keamanan nasional. Jika model bagi hasil ini diterapkan di sektor lain, batas antara melindungi teknologi kritis dan memonetisasi penjualannya ke pesaing strategis bisa semakin kabur.
Sebelumnya, kebijakan kontrol chip AS juga berdampak pada Samsung, sementara AMD memangkas 4% karyawan untuk fokus pada pengembangan chip AI. Di sisi lain, investor memperingatkan potensi bubble pada saham Nvidia yang terus melambung tinggi.