Senin, 18 Agustus 2025
Selular.ID -

China Kembangkan Drone Hipersonik dengan Konsep Sayap Gunting

BACA JUGA

Selular.id – China sedang mengembangkan proyek drone hipersonik dengan konsep “sayap gunting” yang diyakini dapat merevolusi teknologi penerbangan militer. Desain unik ini memungkinkan pesawat beroperasi secara efisien pada kecepatan rendah maupun tinggi, menjadikannya platform serbaguna untuk misi tempur dan pengintaian.

Konsep oblique wing atau sayap miring sebenarnya bukan hal baru. Ide ini telah diuji sejak era 1940-an, termasuk oleh NASA pada 1970-an melalui pesawat AD-1. Namun, tantangan stabilitas dan kontrol membuatnya sulit diwujudkan. Kini, China mencoba menghidupkan kembali konsep tersebut dengan dukungan teknologi modern seperti superkomputer, kecerdasan buatan (AI), dan material canggih.

Ilustrasi konsep drone hipersonik China dengan sayap gunting

Desain sayap gunting memungkinkan drone mengubah konfigurasi sayapnya secara dinamis. Pada kecepatan rendah, sayap tetap tegak lurus untuk memudahkan lepas landas dan mendarat. Saat mencapai kecepatan tinggi, sayap berputar hingga sejajar dengan badan pesawat, mengubahnya menjadi “anak panah” hipersonik yang mampu melesat hingga Mach 5 (6.000 km/jam).

Tim peneliti China mengatasi masalah stabilitas dengan menggunakan material pintar, sensor presisi, dan sistem kontrol aktif. Drone ini juga dilengkapi canard, tailplane, dan permukaan aktif untuk menjaga keseimbangan saat sayap bergerak. Jika berhasil, prototipe ini bisa terbang di ketinggian 30 km dengan manuver yang sulit dideteksi radar musuh.

Potensi Militer yang Revolusioner

Drone hipersonik ini dirancang sebagai “induk” yang mampu membawa 16-18 drone otonom untuk serangan swarm. Pesawat ini dapat menjatuhkan drone di belakang garis pertahanan musuh sebelum sistem deteksi bereaksi, lalu kembali ke pangkalan secara otomatis. Konsep ini mirip dengan strategi loyal wingman yang sedang dikembangkan AS dan sekutunya.

Namun, tantangan teknis masih besar. Poros putar sayap harus menahan beban ekstrem, termasuk suhu di atas 1.000°C di permukaan luar. Perbedaan suhu ini bisa menyebabkan kegagalan struktural jika tidak ditangani dengan benar. Seorang ahli penerbangan yang dikutip South China Morning Post mengatakan, “Mereka membutuhkan sistem cadangan, pemantauan regangan real-time, dan mekanisme penguncian darurat.”

Pengembangan drone ini juga tidak lepas dari persaingan teknologi antara China dan AS. Seperti yang terjadi di sektor semikonduktor dan AI, kedua negara saling berupaya menguasai teknologi hipersonik yang menjadi kunci dominasi militer di masa depan.

Jika berhasil, konsep sayap gunting bisa menjadi terobosan baru dalam teknologi hipersonik, menciptakan platform senjata yang sulit dihentikan. Inovasi ini juga akan memicu perlombaan senjata global, terutama di kawasan Asia Pasifik yang sudah memanas akibat ketegangan China-Taiwan.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU