Selular.id – Nvidia menjadi perusahaan pertama dalam sejarah yang mencapai valuasi pasar sebesar $4 triliun. Angka ini melebihi ekonomi Jerman atau Inggris, menegaskan dominasi perusahaan di era kecerdasan buatan (AI). CEO Jensen Huang menjelaskan bagaimana revolusi AI akan mengubah pekerjaan, kesehatan, hingga keamanan nasional.
Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Huang menyatakan bahwa AI akan memengaruhi semua lapangan pekerjaan. “Beberapa pekerjaan akan hilang, yang lain akan terlahir kembali,” ujarnya. Survei World Economic Forum menunjukkan 41% perusahaan berencana mengurangi tenaga kerja akibat AI pada 2030. Di Nvidia sendiri, penggunaan AI sudah wajib bagi karyawan.
Huang juga mendukung relokasi industri chip ke AS, menyebutnya sebagai kebutuhan ekonomi dan keamanan nasional. Langkah ini sejalan dengan kebijakan “Made in America” era Trump. “Kemampuan memproduksi barang penting untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial,” tegasnya.
Baca Juga:
AI Ubah Dunia Kesehatan dan Robotika
Huang memprediksi AI akan mempercepat penemuan obat dan bahkan “menyembuhkan semua penyakit”. Model AI kini sudah mempelajari “bahasa” protein dan genetik. Di sisi robotika, teknologi VLA (vision-language-action) disebut akan meluncur dalam 3-5 tahun mendatang.
Meski mengakui risiko penyalahgunaan AI, seperti kasus chatbot antisemitik Grok milik Elon Musk, Huang meyakini manfaat AI jauh lebih besar. “Beberapa kerugian akan terjadi, tetapi teknologi pemeriksa fakta AI terus membaik,” jelasnya.
Dominasi Nvidia dalam industri chip AI semakin kokoh setelah meluncurkan seri GPU terbaru. Seperti dilaporkan sebelumnya, AMD berusaha menyaingi Nvidia dengan chip AI baru, tetapi belum berhasil menggoyang posisi raksasa teknologi ini.
Kendati meraih kesuksesan fenomenal, Nvidia juga menghadapi tantangan. Larangan ekspor chip H20 ke China disebut menyebabkan kerugian $15 miliar. Namun, dengan valuasi $4 triliun, Nvidia tetap menjadi pemain kunci yang menentukan arah perkembangan AI global.
