Selular.ID – Mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong terjerat kasus dugaan importasi gula. Setelah hampir setahun proses penyidikan, Kejaksaan Agung menangkap Thomas Lembong, karena praktek tersebut menyebabkan kerugian negara ratusan milyar rupiah.
Tom Lembong tidak sendirian. Bersama mantan Co-Captain tim pemenangan Anies Baswedan dalam kontestasi Pilpres itu, Kejagung juga mencokok Charles Sitorus.
Chales adalah Direktur Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Perdagangan Indonesia 2015-2016. Selaku Direktur PPI yang merupakan BUMN, ia diduga berkongkalikong dengan 8 perusahaan swasta.
Perusahaan-perusahaan itu yang kemudian melakukan impor gula mentah dan kemudian mengolahnya menjadi gula putih.
Padahal, menurut Kejagung, sesuai aturan yang bisa melakukan impor adalah BUMN. Selain itu, seharusnya yang diimpor adalah langsung Gula Kristal Putih, bukan masih berbentuk mentah.
Setelah proses importasi, ke-8 perusahaan swasta itu, kemudian mengolahnya menjadi gula putih.
Belakangan, PT PPI seolah-olah membeli gula tersebut tetapi sebenarnya gula itu dijual oleh perusahaan swasta ke pasaran.
Harga jualnya Rp 16 ribu, jauh lebih tinggi dari HET saat itu yakni Rp 13 ribu. Selisih harga tersebut yang membuat keuangan negara boncos. Tak tanggung-tanggung, Kejagung menilai kerugian negara mencapai Rp 400 milyar.
Lantas siapa Charles Sitorus?
Sebelum menjadi Direktur PPI, Charles adalah figur yang sangat dikenal di industri telekomunikasi.
Perjalanan karirnya alumni IPB itu, berawal dari Astra Graphia, anak perusahaan Astra International pada 1990.
Enam tahun kemudian, Charles berkarier di PT Satelindo hingga 2004. Berbagai posisi diembannya di perusahaan tersebut. Jabatannya terakhir adalah sebagai Head of Marketing.
Untuk diketahui, Satelindo adalah anak perusahaan Bimantara, salah satu operator selular pertama GSM di Indonesia selain Telkomsel.
Setelah Satelindo yang belakangan diakuisisi oleh Indosat, Charles menyebrang ke PT Bakrie Telecom. Di perusahaan milik keluarga Bakrie itu, Charles yang menamatkan program doctoral di Binus University itu, menjadi Direktur Sales (2004-2008).
Kariernya kemudian berlanjut ke PT Smart Telecom pada 2008-2011. Di sana, ia juga menjabat sebagai Direktur Sales.
Setelah lama berkutat di perusahaan swasta, karier Charles berlanjut sebagai Direktur Pengembangan PD Pembangunan Sarana Jaya pada 2013-2015. Di sana, ia juga sempat mengemban amanah sebagai Plt Direktur Utama.
Pada 2015-2016, Charles didapuk sebagai Direktur Pengembangan Usaha PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PT PPI) Persero.
Kariernya di BUMN lalu berlanjut di PT Pos Indonesia, sepanjang 2016-2022. Berbagai jabatan pun diembannya. Mulai dari Direktur Teknologi (2016-2018), Direktur Komersial (2018-2020), hingga Direktur Bisnis Jaringan dan Jasa Keuangan (2020-2022).
Pada 2022, Charles ditunjuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Komisaris Independen PT PLN.
Namun, saat menjabat sebagai Direktur di PPI, ia tersandung kasus impor gula hingga dijerat sebagai tersangka oleh Kejagung.
Baca Juga: Masyarakat Indonesia Masih Bisa Beli iPhone 16, Tetapi . . .