Sabtu, 2 Agustus 2025
Selular.ID -

Siapa George Kurtz? Orang yang Paling Bertanggung Jawab Terhadap Downnya Layanan Microsoft

BACA JUGA

Uday Rayana
Uday Rayana
Editor in Chief

Selular.ID – Pada Jumat (19/7), pemadaman teknologi melanda dunia mulai dari rumah sakit dan maskapai penerbangan, hingga bank dan pengadilan. Membuat lembaga penyiaran tidak bisa mengudara, dan gangguan bisnis.

Penerbangan dihentikan, pembayaran ditunda, dan rumah sakit di seluruh dunia melaporkan adanya masalah.

Kesalahan yang terjadi di seluruh dunia, yang berdampak pada perusahaan-perusahaan besar termasuk Microsoft, membuat sebagian besar infrastruktur dunia menjadi offline.

Beberapa perusahaan yang terkena dampak menyalahkan masalah TI global dibandingkan menyalahkan Microsoft secara langsung: dampaknya sangat luas, dan bandara di Inggris, Belanda, dan AS termasuk di antara mereka yang terkena dampaknya.

Berbagai media termasuk Sky News di Inggris tidak dapat melakukan siaran langsung, sementara organisasi dari bank hingga penyedia layanan kesehatan melaporkan masalah tersebut di media sosial. Beberapa pengecer tidak dapat menerima pembayaran kartu.

Usut punya usut, masalah ini ternyata berasal dari pembaruan perangkat lunak global yang dikirimkan oleh spesialis keamanan siber, CrowdStrike.

Baca Juga: CrowdStrike Butuh Waktu Perbaiki Sistem yang Buat Microsoft Down

CEO Crowdstrike, George Kurtz, kemudian mengeluarkan pernyataan yang meyakinkan pelanggan bahwa pemadaman tersebut bukanlah “insiden keamanan atau serangan dunia maya.”

George Kurtz, yang juga pendiri Crowdstrike, memiliki pengalaman luas di industri ini, setelah sebelumnya bekerja di beberapa peran penting di perusahaan keamanan siber saingannya, McAfee.

Situs web Crowdstrike mencantumkannya sebagai “pakar keamanan, penulis, pengusaha, dan pembicara yang diakui secara internasional.”

Berasal dari Parsippany, New Jersey, pengusaha teknologi berusia 59 tahun ini tidak tumbuh kaya, dan belajar akuntansi di Seton Hall University.

Kekayaan bersihnya adalah $3,1 miliar, menurut Forbes, meskipun kekayaan besar ini merosot hingga $300 juta setelah insiden yang terjadi pada Jumat pekan lalu.

Tuntas menyelesaikan kuliahnya, Kurtz memulai karirnya di Price Waterhouse – sekarang PwC – sebagai akuntan, dan merupakan salah satu karyawan pertama di grup keamanan.

Pada 1999, Kurtz ikut menulis Hacking Expose, sebuah buku tentang keamanan siber untuk administrator jaringan, bersama Stuart McClure dan Joel Scambray.

Tak disangka, buku tersebut lalu keras. Tak tanggung-tanggung,  terjual lebih dari 600.000 copy dan telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.

Belakangan pada Oktober 1999, George Kurtz mendirikan Foundstone, sebuah perusahaan produk keamanan dan perangkat lunak anti-virus di seluruh dunia. Ia menggambarkan Foundstone sebagai “salah satu praktik respons insiden terkemuka di industri.”

Di perusahaan tersebut, George Kurtz untuk pertama kali “naik kelas”. Dari hanya seorang officer, ia menjabat sebagai CEO.

Namun Foundstone kemudian diakuisisi oleh McAfee pada Oktober 2004 senilai $90 juta. Kurtz sendiri tidak terbuang. Ia justru diberikan kesempatan untuk berkarir lebih luas.

Di McAfee, sebuah perusahaan keamanan bernilai $2,5 miliar, Kurtz menjabat berbagai posisi, seperti Worldwide Chief Technology Officer dan GM serta EVP Enterprise.

Namun, Kurtz menjadi frustrasi dengan lambatnya respons McAfee terhadap perubahan sifat ancaman siber, yang disoroti oleh sebuah insiden di pesawat pada 2011.

Ia teringat melihat seorang penumpang membutuhkan waktu 15 menit untuk mengunduh layanan perusahaan tersebut di laptop.

Berbicara kepada Forbes pada 2020, Kurtz berkata: ‘Orang itu sedang berbicara dengan pramugari, dia membaca korannya, dan dia melakukan semua hal ini sementara perangkat lunaknya sedang berjalan dan saya hanya duduk di sana, ya Tuhan. Saya adalah CTO perusahaan ini, dan ini sangat buruk.”

Bersama Dmitri Alperovitch, Kurtz ikut akhirnya mendirikan CrowdStrike di Irvine, California. Keduanya secara resmi meluncurkan perusahaan tersebut pada Februari 2012 setelah mendapatkan pendanaan sebesar $25 juta.

Namun duet ini tidak bertahan lama. Alperovitch kemudian meninggalkan perusahaan. Di sisi lain, Kurtz tetap melaju dan akhirnya menghantarkan perusahaan go public pada 2019.

Belajar dari berbagai kasus sebelumnya di industri siber, Slogan awal dari CrowdStrike adalah “Kami Hentikan Pelanggaran”.

Menurut Forbes, Kurtz memiliki sekitar 5% saham di perusahaan tersebut. Perusahaan mencatat pendapatan $2,24 miliar pada tahun ini hingga Januari 2023.

Baca Juga: Microsoft Down, Tak Bedampak ke Negara Tetangga Indonesia

Dari Keuntungan Menjadi Kerugian

Namun peruntungan CrowdStrike kini berbalik. Perusahaan keamanan siber ini mengalami kerugian sebesar $9 miliar dalam semalam pada Kamis karena laporan pemadaman teknologi mulai bermunculan, turun dari sekitar $83,5 miliar menjadi $74,2 miliar pada Jumat sore.

Sejatinya, Crowdstrike pernah menjadi sorotan publik pada 2016 ketika Komite Nasional Partai Demokrat mempekerjakan perusahaan tersebut untuk menyelidiki kebocoran emailnya ke publik.

Perusahaan tersebut mengidentifikasi upaya dua kelompok intelijen Rusia, dengan nama sandi Cozy Bear dan Fancy Bear, untuk meretas berbagai entitas pemerintah AS termasuk Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan Kepala Staf Gabungan.

Para peretas juga mencuri email dari DNC dan kampanye pemilu Hillary Clinton dan meneruskannya ke Wikileaks.

Pada Jumat (19/7), Kurtz mengeluarkan pernyataan permintaan maaf “sedalam-dalamnya” kepada semua pihak yang terkena dampak pemadaman dan meyakinkan pelanggan bahwa masalahnya bukanlah “insiden keamanan atau serangan cyber.”

Baca Juga: Harga Saham Microsoft (MSFT) Turun Dampak Gangguan Sistem

“Masalahnya telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan,” kata Kurtz.

“Kami merujuk pelanggan ke portal dukungan untuk pembaruan terkini dan akan terus memberikan pembaruan yang lengkap dan berkelanjutan di situs web kami.”

Meskipun kekayaan pribadinya dan nilai perusahaannya turun, Kurtz masih memiliki kekayaan bernilai sekitar $3,1 miliar.

Di luar karirnya sebagai orang nomor satu di CrowdStrike, Kurtz merupakan pembalap mobil berprestasi yang berhasil menjuarai kelas LMP2 di 24 Hours of Le Mans pada 2019.

CrowdStrike juga merupakan “mitra keamanan siber resmi” dari tim Formula Satu Mercedes-AMG Petronas, yang juga terkena dampak pemadaman.

Kurtz diketahui tinggal di Paradise Valley, Arizona bersama istri dan putranya.

Baca Juga: Microsoft Down, Elon Musk Tertawa dan Katakan Ini

- Advertisement 1-

BERITA TERKAIT

BERITA PILIHAN

BERITA TERBARU