Rabu, 30 Juli 2025
Selular.ID -

Parlemen di New York Ancam Cabut Izin Penjualan Langsung Tesla

BACA JUGA

Selular.ID – Parlemen di New York, Amerika Serikat (AS) mengancam akan mencabut izin penjualan langsung mobil listrik (EV) milik Tesla, agar tidak semena-mena menjalankan praktik monopoli di wilayah tersebut. Pencabutan izin ini merupakan buntut dari sikap politik CEO Tesla, Elon Musk, yang kadung basah ikut dalam urusan Presiden AS, Donald Trump.

Senator dari anggota parlemen Partai Demokrat New York, Patricia Fahy menegaskan, para anggota parlemen sedang menggodok rancangan undang-undang yang akan mencabut izin khusus Tesla untuk menjual mobilnya langsung ke konsumen. Jika disahkan, hal ini berarti seluruh gerai Tesla di negara bagian tersebut harus ditutup. Sejauh ini, Tesla memiliki 5 gerai resmi di Kota New York.

Patricia Fahy yang sebelumnya getol mendukung Tesla, kini mulai berbalik arah. Secara gamblang, ia tak lagi mendukung bisnis Tesla yang mendapatkan pengecualian dengan keistimewaan bisa menjual langsung menjualnya kepada konsumen sejak 2014. Agar memberi rasa keadilan kepada para dealer resmi penjual mobil, praktik jual langsung Tesla ke konsumen harus segera dihentikan.

“Musk kini menjadi bagian dari pemerintahan yang mencabut semua subsidi untuk infrastruktur kendaraan listrik. Menentang energi terbarukan, dan menghalangi segala upaya melawan perubahan iklim. Kenapa kita harus memberi mereka praktik monopoli?,” ungkap Fahy kepada New York Times belum lama ini.

Di sebagian besar negara bagian AS, terdapat hukum melarang produsen mobil menjual langsung ke pembeli. Mereka diwajibkan menggunakan jaringan dealer independen. Aturan ini awalnya dibuat untuk melindungi para dealer dari persaingan tak sehat dari produsen. Pada tahun 2014, Tesla diberikan pengecualian di New York untuk membuka lima gerai milik sendiri.

Baca juga: Rencana Tesla Jajaki Pasar India Terkendala Skema Impor EV

Kata Fahy, rancangan undang-undang yang sedang diusahakan parlemen akan membuat Tesla menyerahkan lima lisensinya paling lambat 2026. Lisensi tersebut bisa dialihkan ke produsen kendaraan listrik lain seperti Rivian, Lucid, atau anak perusahaan Volkswagen, Scout Motors, yang juga mengandalkan model penjualan langsung.

Keputusan itu memang terdengar kontraproduktif. Saat Tesla dilarang menjual langsung, namun produsen EV lain justru bisa mendapatkan lisensi tersebut. Kembali lagi, ini karena alasan politik di New York yang tak senang terhadap Elon Musk.

Jika konsumen di New York menginginkan produk EV Tesla, maka bisa membeli unit yang didatangkan dari negara bagian lain di luar New York, dengan pembelian melalui dealer. Tak terbantahkan, hampir separuh mobil listrik yang wara-wiri di aspal New York didominasi oleh Tesla.

Masa Sulit Tesla

Kondisi yang dipaparkan Fahy menjadi salah satu dari sekian banyak batu sandungan yang kini tengah melanda Tesla. 2025 menjadi tahun pelik bagi Elon Musk karena produk EV Tesla terus mengalami penurunan penjualan, yang berdampak pada kemerosotan nilai perusahaan dan anjloknya keuntungan finansial.

Mengutip WinFiture, pada kuartal pertama 2025, pengiriman kendaraan Tesla secara global turun 8,5% dibanding tahun sebelumnya, menjadikan Tesla mengalami kerugian pertama sejak pandemi. Laba perusahaan juga anjlok hingga 55%. Tak hanya itu, gelombang protes terstruktur bertajuk #teslatakedown di banyak negara juga kian memanas, dan belum mereda.

Baca juga: Imbas Perang Dagang, Produksi Tesla Semi dan Cybercab Mandek

Tesla sebelumnya memiliki model praktik penjualan langsung yang membuat perusahaan untung. Perusahaan bisa dengan mudah mengatur margin keuntungan yang tinggi. Jika undang-undang pelarangan penjualan Tesla diberlakukan, tak lagi untung, Tesla justru diprediksi kian buntung.

Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU