Kamis, 14 Agustus 2025
Selular.ID -

Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng, Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK

BACA JUGA

Shenzhen, Selular.ID – Huawei memulai usahanya pada tahun 1987 di sebuah apartemen kecil di Distrik Nanshan, seiring dengan berkembangnya bisnis, kebutuhan untuk menampung bakat-bakatnya yang terus berkembang pun meningkat. Sehingga Huawei pun berpikir utuk memiliki wadah bagi mereka.

Berlokasi di Shenzhen yang dikenal sebagai Silikon Tiongkok, dan berada di antara perusahaan sejenis Alibaba dan Tencent, terdapat kantor pusat raksasa Huawei.

Pada 1998, Huawei mulai membangun kampus pertamanya di Bantian. Pada 2003, kampus seluas 400 hektar tersebut menjadi kantor pusat globalnya, yang kini menjadi rumah bagi 38.000 karyawan Huawei di seluruh dunia.

Hari ke tiga menginjak-kan kaki di Shenzhen, China, Selular pun akhirnya berkesempatan menyambangi dan melihat kampus Huawei lebih dekat.

Kampus Huawei Ox Horn berdiri di sisi selatan Danau Songshan, Kota Dongguan, Provinsi Guangdong. Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar satu jam dari kota Shenzhen.

Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK
Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK

Kekaguman akan bangunan ini tak bisa dipungkiri, dibangun di tepi selatan Danau Songshan di Dongguan, Kampus Ox Horn Huawei tampak seperti diambil langsung dari negeri dongeng Disney.

Seperti disebutkan, kampus seluas 400 hektar, atau 1,4 juta meter persegi, dibagi menjadi empat zona yang masing-masing memiliki 12 blok yang dimodelkan berdasarkan kota Eropa yang terkenal.

Saat masuk ke kampus tersebut, mata pengunjung akan langsung tertuju pada satu bangunan megah dari batu merah dan plester merah bata mirip istana pada masa kerajaan Eropa berjaya.

Memang bangunan tersebut terinspirasi dari Universitas Heidelberg di Jerman dan ditambah dengan danau kecil dan pepohonan di depan “kastel” memberikan kesan teduh, sehingga tidak membuat orang yang pertama kali datang ke sana berpikir bahwa bangunan tersebut sebenarnya adalah kantor RnD perusahaan teknologi di China.

Ada total 108 gedung di kampus tersebut, yang selain kantor, mencakup danau dengan angsa hitam, pusat kebugaran, perpustakaan, kedai kopi, perumahan, hotel, dan banyak tempat pertemuan santai.

Hal lain yang menjadikan kampus tersebut juga tampak “mirip Eropa” adalah banyaknya kedai kopi yang tersebar di berbagai lokasi.

Ren Zhengfei, CEO dan pendiri Huawei mengatakan ‘Secangkir kopi menyerap banyak energi semesta’. Jadi, Ren ingin pegawai-pegawainya juga mendapat energi dari semesta.

Baca Juga:Huawei OptiX Club 2024: Membangun Fondasi Kecerdasan Industri dengan Teknologi F5.5G

Di depan kedai-kedai kopi juga disediakan bangku-bangku agar para pegawai dapat berkumpul sambil menyeruput kopi.

Menurut Kiki, Staf Kampus Huawei yang hari itu menemani menyebutkan, bahwa sebenarnya Ren ingin pegawai-pegawainya memiliki waktu untuk berbicara sambil menatap muka rekan kerjanya.

Bila para pegawai ingin membeli camilan atau kebutuhan sehari-hari, mereka juga bisa mendatangi “conveniece store” 7/11 atau Lawson yang tersebar di berbagai lokasi.

Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK
Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK

Investasi Huawei
Untuk membangun kampus bergaya Eropa masa lalu tersebut, Huawei tidak kurang mengeluarkan uang hingga 10 miliar yuan (sekitar 1,4 miliar dolar AS) untuk menjadi “sekolah dan tempat meneliti” 25 ribu orang pegawainya.

Kamus Huawei tersebut mencakup replika Kastil Heidelberg dari Jerman, dan Cité Internationale Universitaire de Paris. Serta dari Freiburg, Burgundy, Bologna, Windermere, Luxembourg, Bruges, Oxford, dan Grenada.

Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng, Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK
Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng, Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK

Zona-zona tersebut dihubungkan bersama menggunakan sistem trem yang dimodelkan pada kereta yang disediakan oleh Stadler Rail untuk Kereta Api Jungfrau di Swiss, moda transportasi utama di sekitar kampus yang membentang sejauh 7,8 kilometer.

Pegawai yang bekerja di satu blok dapat menggunakan trem bila ingin mendatangi gedung atau restoran yang terletak di blok lain kampus tersebut.

Trem juga melewati jembatan yang terinspirasi dari Liberty Bridge di Hungaria. Jembatan itu menghubungkan 8 blok dengan 4 blok lainnya.

Dengan banyaknya kota besar di Tiongkok dan Shenzhen yang telah diambil alih oleh gedung pencakar langit, para arsitek ingin memberikan ornament berbeda pada Kampus Huawei.

“Kampus Huawei ini memberikan kesan dengan lingkungan yang hangat, untuk memberikan titik balik dan pelepasan dari tekanan pekerjaan,”ujar Kiki, yang menemani kami melihat-lihat Huawei Kampus (28/08/24).

Kampus Sanyapo Bergaya Klasik Dengan Ratusan Ribu Koleksi Buku
Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari kampus Ox Horn, Huawei juga membangun kampus Sanyapo.

Para pegawai baru akan berada di kampus itu selama satu pekan, sedangkan pegawai lama dengan posisi baru akan belajar selama 2 pekan hingga 6 bulan di kampus yang juga bergaya Eropa tersebut.

Kampus tersebut baru selesai sepenuhnya pada 2022, meski sudah mulai beroperasi pada 2020.

Salah satu bangunan yang tampak menonjol di Kampus Huawei Sanyapo adalah “istana” putih gading yang megah. Istana tersebut sebenarnya adalah perpustakaan besar yang memiliki 110 ribu koleksi buku dari berbagai masa dan bahasa.Gedung

Seperti dilansir dari berbagai sumber, buku-buku koleksi perpustakaan, selain berbahasa Mandarin dan Inggris, juga ada yang berbahasa Rusia, India, Kamboja, bahkan Indonesia.

Setidaknya ada 7 buku berbahasa Indonesia yang menjadi koleksi perpustakaan tersebut, yaitu “Hikayat Kretek”, “Mereka Sibuk Menghitung Langkah Ayam”, “Freeport Bisnis Orang Kuat vs Kedaulatan Negara”, “Hakikat Ilmu Pengetahuan Budaya”, “Meluhurkan Kemanusiaan”, “Roman Medan: Sebuah Kota Membangun Harapan”, hingga “Catatan Suhardi Alius, Memimpin dengan Hati”.

Baca Juga:Huawei Global Flagship di Shenzhen China, Bangunan Tiga Lantai Puaskan Pengguna Produk Premium

Pegawai yang ingin membaca buku koleksi perpustakaan dapat membaca di tempat namun tidak boleh membawa pulang buku-buku itu.

Fokus pada Penelitian dan Pengembangan (R&d)
Lebih dari 25.000 karyawan berfokus pada penelitian dan pengembangan (R&D), bagian penting dari strategi bisnis dan pengembangan bakat Huawei.

Hingga akhir tahun 2020, 105.000 karyawan bekerja di bidang R&D, yang mencakup 53,4% dari tenaga kerja global Huawei.

“Inovasi yang disruptif sangat berharga bagi perusahaan meskipun pada akhirnya terbukti gagal,” kata Ren Zhengfei, dalam sebuah pertemuan pada Agustus dengan Innovation Vanguards dari Central Research Institute yang mencakup para ilmuwan, pakar, dan pekerja magang.

Satu hal yang dipahami Huawei tentang pengembangan bakat untuk masa depan adalah perencanaan jangka panjang, tidak hanya dalam proyek, tetapi juga pada orang-orangnya.

Kontribusi terhadap penelitian dasar di masa depan, menurut Ren, mungkin baru terlihat puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun kemudian.

Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK
Kampus Huawei Suasana Negeri Dongeng Upaya Cetak Karyawan Handal di Industri TIK

“Kami tidak mengharuskan orang yang sama untuk memberikan kontribusi secara bersamaan pada dua tujuan ini: ‘Bertahan hidup hari ini’ dan ‘membangun untuk masa depan’.”

Bagian dari strategi itu, kata Ren, adalah menarik bakat global. “Kami harus membuka peluang dengan menarik orang-orang terbaik dari seluruh dunia. Perusahaan kami sekarang berada dalam periode kritis kelangsungan hidup dan pengembangan strategis, jadi kami harus memiliki bakat yang dibutuhkan saat kami maju.”tuturnya.

Pendekatan ini bercabang dua bagi perusahaan teknologi tersebut. Pertama, perusahaan berencana untuk merekrut bakat global dengan membandingkan kompensasi karyawan dengan pasar bakat lokal, sambil menawarkan paket kompensasi yang menarik bagi bakat senior.

Pendekatan lainnya adalah dengan menciptakan peluang bagi talenta digital melalui pelatihan komprehensif, kompetisi, dan bursa kerja.

Program Huawei seperti ‘Seeds for the Future’ dan ‘Learning Academy’ memanfaatkan pengalaman dan keahlian selama puluhan tahun untuk membantu mengatasi tantangan tenaga kerja TIK di APAC.

Huawei mungkin telah meramalkan teknologi masa kini seperti 5G, komputasi awan, big data, AI, IoT, dan blockchain 30 tahun lalu, tetapi untuk mengimbangi masa depan, Huawei meramalkan perlunya peningkatan keterampilan digital berskala luas bagi bakat dan orang-orang.

Pada 2013, Huawei meluncurkan ICT Academy, sebuah proyek kerja sama sekolah-perusahaan yang melibatkan lembaga pendidikan tinggi dan perusahaan-perusahaan terkemuka di industri di 72 negara

Pada Juli 2021, Huawei mengumumkan program Seeds for the Future 2.0, yang melaluinya perusahaan berencana untuk menginvestasikan US$150 juta dalam pengembangan talenta digital selama lima tahun ke depan. Program ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi lebih dari tiga juta orang tambahan.

Selain itu, Huawei telah mengumumkan edisi ASEAN dari inisiatif Seeds for the Future. Melalui kemitraan ini, ASEAN Foundation dan Huawei ASEAN Academy akan berupaya keras membangun kapasitas digital kaum muda di 10 negara anggota ASEAN agar mereka dapat berkembang pesat di era ekonomi digital.

Baca Juga:Teknologi Terbaru Huawei TruSense System Bakal Disematkan di Wearable yang Segera Meluncur di Indonesia.

Kini, perusahaan tersebut mempekerjakan hampir 200.000 karyawan dan kini menjadi penyedia peralatan telekomunikasi terbesar di dunia dengan operasi di lebih dari 170 negara.

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU