Rabu, 30 Juli 2025

iPhone Akhirnya Bangkit di China, Penjualan Naik 8% Setelah 2 Tahun Turun

BACA JUGA

Selular.ID – Setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan, Apple akhirnya mencatatkan pertumbuhan penjualan iPhone di China untuk pertama kalinya.

Kuartal kedua 2025 menjadi saksi kebangkitan ini dengan kenaikan 8% year-over-year (YoY), menurut laporan Counterpoint Research. Pencapaian ini tidak hanya penting secara finansial—mengingat China menyumbang 20% dari total pengiriman iPhone global—tetapi juga menjadi bukti bahwa strategi agresif Apple mulai membuahkan hasil.

Lanskap pasar smartphone China memang keras. Persaingan dengan raksasa lokal seperti Huawei, Vivo, dan Xiaomi semakin sengit, sementara tekanan regulasi dan ketegangan geopolitik kerap menjadi batu sandungan. Namun, Apple berhasil memanfaatkan momen shopping festival 618 dengan diskon besar-besaran dan program subsidi pemerintah. Hasilnya? Lonjakan penjualan yang mungkin akan berlanjut hingga kuartal berikutnya.

Pertanyaannya, apakah ini sekadar kejutan sesaat atau awal dari tren positif yang berkelanjutan? Mari kita telusuri faktor-faktor di balik kebangkitan Apple di pasar yang paling sulit ini.

Strategi Diskon dan Subsidi: Kunci Kenaikan Penjualan

Apple tidak main-main dalam memenangkan hati konsumen China. Selama periode 1 April hingga 22 Juni 2025, perusahaan menawarkan potongan harga hingga 2.530 yuan (sekitar Rp5,3 juta) untuk iPhone 16 di platform e-commerce seperti JD.com dan Tmall. Tidak hanya itu, nilai tukar tambah (trade-in) untuk model iPhone lama juga ditingkatkan, memicu minat pengguna untuk upgrade.

Program subsidi nasional turut berperan besar. Pembelian langsung dari Apple untuk perangkat di bawah 6.000 yuan berhak mendapatkan subsidi hingga 500 yuan.

Beberapa model Mac bahkan didiskon sampai 2.000 yuan. Strategi ini mirip dengan langkah yang pernah diambil Apple pada 2019.

 

Persaingan Ketat: Huawei Masih di Puncak

Meski mencatat pertumbuhan, Apple masih berada di posisi ketiga dengan pangsa pasar yang kalah dari Huawei (12% YoY) dan Vivo. Huawei, yang bangkit setelah sempat terpuruk akibat sanksi AS, terus menggebrak dengan inovasi desain dan fitur. Sementara itu, Vivo mengalami penurunan penjualan 9%, tetapi tetap unggul di posisi kedua.

Fenomena ini mempertegas betapa kompetitifnya pasar China. Seperti dilaporkan dalam artikel terkait, vendor lokal seperti Xiaomi dan Oppo juga terus meningkatkan kualitas produk dengan harga lebih terjangkau.

Tantangan ke Depan: Ketergantungan dan Regulasi

Kebangkitan Apple di China tidak serta-merta menghapus risiko. CEO Tim Cook pernah mengakui dalam sebuah wawancara bahwa ketergantungan pada pasar China adalah “pedang bermata dua”. Selain persaingan, isu regulasi seperti larangan iPhone di instansi pemerintah dan perusahaan milik negara masih menjadi ancaman.

Laporan pendapatan kuartal ketiga yang akan dirilis akhir bulan ini akan memberikan gambaran lebih jelas. Jika tren positif berlanjut, Apple mungkin perlu mempertimbangkan untuk memperkuat diversifikasi pasar—sekaligus terus berinovasi agar tidak tertinggal dari rival-rival tangguh di China.

Bagaimanapun, pertumbuhan 8% ini adalah angin segar bagi Apple. Tapi, seperti kata pepatah, “Satu kali bukan kebiasaan”. Apakah perusahaan asal Cupertino ini bisa mempertahankan momentumnya? Jawabannya akan menentukan masa depan iPhone di tanah Tirai Bambu.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU