Selular.id – China berhasil mengembangkan mesin lithografi e-beam pertama buatan dalam negeri, Xizhi, sebagai upaya mengatasi pembatasan akses ke teknologi lithografi canggih akibat sanksi AS. Mesin ini dikembangkan oleh Zhejiang University di Hangzhou dan mampu mencetak sirkuit dengan ketelitian hingga 8 nanometer.
Lithografi adalah proses kunci dalam pembuatan chip, di mana pola sirkuit ditransfer ke wafer silikon. Selama ini, China kesulitan mendapatkan mesin Extreme Ultraviolet (EUV) lithography dari ASML, perusahaan Belanda, karena larangan ekspor yang didorong oleh AS. EUV diperlukan untuk memproduksi chip di bawah 7nm, sementara teknologi Deep Ultraviolet (DUV) yang lebih tua masih bisa diimpor.
Menurut Hangzhou Daily, “Karena kontrol ekspor, peralatan semacam ini lama tidak terjangkau oleh lembaga penelitian terkemuka domestik, termasuk University of Science and Technology of China dan Zhejiang Lab. Kehadiran Xizhi diharapkan dapat membantu mengatasi kebuntuan ini.” Mesin ini memiliki akurasi posisi hingga 0,6nm, memenuhi standar internasional.
Baca Juga:
Keunggulan dan Tantangan Lithografi E-Beam
Meskipun lithografi e-beam tidak secepat DUV atau EUV dalam produksi massal, teknologi ini sangat presisi dan berguna untuk tahap pengujian desain chip. Xizhi juga lebih murah dibandingkan mesin impor, memberi China alternatif dalam pengembangan semikonduktor mandiri.
Ini bukan satu-satunya upaya China. Huawei dilaporkan sedang menguji mesin EUV buatan sendiri di pabrik Dongguan, dengan target produksi massal pada 2026. Jika berhasil, ini bisa mengubah permainan bagi Huawei dan SMIC, foundry terbesar China, untuk bersaing dengan chip Apple, Qualcomm, dan Nvidia.
Sebelum sanksi AS, HiSilicon (unit desain chip Huawei) adalah pelanggan terbesar kedua TSMC setelah Apple. Namun, sejak 2020, Huawei harus bergantung pada chip 4G Qualcomm yang diizinkan AS. Kehadiran Kirin 9000S di Mate 60 Series tahun lalu, yang diproduksi SMIC dengan proses 7nm, menunjukkan kemajuan China meski dibatasi.
Dengan perkembangan lithografi domestik ini, China terus memperkuat kemandirian teknologinya. Namun, apakah e-beam bisa menjadi solusi jangka panjang atau hanya batu loncatan menuju EUV mandiri, masih perlu dibuktikan.