Selular.ID – Badai PHK juga masih berlanjut dan terjadi di perusahaan teknologi Snap. Perusahaan induk Snapchat, telah melakukan PHK terhadap 10% karyawannya secara global, atau sekitar 500orang. Hal ini terjadi pada tanggal 5 Februari 2024.
Evan Spiegel, CEO Snapchat, sudah membicarakan soal PHK yang dilakukannya kepada Senate Judiciary Committee.
Terlepas dari pemecatan kepada 500 tenaga kerjanya ini, Evan mengklaim Snap berhasil meningkatkan pendapatannya dari iklan digital dan sudah mulai melakukan buyback saham senilai US$ 500 juta atau Rp 7,8 triliun.
Kendati demikian, penawaran harga saham Snap masih berada di bawah harga penawaran umum perdana. Kondisi ini masih menunjukkan kalau perusahaan itu sedang melewati masa-masa sulit dan sedang menemukan strategi yang cocok untuk lanskap teknologi ke depannya.
Penyebab PHK sendiri seperti disebutkan, kondisi ekonomi makro yang tidak pasti, kemudian perlambatan pertumbuhan pengguna Snapchat serta persaingan ketat dari platform media sosial lain
Tren PHK pada perusahaan teknologi seperti Snapchat bukanlah perkara baru. Mulai dari Discord, Okta, Zoom dan Microsoft juga turut melakukan pemecatan kepada tenaga kerjanya sejak akhir tahun lalu.
Hampir 24 ribu tenaga kerja di sektor teknologi mengalami PHK selama Januari 2024. Salah satu penyumbang terbesar untuk tren PHK ini adalah perusahaan teknologi besar, seperti Discord yang memecat 17 persen dari jumlah karyawannya atau setara dengan 150 pekerja, dan Microsoft memecat 1.900 tenaga kerja di bagian gaming. Dua perusahaan ini sama-sama melakukan PHK di Januari 2024, sebelum Snapchat.
Faktanya sektor teknologi mengalami hampir 24 ribu PHK pada Januari ini. Perkiraan itu diambil dari hasil perhitungan kepada beberapa perusahaan teknologi besar maupun kecil yang melakukan pemecatan kepada karyawannya.
Baca Juga: Induk Snapchat PHK 540 Karyawan
Fenomena PHK di perusahaan teknologi sebenarnya bukan kali pertama terjadi di tahun ini, sebab sejak beberapa tahun lalu pemecatan kepada tenaga kerja di sektor teknologi sangat marak terjadi, yang disebabkan strategi dan kebijakan perusahaan untuk bisa bertahan.