Kamis, 31 Juli 2025
Selular.ID -

Pekka Lundmark Menghitung Hari di Nokia

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – CEO Nokia Pekka Lundmark kini tengah dalam posisi genting. Kinerja yang menurun membuat ia pasrah posisinya bisa digantikan setiap saat.

Nokia telah secara resmi menanggapi laporan media yang mengklaim perusahaan tersebut tengah mencari kandidat baru untuk menggantikan CEO Pekka Lundmark.

Raksasa Finlandia itu, mengatakan bahwa pihaknya tersebut tengah melakukan “perencanaan suksesi berkala.”

Sebelumnya pada Kamis (12/9), Financial Times (FT) melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui situasi tersebut, bahwa pencarian CEO baru sedang berlangsung.

Media yang berbasis di London itu, menyebutkan bahwa setidaknya satu orang pencari bakat telah ditunjuk untuk membantu proses tersebut.

Rencana mengganti nahkoda tak lepas dari kinerja perusahaan yang menurun.

Lihat Juga:

Mantan produsen ponsel terbesar tersebut tengah bergulat dengan harga saham yang merosot dan penjualan yang anjlok.

Imbas persaingan yang ketat dengan pemain sejenis dan melemahnya permintaan, terutama divisi jaringan selular karena kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi operator.

Kondisi itu memaksa perusahaan harus melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk PHK ribuan karyawan di berbagai negara.

Laporan FT mengatakan bahwa langkah untuk menggantikan Lundmark dilakukan setelah pemegang saham frustrasi karena ketidakmampuannya untuk meningkatkan angka pendapatan, yang saat ini lebih rendah daripada tahun 2016 setelah pengambilalihan Alcatel-Lucent senilai €15,6 miliar.

Laporan tersebut mengatakan Nokia juga tengah mencari ketua baru untuk menggantikan Sari Baldauf, orang dekat Lundmark.

Beberapa kandidat di luar perusahaan telah didekati, dan CEO baru tersebut tidak diharapkan berasal dari dewan direksi saat ini, FT menambahkan.

Sebelumnya dalam laporan kinerja Q2-2024, Nokia membukukan hasil buruk. Perusahaan mencatat penurunan penjualan sebesar 18% tahun-ke-tahun di seluruh lini bisnis.

Saat itu Pekka mengaitkan penurunan penjualan Nokia sebesar €4,5 miliar sebagian karena Q2 2023 menjadi puncak pembelanjaan 5G di India, sehingga menjadikannya perbandingan yang sulit.

Namun, ia juga mengindikasikan bahwa operator selular tetap berhati-hati dalam membelanjakan capex pada kuartal terakhir.

Kebijakan pemangkasan itu berdampak buruk pada divisi Jaringan Selular yang selama ini menjadi pilar perusahaan.

Nokia saat ini sedang dalam proses pemotongan biaya overhead dan melaporkan bahwa pihaknya telah “bertindak” sebesar €400 juta dari target pengurangan biaya yang diumumkan sebelumnya sebesar €800 juta hingga €1,2 miliar pada akhir 2026.

Laba bersih vendor tersebut turun 20% menjadi €328 juta, dengan angka yang disesuaikan untuk memperhitungkan penjualan bisnis kabel bawah laut yang tertunda dan realokasi divisi tersebut ke dalam pembukuan Nokia, penurunan nilai terkait, dan item-item lain yang hanya terjadi sekali saja.

Menurunnya kinerja Nokia pada Q2-2024, sejatinya telah tercermin pada kuartal sebelumnya. Kehilangan kontrak besar dari AT&T, karena berpindah ke Ericsson tahun lalu, membuat Nokia sedikit limbung.

Kinerja yang memburuk itu pada akhirnya membuat manajemen tak memiliki jalan lain, selain mengganti Pekka dengan figur lain yang dinilai lebih baik.

Baca Juga: Samsung Incar Bisnis Infrastruktur Jaringan Nokia

Pekka Sempat Bawa Nokia Keluar Dari Kubangan Kerugian

Sejatinya, pencapaian Pekka di Nokia tidak buruk-buruk amat. Malah kehadiran Pekka telah membawa warna baru bagi vendor yang masih identik dengan brand ponsel sejuta umat itu.

Saat melanjutkan kepemimpinan dari Rajeev Suri pada 1 September 2020, kondisi keuangan Nokia juga terbilang babak belur.

Raksasa telekomunikasi itu, seperti kehilangan arah. Agresifitas perusahaan telekomunikasi China, terutama Huawei sepanjang lebih dari satu dekade terakhir, membuat Nokia seperti anak kemarin sore dalam bisnis jaringan telekomunikasi.

Padahal vendor yang berbasis di Espoo – Helsinki itu, sudah menggeluti bisnis jaringan selular sejak 1990.

Kalah bersaing dalam perlombaan 5G dengan vendor-vendor lain, terutama China yang semakin digdaya, membuat Nokia selama beberapa tahun dibekap krisis keuangan.

Tengok saja, pada 2018 Nokia menelan kerugian € 549 juta. Begitu pun pada tahun fiskal 2017, Nokia mencatatkan rugi bersih sebesar 1,49 miliar euro atau setara US$1,8 miliar.

Baca Juga: Tinggalkan Merek Nokia, Jean-Francois Baril Bawa HMD ke Tantangan Selanjutnya

Kerugian itu naik dua kali lipat dibandingkan 2016 saat perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar 751 juta euro.

Dua tahun setelah menahkodai Nokia, Pekka yang pernah menjabat sebagai CEO Fortum, perusahaan energi negara milik Finlandia, membuktikan tangan dinginnya.

Pada laporan Q2-2020, Pekka mengumumkan kembalinya pertumbuhan bisnis jaringan selular Nokia, meskipun mengalami dampak berkelanjutan dari kendala rantai pasokan.

Penjualan bersih jaringan selular Nokia, tercatat tumbuh 1% tahun-ke-tahun menjadi €2,6 miliar dan menghasilkan “profitabilitas yang solid”

Bisnis infrastruktur jaringan mencapai pertumbuhan 12% menjadi €2,2 miliar, dengan jaringan tetap dan jaringan bawah laut terbukti menjadi pendorong utama.

Sementara dari perspektif regional, Amerika Utara “sangat menonjol” dengan peningkatan 19% dalam penjualan bersih.

Di seluruh bisnis, penjualan Nokia meningkat 3% menjadi €5,9 miliar, dan laba bersih melonjak 31% menjadi €460 juta.

Keberhasilan Nokia kembali ke jalur pertumbuhan dan mencetak laba yang cukup signifikan, merupakan kredit tersendiri bagi Pekka Lundmark.

Sayangnya, strategi turn around yang dilakukan Pekka tak sepenuhnya berhasil. Berbagai pencapaian itu dengan cepat menguap.

Pasalnya, tren ekonomi global cenderung memburuk sehingga berimbas pada bisnis jaringan yang sumber utama pemasukan perusahaan.

Di luar Amerika, operator secara global merasa tidak perlu lagi berinvestasi pada peralatan jaringan, sehingga mengurangi belanja modal mereka.

Firma riset pasar Omdia, anak perusahaan Light Reading, telah menghitung bahwa keseluruhan pengeluaran untuk produk jaringan akses radio (RAN) turun sebesar 11% pada 2023.

Mereka memperkirakan kontraksi lain antara 7% dan 9% tahun ini. Lemahnya minat belanja sebagian disebabkan oleh kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi operator selular.

Tercatat, keluhan mengenai rendahnya pengembalian investasi semakin meningkat pada tahun lalu.

Kondisi itu, membuat vendor-vendor jaringan seperti Nokia, Ericsson, dan Samsung harus berakrobat-ria agar tidak semakin terpuruk.

Jika kelak harus hengkang dari Nokia, Pekka Lundmark bisa dibilang sebagai korban dari kerasnya persaingan industri telekomunikasi global yang tengah menurun saat ini.

Baca Juga: Laba Amblas 20%, Pekka Lundmark Optimis Nokia Kembali Bangkit di Semester Kedua Tahun Ini

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU