Selular.ID – CEO Nvidia, Jensen Huang, menjadi segelintir CEO yang kerap berbeda pandangan terhadap kebijakan pemerintah AS, terutama menyangkut kebijakan pembatasan ekspor chip dan hubungan dengan China.
Tercatat sudah beberapa kali Huang mengkritik kebijakan Presiden Donald Trump. Menurutnya, pembatasan ekspor saat ini tidak hanya membatasi jangkauan global teknologi Amerika tetapi juga berpotensi menghambat inovasi di AS sendiri.
Dalam pernyataan terbaru, CEO berdarah Taiwan itu, mengatakan pemerintah AS tidak perlu khawatir militer China akan menggunakan produk perusahaannya untuk meningkatkan kemampuan mereka.
Menanggapi kekhawatiran terbesar yang dikemukakan Washington dalam penerapan pembatasan ekspor teknologi AS yang semakin ketat ke negara Asia tersebut, Huang mengatakan militer China akan menghindari penggunaan teknologi AS karena risiko yang terkait dengannya.
“Kita tidak perlu khawatir tentang hal itu,” ujarnya dalam sebuah wawancara di acara Fareed Zakaria GPS di CNN pada Minggu (13/7).
Baca Juga: Nvidia Capai Valuasi $4 Triliun, CEO Jensen Huang Bicara Dampak AI
“Mereka tidak bisa bergantung padanya,” tambahnya. “Tentu saja, teknologi itu bisa dibatasi kapan saja.”
Sebelumnya, Huang dan banyak CEO teknologi lainnya, telah kehilangan pendapatan miliaran dolar AS di bawah aturan yang semakin ketat yang dirancang untuk menutup akses China ke kemampuan kecerdasan buatan (AI) yang paling canggih.
Pemerintahan-pemerintahan berikutnya di Washington telah menyatakan bahwa penggunaan komponen-komponen yang paling canggih secara bebas akan menimbulkan risiko bagi keamanan nasional.
Huang yang berada di Washington pada minggu lalu sebelum melakukan perjalanan ke Beijing, berpendapat bahwa strategi tersebut akan gagal karena akan memacu pertumbuhan kapabilitas domestik di China yang pada akhirnya akan menyaingi kapabilitas yang diciptakan oleh industri teknologi AS.
Nvidia dan rekan-rekannya berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan AS harus diizinkan untuk mengirim produk ke pasar semikonduktor terbesar di dunia agar produk mereka tetap menjadi pusat pengembangan AI.
Dalam pidato di Washington pada awal Mei lalu, Huang, secara terbuka mendesak pemerintahan Trump untuk mengubah peraturan yang mengatur ekspor chip kecerdasan buatan (AI).
Ia menilai, perlunya penyesuaian kebijakan untuk memfasilitasi penyebaran global teknologi AI Amerika, dengan menegaskan bahwa peraturan yang ada justru dapat menghambat daya saing perusahaan teknologi AS di pasar internasional.
Huang menggaris bawahi urgensi untuk mempercepat penyebaran global teknologi AI Amerika, sementara kebijakan dan dukungan administratif saat ini tidak memadai untuk mencapai tujuan tersebut.
Huang yang telah bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pekan lalu, telah menyampaikan argumennya kembali.
Meski demikian, ia tetap memuji upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi semikonduktor dalam negeri.
Nvidia dan perusahaan lainnya bergantung pada fasilitas manufaktur Taiwan Semiconductor Manufacturing Company, yang sebagian besar berlokasi di pulau asalnya, tak jauh dari daratan China.
Rincian pertemuan di Gedung Putih antara keduanya tidak dipublikasikan, tetapi sejauh ini, pemerintah dan politisi dari kedua belah pihak tetap teguh untuk tidak mengizinkan akses lebih lanjut bagi perusahaan-perusahaan China.
Meski berbeda pandangan, Trump memuji kesuksesan Nvidia dan pertumbuhannya hingga menjadi perusahaan AS pertama yang mencapai kapitalisasi pasar US$4 triliun.
Di sisi lain, kritikan tajam Huang terhadap Donald Trump terbilang masih dalam koridor. Argumentasi yang ia sampaikan juga didukung banyak perusahaan teknologi lainnya.
Berbeda halnya dengan Elon Musk yang membuat Trump sempat naik pitam, karena berbagai kritikannya yang terbilang pedas, pasca memutuskan lengser dari bagian pemerintahan AS.
Baca Juga: Jensen Huang: Larangan Chip H20 Untuk China Bikin Nvidia Boncos $15 Miliar