Selular.id – Pemerintahan Presiden Donald Trump berencana membatasi pengiriman chip AI dari perusahaan AS seperti Nvidia Corp ke Malaysia dan Thailand. Langkah ini diambil untuk mencegah China memperoleh komponen semikonduktor canggih melalui perantara di dua negara Asia Tenggara tersebut.
Rancangan aturan dari Departemen Perdagangan AS masih dalam tahap finalisasi dan bisa berubah, menurut sumber yang enggan disebutkan namanya. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya AS menekan China, yang telah dilarang membeli chip AI Nvidia secara langsung.
Pejabat AS juga berencana mencabut pembatasan global terkait aturan penyebaran AI, sambil memperketat kontrol ekspor ke Malaysia dan Thailand. Langkah ini muncul setelah adanya dugaan penyelundupan chip ke China melalui kedua negara tersebut.
Latar Belakang Pembatasan
AS telah memberlakukan sejumlah pembatasan ekspor teknologi ke China, termasuk chip AI dan perangkat semikonduktor canggih. Namun, China diduga memanfaatkan negara ketiga seperti Malaysia dan Thailand untuk mengakses komponen tersebut. Sebelumnya, beberapa perusahaan China juga diketahui menimbun chip sebagai antisipasi sanksi AS.
Nvidia, salah satu produsen chip AI terbesar di dunia, sebelumnya telah menyesuaikan produknya untuk mematuhi regulasi AS. Namun, pembatasan baru ini berpotensi memengaruhi rantai pasok global, termasuk perusahaan-perusahaan yang bergantung pada chip Nvidia.
Baca Juga:
Dampak pada Industri
Pembatasan ini diperkirakan akan memengaruhi industri teknologi di Malaysia dan Thailand, yang selama ini menjadi hub produksi dan distribusi semikonduktor. Kedua negara juga menjadi basis operasi beberapa perusahaan manufaktur elektronik global.
China sendiri telah berupaya mengembangkan kemampuan produksi chip dalam negeri, termasuk dengan memborong mesin pembuat chip senilai miliaran dolar. Namun, ketergantungan pada teknologi AS masih tinggi, terutama untuk chip AI generasi terbaru.
Kebijakan Trump ini juga bisa memicu respons dari pemerintah Malaysia dan Thailand, yang mungkin melihat pembatasan ini sebagai campur tangan dalam perdagangan bebas. Sementara itu, perusahaan seperti Nvidia harus menyesuaikan strategi ekspornya di kawasan Asia Tenggara.
Perkembangan kebijakan ini akan terus dipantau, terutama melihat bagaimana China dan negara-negara Asia Tenggara merespons langkah AS tersebut. Sebelumnya, China telah menunjukkan kemampuan untuk mengatasi pembatasan chip 5G meski menghadapi sanksi ketat dari AS.