Selular.ID – Kinerja Huawei masih dalam track-nya. Raksasa teknologi China itu, terus melihat momentum pertumbuhan untuk perangkatnya di sepanjang Q3-2024.
Tercatat perusahaan membukukan kenaikan pendapatan hampir 16%, meskipun laba bersih terpukul.
Dalam sebuah pernyataan kepada Shanghai Clearing House, Huawei mencatat penjualan sebesar CNY168,4 miliar ($23,7 miliar), naik 15,6% tahun-ke-tahun (YoY), didukung oleh pertumbuhan pengiriman smartphone terbaru.
Perusahaan riset IDC menyatakan minggu lalu pengiriman perangkat Huawei di China tumbuh 42% tahun-ke-tahun di Q3-2024, menempatkan perusahaan di posisi ketiga dan menandai pertumbuhan empat kuartal tahun-ke-tahun.
Meskipun pengiriman merupakan titik terang, laba bersih Huawei tercatat turun tajam hingga 70,5% menjadi CNY7,8 miliar.
Dalam sembilan bulan pertama 2024, Huawei mencatat penurunan laba bersih sebesar 13,7% menjadi CNY62,9 miliar, sementara pendapatan naik dari CNY452,3 miliar menjadi CNY585,9 miliar.
Bloomberg melaporkan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh pengeluaran untuk pembuatan chip, karena Huawei berusaha keras untuk mengembangkan teknologinya sendiri karena sanksi berkepanjangan yang diterapkan AS dan sekutu-sekutunya.
Di sisi lain, perusahaan tidak merinci angka dalam pernyataan untuk masing-masing unit bisnis.
Baca Juga: Meskipun Dihalang AS, Huawei Tetap Jadi Produsen Tablet Terbesar Keempat di Dunia
Huawei Habiskan $1,4 Miliar Untuk Bangun Pusat R&D Chip
Huawei telah terlibat dalam perang chip global. Perusahaan berusaha keras menghadapi tekanan dari sanksi AS yang bertujuan untuk mengekang upaya teknologi canggih yang dikembangkannya.
Untuk mensiasati sanksi tersebut, Huawei telah membangun pusat penelitian dan pengembangan (R&D) chip di Shanghai.
Pusat R&D Huawei yang terletak di LianqiuLake, Distrik Qingpu – Shanghai, diperkirakan akan mulai beroperasi tahun ini dengan total investasi mencapai lebih dari 10 miliar yuan, atau $1,4 miliar.
Keberadaan pusat R&D chips akan membantu raksasa teknologi China itu, “mencapai terobosan yang lebih besar di bidang teknologi utama seperti 5G, komputasi awan, dan kecerdasan buatan.”
Pada Januari 2024, Securities Times milik negara melaporkan bahwa pusat tersebut akan memiliki hampir 30.000 personel yang melakukan penelitian dan pengembangan chip, jaringan nirkabel, dan internet.
Seperti diketahui, Huawei telah masuk dalam daftar hitam perdagangan AS sejak 2019. Pembatasan tersebut, membuat Huawei tak lagi leluasa dalam mengembangkan teknologi canggih, seperti seperti chipset.
Lisensi khusus yang dikeluarkan untuk pembuat chip AS Intel dan Qualcomm yang memungkinkan perusahaan tersebut untuk menjual ke perusahaan chip China yang masuk daftar hitam telah dicabut pada Mei 2024.
Di tengah aksi pembatasan, Huawei telah mengalami kebangkitan di pasar domestik karena telepon pintar Mate 60 Pro-nya, yang ditenagai oleh chip Kirin 9000s.
Chip tersebut, yang menggunakan teknologi pemrosesan 7 nanometer canggih — yang dianggap sebagai pukulan terhadap upaya sanksi AS — dibuat oleh pembuat chip terkemuka Tiongkok, Semiconductor Manufacturing International Corp. (SMIC).
Baca Juga: Panas Hubungan TSMC dengan Perancang Chip Sopgho Gegara Huawei