Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

ChatGPT Kalah dari Mesin Catur Lawas 1970-an, Viral di Medsos

BACA JUGA

Selular.id – ChatGPT, model bahasa canggih besutan OpenAI, dikalahkan secara telak oleh mesin catur lawas Atari 2600 dari era 1970-an dalam eksperimen unik yang viral di media sosial. Kekalahan ini memicu diskusi tentang keterbatasan AI generatif dalam tugas spesifik seperti permainan strategi.

Robert Jr. Caruso, insinyur teknologi di Citrix, mengunggah hasil eksperimennya di LinkedIn. Ia membandingkan kemampuan ChatGPT dengan Atari Chess—program catur klasik yang hanya memiliki kemampuan prediksi 1-2 langkah ke depan dan dijalankan pada prosesor 1,19 MHz. Hasilnya, ChatGPT melakukan berbagai kesalahan fatal, seperti salah mengenali posisi bidak, gagal membaca serangan sederhana, hingga kebingungan membedakan benteng dan gajah.

“ChatGPT benar-benar hancur di level pemula,” tulis Caruso, seperti dikutip dari IFLScience. Bahkan setelah beralih ke notasi catur standar, performa ChatGPT tidak membaik. Model AI ini beberapa kali meminta memulai ulang dengan janji “bermain lebih baik,” tetapi akhirnya menyerah.

Spesialisasi vs. Generalisasi

Atari Chess dirancang khusus untuk bermain catur dengan algoritma terfokus, meski dibangun dengan teknologi terbatas. Dr. Aditya Rahman, dosen AI Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa AI generik seperti ChatGPT dirancang untuk berbicara dan menulis, bukan berpikir strategis mendalam di satu domain. “Ini contoh klasik bagaimana spesialisasi masih mengalahkan generalisasi,” ujarnya.

Pelajaran untuk Pengembang AI

Kekalahan ChatGPT bukan sekadar bahan tertawaan, tetapi juga pengingat penting bagi industri AI. Menurut Rahman, masalah mendasar model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT adalah overconfidence—kemampuan menjawab dengan meyakinkan meski salah. “Ini berbahaya dalam konteks penalaran matematis atau strategi permainan,” tegasnya.

Tantangan ke depan adalah memadukan kemampuan bahasa alami dengan modul reasoning khusus, seperti menggabungkan ChatGPT dengan engine catur Stockfish. Sebelumnya, penelitian juga menunjukkan keterbatasan ChatGPT dalam tugas akademik yang memerlukan logika kompleks.

“ChatGPT adalah kemajuan besar, tapi AI belum pintar seperti manusia. Kita perlu sistem yang tahu batas dirinya,” pungkas Rahman. Eksperimen ini sekaligus mengingatkan bahwa AI spesialis masih unggul di bidangnya masing-masing.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU