Senin, 22 September 2025
Selular.ID -

BCA dan Jaringan PRIMA Edukasi Masyarakat Jaga Data Pribadi di Era Digital

BACA JUGA

Selular.id – PT Rintis Sejahtera, lembaga switching Indonesia sekaligus pengelola Jaringan PRIMA, berkomitmen mendukung keamanan transaksi digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Transformasi digital yang membawa kemudahan dalam bertransaksi juga memunculkan risiko kejahatan siber, mulai dari pencurian data pribadi hingga penipuan yang mengancam aset perbankan masyarakat.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Jaringan PRIMA berkolaborasi dengan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang konsisten mengedukasi publik agar waspada terhadap berbagai modus penipuan digital. Kedua pihak menggelar talkshow bertema “Bangun Ketahanan Siber, Jaga Data Pribadi di Era Digital” pada acara Media Gathering PRIMA Talkshow, 27 Agustus 2025 di Greyhound Café Menteng, Jakarta Pusat.

Acara tersebut menghadirkan pembicara Sugianto Wono, Vice President BCA, dengan moderator Jeffrey Sukardi, SEVP Information Systems Security PT Rintis Sejahtera. Dalam diskusi ini, para narasumber membahas bahwa pencurian data pribadi merupakan risiko siber yang rawan dan sulit sepenuhnya dikendalikan, karena dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mengakses sistem secara ilegal.

People, Process, dan Technology dalam Keamanan Siber

Sugianto Wono menjelaskan bahwa BCA menerapkan tiga aspek yang harus dijaga dalam cyber security: people, process, dan technology untuk melindungi data pribadi nasabah. Menurutnya, tantangan terbesar terdapat pada aspek people, khususnya pada kelalaian individu yang kerap dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk melakukan aksi mereka.

Sebagaimana dipaparkan dalam 2023 Cost of Insider Risk Global Report oleh Ponemon Institute dan Forbes 2024, insiden kejahatan siber yang paling sering terjadi meliputi penipuan individu melalui social engineering dan phishing, serta ancaman yang berasal dari orang dalam organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan keamanan siber semakin mendesak di berbagai sektor.

Kasus kejahatan siber yang juga tengah marak saat ini antara lain Fake Base Transceiver Station (Fake BTS) yang menyamar sebagai menara seluler resmi untuk mengirim SMS palsu seolah-olah berasal dari bank atau operator. Tujuannya adalah menipu korban agar mengklik tautan phishing dan menyerahkan informasi pribadi. Selain itu, pelaku juga memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk membuat rekaman video, foto, atau audio (deepfake) yang tampak asli guna menyamar sebagai korban demi memperoleh data pribadi maupun mengakses serta mengaktifkan akun keuangan.

Teknologi dan Edukasi sebagai Solusi

“Tantangan keamanan siber saat ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal kesadaran. Di BCA, kami percaya bahwa perlindungan data pribadi adalah tanggung jawab bersama, antara institusi dan masyarakat. Karena itu, kami terus memperkuat sistem keamanan internal sekaligus mengedukasi nasabah agar lebih waspada terhadap berbagai modus penipuan digital,” ujar Sugianto Wono Vice President PT Bank Central Asia Tbk.

Sebagai bagian dari upaya memperkuat sistem keamanan, BCA secara proaktif mendorong pemanfaatan teknologi AI yang sejalan dengan prinsip etika dan kepatuhan. Perseroan mengembangkan teknologi deteksi dini berbasis AI melalui sistem fraud detection dan machine learning untuk mengidentifikasi potensi ancaman siber secara real-time. BCA juga menerapkan prinsip zero trust, multi-layered authentication, serta melakukan audit keamanan secara berkala untuk memastikan sistem tetap tangguh terhadap berbagai bentuk serangan.

Namun, teknologi saja tidak cukup. BCA menyadari bahwa aspek people adalah titik rawan yang paling sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber. Untuk itu, BCA aktif mengedukasi publik melalui berbagai kanal komunikasi, termasuk kampanye nasional bertajuk “Don’t Know? Kasih No!”, sebuah gerakan literasi digital yang mengajak masyarakat untuk berpikir kritis dan tidak asal klik terhadap informasi yang tidak jelas sumber atau kredibilitasnya.

Inisiatif serupa juga dilakukan oleh berbagai perusahaan teknologi lainnya. Seperti Lintasarta yang membangun pusat inovasi dan edukasi teknologi keamanan siber, menunjukkan bahwa kolaborasi antara sektor swasta dalam menghadapi ancaman siber semakin intensif.

Untuk memperkuat sistem keamanan dalam ekosistem pembayaran, Jaringan PRIMA terus memperkuat kolaborasi dengan para mitra dan proaktif memantau serta mendeteksi anomali transaksi untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan siber. “Kami bekerja sama dan mendukung mitra kami untuk memantau serta mendeteksi anomali transaksi pada Fraud Detection System kami. Upaya ini penting agar mitra kami dapat segera menanggulangi jika terjadi penipuan dan memastikan nasabah tetap aman dalam bertransaksi,” tutup Jeffrey.

Perkembangan teknologi keamanan siber terus menjadi perhatian utama berbagai perusahaan. Erajaya yang menggandeng bolttech merilis layanan perbaikan dengan keamanan siber adalah contoh lain bagaimana industri secara kolektif meningkatkan pertahanan terhadap ancaman digital.

Kolaborasi antara BCA dan Jaringan PRIMA dalam edukasi keamanan siber ini menunjukkan komitmen industri perbankan dan pembayaran digital Indonesia dalam menciptakan ekosistem yang aman bagi masyarakat. Dengan pendekatan kombinasi antara teknologi canggih dan edukasi berkelanjutan, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan terlindungi dari berbagai modus kejahatan siber yang terus berkembang.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU