Selular.id – Harga Bitcoin mengalami koreksi sebesar 4,2% pada Selasa (25/6), menguatkan sentimen bearish jangka pendek. Pada pukul 13.01 WIB, nilai aset kripto ini bertahan di kisaran US$117.264 (Rp1,91 miliar), turun dari level sebelumnya. Meski demikian, analis memprediksi konsolidasi harga akan terjadi di kisaran US$120.000-US$130.000 sebelum berpeluang menuju level baru US$140.000.
Penurunan ini didorong oleh aksi ambil untung (profit-taking) dari investor yang telah mencapai target harga. Namun, optimisme tetap tinggi setelah lonjakan harga Bitcoin pekan lalu, dipicu oleh strong breakout di instrumen ETF Bitcoin IBIT milik BlackRock. Laporan CoinDesk menyebutkan, minat investor institusional masih kuat mendukung tren bullish jangka panjang.
Faktor eksternal juga turut memengaruhi, termasuk kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Presiden Donald Trump disebut mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga rendah, merujuk pada belanja fiskal dan kinerja pasar saham yang positif. Kebijakan ini dinilai berdampak pada likuiditas pasar aset digital.
Indikator Teknikal Masih Bullish
Secara teknikal, Bitcoin belum menunjukkan sinyal bearish kuat. Parameter seperti Relative Strength Index (RSI) dan Moving Average Convergence/Divergence (MACD) tidak menyimpang signifikan. Sementara itu, rata-rata pergerakan sederhana (SMA) 50, 100, dan 200 hari tetap bertumpuk secara bullish pada grafik harian dan intraday.
Baca Juga:
Meski terjadi koreksi, analis menilai peluang kenaikan masih terbuka. Sebelumnya, Bitcoin sempat menembus level psikologis US$120.000, memicu euforia di kalangan trader. Namun, seperti fluktuasi harga Bitcoin pada awal tahun, volatilitas tetap menjadi tantangan utama.
Pasar kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari kebijakan moneter global dan respons investor terhadap produk ETF Bitcoin. Jika momentum positif kembali terjaga, target US$140.000 bukan hal mustahil untuk dicapai dalam beberapa pekan ke depan.