Setelah meninggalkan Rusia, Durov memperoleh kewarganegaraan Saint Kitts dan Nevis serta mengamankan USD 300 juta di bank-bank Swiss.
Ia berfokus pada pembuatan Telegram, sebuah layanan pengiriman pesan terenkripsi. Telegram berkantor pusat di Berlin dan kemudian pindah ke Dubai.
Durov meluncurkan mata uang kripto “Gram” dan platform TON pada 2018 untuk memonetisasi kesuksesan Telegram.
Ia mengumpulkan total USD 1,7 miliar dari para investor tetapi menghadapi tantangan hukum dari regulator Amerika SEC.
Rusia berupaya memblokir Telegram pada 2018 karena perusahaan tersebut menolak bekerja sama dengan badan keamanan.
Pemblokiran tersebut dicabut pada 2020 setelah Telegram setuju untuk “melawan terorisme dan ekstremisme” di platform tersebut.
Menurut Forbes, total kekayaan Pave Durov saat ini menembus USD 15,5 miliar atau sekitar Rp 239 triliun.
Ia masuk dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes di urutan 122.
Pavel Durov adalah pendiri dan pemilik aplikasi perpesanan Telegram, yang memiliki lebih dari 700 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.
Telegram, yang gratis digunakan, bersaing dengan aplikasi perpesanan seperti WhatsApp milik Facebook.
Durov meninggalkan Rusia setelah ia menolak bekerja sama dengan dinas rahasia Rusia dan memberikan data terenkripsi dari pengguna jejaring sosial pertamanya (VK).
Durov, yang menjadi warga negara Prancis pada tahun 2021, pindah bersama Telegram ke Dubai pada tahun 2017.
Sejak perang Ukraina dimulai, Telegram telah menjadi sumber informasi penting, dan juga banyak disinformasi, terkait dengan konflik tersebut.
Ikuti informasi menarik lainnya dari Selular.id di Google News