Selular.ID – Pasar smartphone Indonesia mengungkap beberapa kejutan menarik sepanjang 2024. Diantaranya terjadinya adalah lonjakan permintaan, padahal daya beli masyarakat masih melemah imbas lesunya kondisi ekonomi.
Tercatat, setelah tiga tahun loyo dihantam pandemi covid-19, pasar smartphone Indonesia sepanjang tahun lalu tumbuh hingga 15,5 % Year on Year (YoY) mencapai hampir 40 juta.
Sesuai laporan IDC, pertumbuhan double digit itu, terutama didorong oleh segmen ultra low-end, yaitu smartphone di bawah rentang harga Rp 2 jutaan dipimpin Transsion Group.
Seperti low end, segmen menengah atau mid-range di rentang harga Rp 3,2 jutaan hingga Rp 9,8 jutaan, juga mengalami pertumbuhan yang kuat sebesar 24,9 % YoY.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Oppo memimpin segmen tersebut berkat popularitas varian Reno Series.
Berbeda dengan segmen mid low dan mid range, ponsel pintar dengan harga lebih tinggi, yaitu segmen premium di atas Rp 10 jutaan, justru mengalami penurunan yang cukup signifikan, mencapai 9,2 %.
Penurunan itu, sebagian besar disebabkan oleh tidak beredarnya iPhone 16 sejak Oktober 2024. Apple terbukti belum memenuhi aturan TKDN 40% yang diterapkan pemerintah, sehingga berujung pada larangan smartphone terbarunya itu.
Baca Juga: 7 Rekomendasi Hp Infinix Dengan Fitur NFC Harga Rp1 Jutaan
Seiring dengan lonjakan permintaan, pasar smartphone Indonesia dikejutkan dengan tampilnya Transsion sebagai penguasa baru.
Konsisten membidik segmen entry level, Transsion sukses menggusur vendor-vendor yang selama ini menjadi langganan posisi nomor wahid, seperti Oppo, Xiaomi, dan Samsung.
Transsion yang berbasis di Shenzhen, merupakan induk dari tiga merek smartphone yang semakin popular di Indonesia, yaitu Infinix, Tecno dan Itel.
Sebagaimana diketahui, segmen entry level masih mendominasi pasar Indonesia, meski disesaki oleh banyak pemain.
Segmen ini menjadi andalan bagi konsumen yang mencari perangkat dengan harga yang tidak biki kantong bolong, namun memiliki fitur memadai.
Keberhasilan memucaki pasar Indonesia, menjadi pembuktian bahwa produk-produk besutan Transsion telah diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Sejatinya, sukses Transsion menggapai posisi puncak, tak bisa dilepaskan dari kontribusi Infinix. Ibarat striker sepak bola, Infinix menjadi juru gedor yang mengacak-acak pasar dan melemahkan para pesaing. Kemudian diikuti oleh serangan dari dua kompatriotnya, Tecno dan Itel.
Marketing Manager Infinix Indonesia Sergio Ticoalu, mengakui bahwa tahun lalu merupakan pencapaian terbaik bagi Infinix. Berbagai produk dan varian yang diluncurkan mendapat sambutan yang antusias oleh pengguna di Indonesia.
Kini dengan popularitas yang terus meningkat, salah satu sumber menyebutkan, Infinix menyokong lebih dari 70% pertumbuhan Transsion Group di Indonesia.
Baca Juga: Rekomendasi Laptop Infinix Untuk Pelajar Harga Mulai Rp6 Jutaan
Smartphone Terjangkau dengan Spek Dewa
Untuk diketahui, Infinix Mobile merupakan salah satu merek smartphone yang didirikan pada 2013 oleh Transsion Holdings, perusahaan asal China.
Sebagai bagian dari strategi memperluas pasar global, Infinix kemudian merambah ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hot Note X551, menjadi smartphone pertama yang menyapa publik Indonesia pada 2015.
Sejak awal kehadirannya, Infinix konsisten mengusung smartphone dengan harga terjangkau namun spesifikasi yang ditawarkan terbilang mumpuni pada segmennya.
Hingga 2017, lebih dari 10 produk telah dihadirkan Infinix di Tanah Air. Dengan promo pemasaran minim (dibandingkan vendor global lain yang masuk ke Indonesia), wajar market share smartphone Infinix masih terbilang kecil.
Namun pada kuartal keempat 2017, perusahaan mulai melihat peningkatan signifikan. Tercatat penjualan naik empat kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya di tahun yang sama.
Peningkatan penjualan tersebut ‘memaksa’ perusahaan untuk menambah satu lagi mitra EMS (Electronic Manufacture Service) selain Satnusa Persada (Batam), yakni Adi Reka Mandiri (ARM) yang berlokasi di Cikarang, Bekasi.
Penunjukkan ARM, selain untuk memenuhi TKDN 30% yang dipersyaratkan pemerintah, juga bertujuan untuk meningkatkan produksi smartphone besutan Infinix, sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Sejak itu, momentum pasar boleh dibilang tengah berpihak pada Infinix. Strategi harga terjangkau namun mengusung spek Dewa layaknya Xiaomi, membuat Infinix menjadi buruan konsumen di Indonesia.
Tengok saja Infinix Hot S3. Ini adalah smartphone perdana Infinix yang menggunakan Qualcomm Snapdragon 430 Mobile Platform.
Apalagi Hot S3 hadir dengan kamera depan 20MP dengan lampu kilat LED ganda dan layar HD+ 5,7 inci rasio 18:9 yang saat itu tengah digandrungi konsumen.
Tercatat, total penjualan smartphone Infinix sepanjang 2017 sudah mencapai sekitar 500.000 unit. Itu adalah pencapaian yang terbilang sangat bagus untuk vendor yang terbilang rookie di Indonesia.
Apalagi Infinix bukanlah brand global sekelas Samsung, Oppo, Vivo, atau Huawei yang punya dana besar untuk menggelar aktifitas pemasaran.
Pertumbuhan Infinix yang terbilang sangat cepat, merupakan buah dari konsistensi untuk selalu memberikan inovasi dan spesifikasi gahar di hampir semua semua produk besutannya.
Alhasil, wajar jika Infinix menjadi pendorong utama keberhasilan Transsion memuncaki pasar smartphone Indonesia yang terkenal kompetitif.
Menurut Sergio Ticoalu, Regional Integrated Marketing Manager Southeast Asia Infinix, semakin diminatinya smartphone-smartphone besutan Infinix tak lepas dari empat strategi yang selama ini diusung oleh perusahaan sebagai modal utama dalam bersaing dengan vendor lainnya.
“Semuanya berfokus pada consumer centric”, kata Sergio.
Pertama dari segi produk, Infinix menawarkan kebutuhan konsumen dari kelas entry level hingga high end.
Kedua, dari segi pricing, Infinix akan selalu menawarkan produk produk yang value for money. Pasalnya, masyarakat menginginkan spesifikasi smartphone pilihan yang bagus namun harga terjangkau.
Ketiga, dukungan distribution channel yang sudah tersebar di mana-mana dari Sabang sampai Merauke.
Keempat, dari segi after sales service, jaringan Infinix sudah menjangkau di seluruh Indonesia. Menurut Sergio, Infinix selalu memberikan service terbaik yang baik bagi konsumen.
“Kita tidak mau orang yang membeli produk Infinix jika ada kendala dia tidak tahu harus kemana, jadi kita harus pastikan matang hal itu terlebih dahulu”, ujar Sergio.
Kombinasi keempat strategi itu, membuat Infinix sukses menjadi yang terbaik di kelasnya, khususnya mid to low end meski persaingan di segmen ini terbilang paling keras.
Kontribusi besar dari Infinix, terbukti telah mendorong peningkatan pangsa pasar bagi induk usahanya, Transsion Group, sekaligus bisa semakin banyak mendapatkan konsumen di Indonesia.