Selular.ID – Nvidia memperkirakan pendapatan pada kuartal ini akan tumbuh lebih dari 50 persen year-on-year (yoy), meskipun proyeksinya tidak memperhitungkan penjualan chip H20 dan kenaikan keseluruhan yang terbatas di Tiongkok.
Pendapatan Q3-2025 diperkirakan mencapai $54 miliar. Raksasa teknologi yang berbasis di Santa Clara – California itu, mencatat pendapatan H20 dapat mencapai $2 miliar hingga $5 miliar jika kondisi geopolitik tertentu menguntungkan.
Proyeksi produsen chip ini muncul meskipun tidak mencatat penjualan H20 di China pada Q2. Pasalnya, Nvidia berhasil mengalihkan pengiriman ke pelanggan di luar China daratan.
Laba bersih perusahaan pada Q2 melonjak 59 persen year-on-year menjadi $26,4 miliar. Total pendapatan meningkat 56 persen menjadi $46,7 miliar, didukung oleh peningkatan serupa di segmen pusat data menjadi $41,1 miliar dan pertumbuhan 49 persen dalam penjualan game menjadi $4,3 miliar.
Di sisi lain, total penjualan H20, chip yang telah didown-grade untuk pasar China, pada kuartal tersebut mencapai $650 juta.
Pendapatan pusat data dari China pada Q2 juga menurun secara berurutan hingga persentase satu digit yang rendah.
Meski mencatat kinerja mengesankan, saham Nvidia justru turun lebih dari 3 persen dalam perdagangan setelah jam bursa. Analis menilai penurunan ini terjadi karena ekspektasi investor yang sudah terlalu tinggi.
CEO Jensen Huang mengatakan dalam panggilan pendapatan bahwa produksi chip Blackwell Ultra generasi berikutnya sedang meningkat pesat dan “permintaannya luar biasa”.
CFO Colette Kress menjelaskan bahwa meskipun beberapa pelanggan yang berbasis di China telah menerima lisensi selama beberapa minggu terakhir, perusahaan belum mengirimkan chip H20 berdasarkan izin baru tersebut.
Baca Juga: NVIDIA GB300: 4 GPU Setara 16 H100, Lompatan AI Terbesar!
Kress menambahkan: “Kami terus mengadvokasi pemerintah AS untuk menyetujui Blackwell untuk (pasar) China.”
Dengan otoritas China yang mendesak perusahaan teknologinya untuk menghindari chip AS dan membeli alternatif lokal, Nvidia pekan lalu memerintahkan beberapa pemasoknya untuk menghentikan pekerjaan produksi yang terkait dengan H20, karena memperkirakan permintaan yang lebih rendah.
Pendiri blog industri Radio Free Mobile, Richard Windsor, menulis pekan lalu bahwa ia tidak berpikir kehilangan pasar China akan “merugikan Nvidia secara berarti”, karena apa yang hilang dari negara itu akan diimbanginya di tempat lain.
Meski kinerja terbang tinggi, Nvidia patut mewaspadai prediksi analis yang menilai bahwa ledakan AI sedang dalam proses menuju gelembung (bubble).
Tak tanggung-tanggung, Sam Altman yang merupakan dedengkot AI telah menyampaikan peringatan tersebut.
“Ketika gelembung terjadi, orang-orang pintar menjadi terlalu bersemangat tentang inti kebenaran,” ujar Altman, seperti dilaporkan The Verge, pada Jumat (15/8).
“Apakah kita berada dalam fase di mana investor secara keseluruhan terlalu bersemangat tentang AI? Pendapat saya, ya. Apakah AI hal terpenting yang terjadi dalam waktu yang sangat lama? Pendapat saya juga, ya,” katanya.
Meski terlihat optimis, bagaimana pun komentar Altman – sosok kunci dalam pertumbuhan dan ledakan AI – menambah kekhawatiran yang berkembang di kalangan para ahli dan analis bahwa investasi dalam AI bergerak terlalu cepat.
Salah satu pendiri Alibaba, Joe Tsai, Ray Dalio dari Bridgewater Associates, dan kepala ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok, semuanya telah menyampaikan peringatan serupa.
Bulan lalu, Slok menyatakan dalam sebuah laporan bahwa ia yakin gelembung AI saat ini, pada kenyataannya, lebih besar daripada gelembung internet, dengan 10 perusahaan teratas di S&P 500 dinilai lebih tinggi di bandingkan era 1990-an.
Baca Juga: Nvidia Dapat Lisensi Ekspor Chip H20 ke China, Hambatan Pasar Mulai Terangkat